Search
Close this search box.

Percaya diri dan support keluarga faktor penting mendorong perempuan mandiri ekonomi

Berita

Pendapatan daerah dan negara lebih banyak disokong dari pekerja di sektor informal di Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan hingga 68% pekerja di sektor informal adalah pekerja perempuan, seperti disampaikan Mike Verawati Tangka, Sekretaris Jenderal Koalisi Perempuan Indonesia dalam diskusi daring bertajuk #GenerasiInspiraSHe: Menjadi Perempuan Mandiri Ekonomi (13/3). Sekitar 100 peserta antusias mengikuti diskusi yang diselenggarakan oleh Yayasan CARE Peduli (YCP) untuk memeriahkan Hari Perempuan Internasional pada tanggal 8 Maret lalu. Hadir pula sebagai narasumber, Irene Komala, Content Creator @Pinktravelogue dan Nora Erika, Anggota Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) dari Desa Sri Mulyo, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Lebih lanjut Mike menjelaskan bahwa pekerja perempuan di Indonesia juga mendominasi di industri kreatif. “Sebenarnya perempuan kalau mau dilihat secara ekonomi ini sebenarnya memberikan bukti bahwa perempuan Indonesia itu geliat ekonominya sudah sangat baik dan sangat dinamis. Bahkan sebagian besar ekonomi yang ditunjang dari sektor informal tersebut ada di pedesaan,” ujarnya. Pekerja perempuan di Indonesia, di katakan Mike juga mendominasi sebagai pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Menurut Mike, berbagai dukungan diberikan oleh banyak pihak seperti pelatihan serta akses permodalan kepada pekerja di UMKM.

Senada dengan Mike, Nora Erika menyampaikan, kelompok usahanya berkembang setelah mendapatkan dukungan perusahaan dan pendampingan dari YCP. Berbagai pelatihan dikatakan Nora diterima oleh anggota kelompok usahanya, termasuk pengembangan usaha simpan pinjam serta pembuatan kebun nutrisi yang ditanami berbagai sayuran di pekarangan rumah. “Usaha-usaha ini adalah sebagai langkah sumber pendapatan bagi keluarga dengan manfaatkan limbah lidi sawit ya. Dengan adanya kelompok ini dan pendampingan yang diberikan, secara pribadi saya merasakan dari sisi sumber daya manusia ada peningkatan. Awalnya saya sedikit gugup berbicara di depan umum. Tapi Alhamdulillah, dengan pelatihan dari YCP saya mulai percaya diri, berani tampil dan menyuarakan pendapat di depan umum,” ujar Nora. Rasa percaya diri yang muncul di dalam diri Nora membuatnya yang semula hanya menjadi peserta, kini telah menjadi pelatih yang turut menularkan keahlian yang dimilikinya ke kelompok usaha di desa lain.

Tidak hanya peningkatan pada kepercayaan dirinya, menurut Nora keberhasilannya mengembangkan usaha bersama kelompoknya juga karena sudah adanya dukungan dari pasangan dan keluarganya. “Alhamdulillah semua anggota dan pengurus juga pasangan, suami kami masing-masing sudah dibekali dari YCP dengan pemahaman terkait kesetaraan gender dan kekerasan berbasis gender. Sudah mulai diterapkan di masing-masing keluarga, jadi Alhamdulillah sekali pasangan kami masing-masing sudah memahami itu semua jadi pekerjaan rumah cukup terbantu,” ungkapnya.

Meski demikian Nora mengaku tantangan dari lingkungan sekitar masih ia rasakan. Stigma yang melekat di desanya bahwa perempuan lebih baik di rumah membuat dirinya pernah menerima cemoohan tetangga. “Pasti ada tetangga yang bilang, terlalu banyak kesibukan. Tapi karena suami mendukung dan selagi kita masih di rel sebagai ibu, masih bisa membedakan pekerjaan rumah dan pekrjaan luar, Insya Allah semuanya aman. Karena kita tidak bisa menutup orang lain berkomentar,” ujarnya.

Tantangan menerima cemoohan juga dirasakan Irene Komala. Sebagai content creator travel, Irene mengaku kerap mendapat komentar negatif baik dari netizen di dalam konten yang ia buat, dan di dunia nyata ketika ia melakukan perjalanan. “Di era digital ini kita tuh enggak bisa menahan komen-komen negatif dan persepsi orang tuh pasti akan selalu ada. Yang penting bagaimana kita menanggapi dan kita tahu apa yang kita lakukan ini benar. Harus berani speak up kalau kita tidak salah,” ujarnya. Irene menambahkan di kanal digital saat ini sudah ada fitur dalam aplikasi media sosial yang otomatis menghapus atau mem-blokir komentar dengan kata-kata negatif, sehingga bisa mencegah terjadinya pelecehan di ranah digital.

Upaya mencegah terjadinya pelecehan dan kekerasan berbasis gender di tempat kerja bagi pekerja perempuan menurut Mike perlu dilakukan bersama oleh banyak pihak. Para pekerja perempuan dikatakan perlu membentuk jejaring dan membangun kapasitas diri sendiri untuk berani bersuara jika mengalami pelecehan atau kekerasan. Mike menambahkan, adanya mekanisme maupun sistem yang mendukung pencegahan kekerasan dan pelecehan di tempat kerja menjadi penting. “Banyak sekali organisasi masyarakat yang fokus ke isu perempuan yang juga bisa menjadi corong utama atau menjadi lapisan pertama ketika misalnya ada pekerja perempuan yang mengalami kekerasan. Sambil juga memperkuat komunitasnya, termasuk mekanisme penanganan dilingkup yang paling dekat dengan pekerja perempuan tersebut,” jelas Mike.

Menurut Mike membangun kemandirian ekonomi bagi perempuan juga perlu memperhatikan faktor pendukung seperti adanya infrastruktur memadai serta akses dukungan pendanaan yang inklusif. “Pertumbuhan ekonomi kita jika tidak disokong oleh landasan-landasan yang kuat akan tetap mengalami ketimpangan bagi pekerja perempuan dan mungkin kelompok kelompok rentan lainnya misalnya kelompok disabilitas. Tidak boleh hanya dilihat dari sisi makronya saja tetapi dilihat juga bagaimana infrastruktur atau pilar-pilar penonggak. Termasuk bagaimana memastikan ekonomi yang ramah terhadap perempuan, lalu sistem keuangan dan permodalan yang juga inklusif,” papar Mike.

Kendala permodalan juga dirasakan Nora di kelompok usahanya. Meski kelompok usahanya tetap aktif memproduksi kerajian anyaman piring dari lidi sawit, tapi produksi dilakukan dengan alat tradisional seadanya. “Tantangan juga bagi kami yaitu pengelolaan produksi bahan baku masih menggunakan alat tradisional yaitu dengan pisau serut dapur. Jadi jika ada dukungan modal untuk alat yang lebih praktis, kita bisa lebih cepat untuk produksi,” ujarnya.

Di sisi lain, menurut Irene kesempatan bagi perempuan untuk menjadi mandiri ekonomi di era digital lebih besar karena bisa lebih mengekspresikan diri dan sudah ada peraturan yang melindungi untuk beraktivitas di ruang digital. “Sekarang banyak banget content creator. Macam-macam banget konten zaman sekarang. Menurut aku tipsnya adalah kamu temuin dulu apa yang memang jadi kesukaan kamu. Lalu di buat mind mapping atau list konten yang mau dibikin. Jadi kita bisa punya bank content. Selain itu peting banget juga untuk membangun personal branding di ranah digital. Kita harus percaya sama diri kita dan kapasitas kita. Karena hanya kita yang bisa memotivasi dan menghargai diri kita. Aku tidak memikirkan kekurangan aku pada saat liputan atau membuat konten, aku hanya fokus memberikan yang terbaik dan fokus pada kelebihan kita,” papar Irene.

Besarnya peran perempuan dalam membangun ekonomi tidak dapat dipungkiri. Adanya rasa percaya diri pada perempuan dan dukungan keluarga dan pasangan menjadi modal untuk membangun kemandirian ekonomi seperti yang dialami oleh Nora. Tidak hanya berperan untuk menggerakan ekonomi, Irene bercerita bahwa perempuan juga berperan penting melestarikan alam dan lingkungan yang menjadi faktor pendukung perekonomian. Mike menambahkan, negara yang kuat harus diawali dengan memperkuat perempuan karena perempuan.  “Negara harus hadir memperkuat perempuan. Ekonomi yang maju itu ditopang oleh perempuan yang sejahtera perempuan yang berkualitas dan perempuan yang berdaya,” pungkas Mike.

Writer: Swiny Adestika

Variasi makanan dan gizi seimbang membuat batita Rifki bebas stunting

Cerita

Karlina (39 Tahun), seorang Ibu Rumah Tangga dari Desa Maluk, Dusun Otak Kriss, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) awalnya tidak peduli dengan tumbuh kembang anak sehingga gizi anaknya Rifki (3 tahun) tidak terkontrol sehingga masuk dalam kategori stunting. “Saya tidak paham tentang tumbuh kembang dan gizi anak. Sehingga saya memberikan makanan anak sembarangan dan menu yang sama setiap hari,” ujarnya.

Karlina menjelaskan dirinya datang ke posyandu bersama Rifki secara rutin. Ia mengaku kaget saat hasil timbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Rifki menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan kategori usianya. “Setelah Rifki ditimbang dan diukur tinggi badannya, ternyata Rifki masuk katagori stuntin. Kader Posyandu saat itu menyarankan Rifki diberi makanan yang banyak dan akan diberikan PMT,” ungkapnya.

Para kader Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di kampung, diceritakan Karlina, secara aktif mengantarkan PMT ke rumahnya. Penjelasan mengenai menu gizi seimbang yang baik untuk anak juga ia peroleh dari para kader. “Menu 4 bintang dengan variasi makanan jadi menu yang penting untuk anak agar tumbuh kembangnya bagus. Para kader juga meminta saya menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar rumah,” kenang Karlina.

Untuk mendalami pengetahuan tentang gizi dan kesehatan anak, Karlina disarankan aktif menghadiri kelas parenting yang diselenggarakan oleh Yayasan CARE Peduli (YCP) yang bekerjasama dengan kader DASHAT dan Tim Pendamping Keluarga (TPK). “Di kelas parenting saya jadi paham tentang gizi anak dan cara mengolah variasi makanan. Anak saya jadi tidak bosan dan lebih lahap makannya. Ditambah kader yang mengantar PMT selalu memantau porsi makan anak saya. Saya jadi lebih paham kalau anak balita itu sangat baik jika diberi telur, ikan dan sayuran untuk menambah kecerdasan anak,” ujarnya. Karlina menambahkan, saat ini ia bersama suami, Iwan Wahyudi, mengembangkan kebun gizi di lahan yang mereka sewa. Hasil panen dari kebun gizi mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi Rifki dan dijual untuk menambah pendapatan keluarga.

Karlina mengaku senang dan lega karena saat ini Rifki sudah tidak masuk dalam kategori stunting. Berat badan dan tinggi badannya sudah normal sesuai dengan standar tumbuh kembang anak diusianya, berkat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan yang merupakan bagian dari program percepatan penurunan stunting di KSB. Program yang merupakan kolaborasi PT AMMAN Mineral, Pemerintah KSB dan Yayasan Care Peduli (YCP) merupakan program konvergensi dengan tiga tujuan utama yaitu penguatan kesehatan dan gizi, penguatan ekonomi keluarga dan penguatan kapasitas gender serta suara perempuan. Dukungan YCP juga dilakukan melalui pelatihan untuk para kader TPK dan membentuk DASHAT sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kelas parenting dan penyulahan kesehatan serta nutrisi bagi masyarakat khususnya di Desa Maluk, Kab. Sumbawa Barat. “Pengetahuan saya tentang gizi dan prilaku hidup bersih dan sehat bertambah dari kelas parenting, Sehingga saya bisa mencegah anak kedua saya, Rayhan Aditya (1,5 tahun) mengalami stunting.  Rayhan tumbuh dengan sangat sehat dengan tinggi badan di atas normal,” pungkas Karlina.

Penulis: Ikraman, Meiry
Editor: Swiny Adestika

Suara Perempuan dalam Musyawarah Desa: Memperjuangkan Kesejahteraan dan Perlindungan Anak-Anak

Berita

Aspirasi Perempuan Penting Untuk Pembangunan Desa

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 menyebutkan jumlah penduduk Indonesia mencapai 272,7 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 136,38 juta jiwa merupakan populasi perempuan dan sekitar 79,48 juta jiwa merupakan populasi anak (29,15%). Dengan demikian, jumlah total populasi perempuan dan anak mencapai sekitar 65,2 persen dari total penduduk Indonesia; dan sekitar 43 persen dari mereka tinggal di lebih dari 81,000 desa di Indonesia. Oleh karena itu, suara dan aspirasi perempuan penting untuk pembangunan desa, termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar perempuan dan perlindungan anak.

Upaya dalam menyuarakan aspirasi perempuan dalam membentuk Desa Ramah Perempuan Dan Peduli Anak (DRPPA) dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) melalui Program Percepatan Penurunan Stunting, program kolaborasi antara Pemerintah KSB, PT Amman Mineral Nusa Tenggara, dan Yayasan CARE Peduli (YCP). 327 perempuan perwakilan dari kelompok perempuan dan kelompok disabilitas, ibu rumah tangga, pelaku UMKM, pemerintah desa, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Perempuan Kepala Keluarga, mengikuti kegiatan Musyawarah Perempuan yang dilaksanakan di 16 desa. “Selama ini perempuan dikatakan nomor sekian, yang diutamakan laki-laki. Tapi dari kegiatan ini, ide-ide perempuan bisa berkontribusi untuk pembangunan desa,” ujar Hardini Fandalita, Kader Desa Mantun.

Pada musyawarah tersebut, perwakilan perempuan dari 16 desa di Kecamatan Jereweh, Maluk, dan Sekongkang dari Kab. Sumbawa Barat, mengemukakan beragam aspirasi, terutama terkait pemenuhan kebutuhan dasar bagi kelompok perempuan. Beberapa usulan yang disampaikan antara lain adalah pemberian makanan tambahan untuk anak stunting dan ibu hamil dengan kondisi kekurangan energi kronis, pendidikan untuk anak usia dini, pengaktifan balai mediasi untuk tempat pengaduan kekerasan terhadap perempuan dan anak, penyediaan akses air bersih, serta pentingnya adanya peraturan desa terkait perlindungan anak dan pencegahan perkawinan anak. Usulan-usulan ini bertujuan untuk menjadikan desa-desa tersebut menjadi DRPPA.

“Ini pengalaman yang sangat menarik, karena kami dapat mengeluarkan ide-ide dan masalah perempuan. Harapannya, musyawarah ini dapat dilakukan secara rutin di setiap desa agar perencanaan dan keputusan lebih memperhatikan kebutuhan perempuan,” ujar Rinawati, peserta Musyawarah Perempuan dari Desa Bukit Damai.

Sebelumnya, YCP telah memfasilitasi Desa Maluk dan Desa Pasir Putih untuk menyusun peraturan desa terkait perlindungan anak dan pencegahan perkawinan anak. Selain itu, forum anak juga telah dibentuk di 5 desa di Kecamatan Maluk sebagai langkah nyata dalam mewujudkan Desa Ramah Anak.

“Peran perempuan dalam pembangunan desa memiliki dampak yang besar pada kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kontribusi mereka dalam berbagai aspek kehidupan desa, perempuan bukan hanya menjadi agen perubahan, tetapi juga kunci dalam menciptakan desa yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengakui peran yang penting dimainkan oleh perempuan dalam pembangunan desa. Dengan adanya Musyawarah Pembangunan Desa (Musrenbangdes) Perempuan di 16 desa di KSB, partisipasi perempuan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan di tingkat desa dapat ditingkatkan,” pungkas Muhammad Ikraman, Projek Manager Yayasan CARE Peduli.

Hasil musyawarah ini tidak hanya menjadi bahan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes), tetapi juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran perempuan dalam pembangunan desa. “Dengan demikian, partisipasi perempuan dalam pembangunan desa bukan lagi sekadar formalitas, melainkan upaya nyata untuk menciptakan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak, yaitu desa yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan,” pungkas Ikraman.

Penulis: Nurainy Darono
Editor: Swiny Adestika

YCP menjadi mitra strategis dari Bali International Air Show 2024

Galeri

YCP percaya, upaya kolaboratif dengan semua pemangku kepentingan, termasuk bisnis, sangat penting untuk mengatasi kemiskinan multidimensi dan krisis lingkungan global. Kemitraan strategis YCP dalam Bali International Airshow 2024 merupakan tonggak penting, karena menjadi pameran kedirgantaraan pertama yang berkomitmen untuk mendukung kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan. Kolaborasi ini melibatkan pemerintah, pemangku kepentingan industri, dan lembaga masyarakat sosial. Dukungan yang diterima dari Bali International Airshow 2024 akan berkontribusi pada pengurangan stunting melalui pendekatan holistik YCP, dengan program pilot di Nusa Tenggara Timur.

Bali International Airshow 2024: Suarakan Kemajuan Industri Serta Komitmen Perlindungan Lingkungan Hidup dan Kesejahteraan Sosial

Berita

PRESS RELEASE

publication

for immediate

Bali International Airshow 2024: Suarakan Kemajuan Industri Serta Komitmen Perlindungan Lingkungan Hidup dan Kesejahteraan Sosial

Jakarta, 1 Maret 2023 – Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Repubik Indonesia (Kemenko Marves RI) menjadi tuan rumah Bali International Airshow 2024 (BIAS) pada 18-21 September 2024. Pameran kedirgantaraan ini menjadi yang pertama berkomitmen memberikan dukungan untuk kesejahteraan sosial dan perlindungan lingkungan hidup. Implementasi komitmen diwujudkan melalui penandatanganan kerja sama antara PT INARO Tujuh Belas selaku penyelenggara BIAS dengan Yayasan CARE Peduli (YCP) pada Jumat, 1 Maret 2024 di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Jodi Mahardi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kemenko Marves RI, dalam sambutannya pada acara penandatanganan Nota Kesepahaman, menyambut baik kerja sama antara PT INARO Tujuh Belas dengan Yayasan CARE Peduli. Kerja sama antara kedua belah pihak diharapkan dapat membantu mengatasi persoalan kesehatan masyarakat dan pembangunan kesejahteraan pada daerah yang membutuhkan intervensi. Deputi Jodi menekankan agar kolaborasi dan komitmen yang sudah dibangun ini terus dikembangkan dan diperkuat. Kolaborasi kedua lembaga untuk menyongsong pelaksanaan Bali International Airshow, September mendatang, harus dilanjutkan hingga pasca event.  Industri Aviasi Nasional juga harus ikut berkontribusi mendukung pembangunan berkelanjutan yang terus digaungkan oleh Pemerintah baik pusat maupun daerah.

Secara khusus Deputi Jodi menyampakan, “Dari kolaborasi ini kita ingin menunjukkan bahwa pelaksanaan BIAS memberi dampak langsung kepada kesejahteraan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Setelah 28 tahun absen, BIAS hadir dengan wajah baru. Kita berupaya untuk menegaskan kalau event ini tidak hanya berpengaruh pada eksistensi industri aviasi nasional saja, namun ada komitmen positif tambahan yang berkaitan dengan keberlanjutan, pada kesejahteraan orang banyak,” ujarnya.

Lebih lanjut, Deputi Jodi menjelaskan potensi industri penerbangan di Indonesia diproyeksikan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 5% selama 5 tahun ke depan. Indonesia berada pada peringkat ke-4 pasar perjalanan udara terbesar secara global, dengan banyaknya peluang penerbangan sipil. Tren positif di industri penerbangan juga didukung dengan adanya komitmen Indonesia untuk lingkungan hidup, salah satunya melalui pengembangan SAF (Sustainable Aviation Fuel).

“Masyarakat perlu mengetahui pemerintah sangat concern dan berkomitmen untuk menjaga lingkungan hidup. Dari sektor dirgantara dan penerbangan, kita sudah dorong SAF untuk terus dikembangkan. Bahkan di BIAS tahun ini, saat kita lihat ada peluang, kita ajak dan dorong para pelaku usaha dan industri untuk berkolaborasi agar turut andil dalam perlindungan ekosistem. Saya pikir ini hal yang sangat baik selain sejalan dengan visi kemaritiman nasional dan wisata Bahari, ini juga diharapkan dapat mendukung target penurunan emisi nasional” ujarnya.

Senada dengan penegasan Deputi Jodi terkait pentingnya kolaborasi untuk pengentasan isu sosial dan kesejahteraan masyarakat, Abdul Wahid Situmorang, Chief Executive Officer Yayasan Care Peduli (YCP) juga menyambut baik peluang kolaborasi pengentasan isu kesehatan dan kesejahteraan bersama INARO untuk menyukseskan pelaksanaan BIAS.

Laporan Indonesia Poverty Assessment 2023 dari Worldbank menyebutkan bahwa guncangan, termasuk dari perubahan iklim, terus mengancam upaya pengentasan kemiskinan. Selain itu, sumber daya manusia, perbedaan geografis dan produktivitas yang rendah masih menjadi faktor kemiskinan di Indonesia. Meski demikian, daerah-daerah di Indonesia yang sebelumnya tertinggal berhasil mengejar ketertinggalannya. Disampaikan bahwa kebijakan pengentasan kemiskinan Indonesia perlu diperluas melalui pendekatan multi-cabang dan partisipasi semua pihak.

“Perlu kerja bersama seluruh pihak termasuk pelaku usaha untuk mengatasi kemiskinan mutidimensi dan krisis planet yang terjadi. Dukungan yang didapat dari Bali International Airshow 2024 akan CARE Indonesia arahkan untuk berkontribusi pada target penurunan stunting sebesar 14% di 2024, terutama untuk provinsi dengan angka stunting tinggi seperti Nusa Tenggara Timur dan wilayah lainnya. Dengan terpenuhinya nutrisi dan gizi bagi anak dan Ibu hamil, produktivitas tenaga kerja dapat didorong. Hal ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat berkontribusi pada peningkatan Pendapatan Bruto Negara atau PDB 11%. Selain itu, dukungan yang didapat juga akan berkontribusi pada perlindungan ekosistem laut seperti karang, mangrove dan hutan daratan tropis,” ujar Abdul Wahib.

Seno Adhi Damono, Chief Operating Officer PT INARO Tujuh Belas menyambut baik kerjasama dengan Yayasan CARE Peduli. Seno menyatakan pihaknya antusias akan hadirnya Yayasan CARE Peduli di Bali International Airshow 2024. “Kolaborasi yang diinisiasi hari ini menjadi wujud kerja bersama menjaga generasi penerus dan alam Indonesia. Kami sebagai penyelenggara mendukung kehadiran program CARE di antara para investor dan pelaku usaha yang mengikuti Bali International Airshow 2024,” ujarnya.

Penghargaan khusus juga akan diberikan sebagai apresiasi untuk dukungan dari para partisipan yang diberikan kepada kerjabersama menjaga lingkungan hidup dan mewujudkan kesejahteraan sosial.

***Selesai***

 

Tentang Yayasan CARE Peduli

Yayasan CARE Peduli (YCP) adalah organisasi kemanusiaan yang berfokus pada pengelolaan risiko bencana, dan kesetaraan gender dan inklusi sosial. YCP secara resmi beroperasi sebagai entitas nasional pada tahun 2018, dan merupakan anggota konfederasi CARE International (CARE).

CARE telah hadir di Indonesia sejak tahun 1967. CARE beroperasi di 102 negara, mendukung 1,495 program penanggulangan kemiskinan dan bantuan kemanusiaan, dan telah menjangkau lebih dari 100 juta orang (sampai dengan 31 Desember 2021).

Di Indonesia, pemberdayaan perempuan dan anak perempuan menjadi prioritas utama dalam setiap program YCP, sebab kesetaraan merupakan bagian dari pembangunan sosial dan ekonomi berkelanjutan. Untuk mengetahui program-program YCP, silakan kunjungi Yayasan CARE Peduli atau ikuti YCP di Instagram, Facebook, LinkedIn, dan YouTube.

Untuk informasi lebih lanjut, mohon hubungi:
Swiny Adestika
Branding and Public Relations Sr. Manager
Yayasan CARE Peduli
Email: swiny_adestika@careind.or.id

Kebun Gizi: Sumber Makanan Kaya Nutrisi di Desa Talonang Baru

Galeri

Pendekatan holistik kami dalam mencapai keadilan gender dan inklusi sosial juga diterapkan dalam program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat, sebuah kolaborasi antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, dan YCP. Melalui pengelolaan kebun gizi, termasuk di Desa Talonang Baru di mana YCP memberikan pelatihan kepada kelompok petani perempuan pada Desember 2023, kami berhasil panen berbagai macam sayuran. Hasil panen kemudian digunakan sebagai bahan baku untuk menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak yang mengalami stunting dan ibu hamil dengan kekurangan energi kronis.

Batita Talita Kembali Ceria Dengan Pemberian Makanan Tambahan

Cerita

Vivi Iswantari: Kami senang saat Ibu kader TPK dan Ibu kepala desa datang mengantar makanan dan memberikan penyuluhan pada kami sekeluarga, Talita menjadi semangat untuk makan.

Vivi Iswantari (25) dari Desa Dasan Anyar, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, tidak bisa menyembunyikan keharuannya melihat anak pertamanya, Talita Zahra yang saat ini berusia 3 tahun, bermain ceria bersama temannya di halaman rumah sederhananya. Anak semata wayang bersama suaminya, Rony AR (39), lahir dengan Berat Badan (BB) normal 2,5 kg dengan Panjang Badan (PB) 47 cm dan mendapatkan ASI eksklusif.

Kebahagian mereka terganggu. Di hari ke-5 Talita jatuh sakit. “Anak ibu menderita Panyakit Kuning sehingga harus di opname di rumah sakit,” ujar Vivi meniru perkataan dokter saat itu. Keterbatasan pemahamannya tentang kesehatan membuat Vivi tidak memahami penjelasan dokter terkait penyakit yang diderita anaknya. Vivi hanya bisa mematung melihat anaknya tidur pucat dengan infus di atas kasur.

Berat Badan (BB) Talita diceritakan Vivi terus menurun dan sering diserang penyakit bahkan sempat mengalami sesak napas. “Saya tetap memberikan makan, tetapi kadang anaknya tidak mau makan. Apalagi setelah mulai MPASI, anak sulit makan sehingga mudah terserang flu, demam, dan diare,” ungkap Vivi. Lebih lanjut Vivi menceritakan, Talita selalu ia ajak ke Posyandu karena penambahan BB dan Tinggi Badan (TB) Talita yang belum optimal sesuai kategori usianya. “Di Posyandu kami dapat makanan tambahan seperti biskuit, telur, bubur kacang hijau, namun Talita tidak mau makan. Dia lebih suka makan buah dan jajanan saja,” ujarnya.

Suami Vivi, bekerja sebagai buruh bangunan lepas, dengan pendapatan yang tidak tetap. “Kami sulit memenuhi kebutuhan gizi Talita karena keterbatasan itu, sehingga pertumbuhan Talita menjadi lambat”, ungkapnya. Penimbangan Talita yang dilakukan di Agustus 2022 lalu menunjukkan tinggi badan Talita yang tidak normal di usianya sehingga dinyatakan stunting. “Berat badan anaknya sangat rendah dan tinggi badanya juga pendek. Catatan di Buku KIA berat badan anaknya termasuk di Bawah Garis Merah (BGM) selama 1 tahun terakhir,” cerita Vivi.

Semangat Vivi kembali menguat saat anaknya menerima Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT menjadi salah satu rangkaian kegiatan dari program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan kolaborasi antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Pemerintah KSB dan Yayasan CARE Peduli (YCP).

“PMT ini sangat bermanfaat untuk keluarga kami, terutama Talita. Karena variasi makanannya banyak, ada buah dan sayur yang berbeda setiap hari. Anak saya sangat suka. Jadi setiap hari dia menunggu nasi yang diantarkan”, ujar Vivi dengan berbinar. Selain makan PMT yang diberikan, Vivi tetap memberikan makanan lain untuk meningkatkan selera makan Talita. Setelah satu bulan menerima PMT, BB Talita bertambah 400 gram.

Melihat perkembangan yang baik di Talita, Vivi aktif menjadi Kader TPK Posyandu. Meski hanya tamatan SMU, setelah mendapatkan banyak penyuluhan dan pengetahuan dari para kader TPK desa, Vivi tetap semangat membantu di Posyandu. Ia menjelaskan ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tetang pertumbuhan anak termasuk kesetaraan gender yang dapat menurunkan stunting dan membaginya kepada keluarga balita yang lain di desanya.

Selain Vivi, PKK Desa Dasan Anyar juga menyampaikan apresiasinya terhadap PMT dan program penurunan stunting di desanya. “PMT telah membawa perubahan dalam pendekatan percepatan penurunan stungting,” ujar Ismaningsih (36), Ketua PKK Desa Dasan Anyar. “Kami diberikan pelatihan bagi semua Kader TPK, tentang stunting, air bersih dan gizi bagi balita. Sehingga saat kami dilibatkan dalam program PMT, kami dengan mudah memberikan penyuluhan kepada keluarga stunting dan keluarga ibu hamil dengan kondisi energi kronik. Para kader juga diajarkan untuk melibatkan para suami dalam memantau dan terlibat aktif menjaga tumbuh kembang anak melalui pelatihan kesetaraan gender,” pungkas Ismaningsih.

Penulis: Muhammad Ikraman, Meiry Nasution
Editor: Swiny Adestika

Upaya Percepatan Penurunan Stunting: 132 Remaja KSB Belajar tentang Kesehatan Reproduksi untuk Mencegah Perkawinan Anak

Berita

Wadah Edukasi Melalui Kelas Lingkar Remaja

Studi menunjukkan bahwa kondisi perempuan selama kehamilan dan persalinan adalah faktor yang penting untuk dipantau karena dapat berkontribusi pada stunting, seperti dikutip dari laman Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Namun kondisi kehamilan perempuan akan lebih rentan apabila terjadi di usia remaja, terutama apabila terjadi kekurangsiapan secara fisik dan psikis dalam pola asuh. Edukasi ke kelompok remaja menjadi strategis sebagai peer-to-peer sebagai pembentukan platform atau wadah remaja bisa bercerita banyak hal untuk ruang aman terutama untuk pencegahan perkawinan usia anak. Lebih lanjut ditegaskan oleh Hasto Wardoyo, Ketua BKKBN menyatakan bahwa pelibatkan remaja dalam upaya mengatasi stunting menjadi krusial karena remaja merupakan pelopor inovasi dan agen perubahan untuk Indonesia salah satunya di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat.

“Upaya untuk mempercepat penurunan stunting, terutama di Nusa Tenggara Barat yang memiliki tingkat risiko tinggi perlu menggunakan pendekatan holistik, tidak hanya penanganan tetapi juga termasuk melakukan pencegahan. Salah satunya dengan pencegahan perkawinan anak pada usia remaja, khususnya mereka yang berusia antara 12 hingga 18 tahun,” ujar Muhammad Ikraman, Project Manager Yayasan CARE Peduli yang disampaikan pada kegiatan Lingkar Remaja di Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat (1-3/2). Edukasi pada remaja SMP dan SMA ini menjadi bagian dari rangkaian Program Penurunan Stunting untuk Generasi Sehat, Cerdas, dan Tangguh, yang menjadi program kolaborasi antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan Yayasan CARE Peduli (YCP).

132 remaja dari SMP Negeri 1 Maluk, SMP dan SMA IT Binaul Ummah Maluk, antusias mengikuti edukasi terutama seputar kesehatan reproduksi. Tidak hanya itu, penjelasan mengenal tubuh mereka sendiri, hubungan antar gender, pemahaman gender itu sendiri, relasi kuasa, kekerasan berbasis gender, pengenalan alat kontrasepsi, serta hak-hak yang harus dihormati sebagai individu juga disampaikan. Selain itu, pemahaman tentang dampak perilaku seks beresiko seks bebas, penyakit menular seksual seperti Infeksi Menular Seksual, HIV dan AIDS, serta masalah perundungan/bullying, pelecehan seksual dan kekerasan dalam pacaran misalnya atau apa yang terjadi dalam keluarga di bahas secara interaktif, topik-topik tersebut mendapat respon positif dari peserta.

“Kami bisa saling berbagi cerita sebagai remaja, sehingga saya merasa lebih nyaman untuk mengungkapkan pendapat saya dan memberikan masukan terhadap topik yang dibahas,” ungkap Mulyana, siswi kelas 8 di SMP Negeri 1 Maluk. Mulyana menambahkan dirinya lebih memahami dampak perkawinan usia anak dari berbagai sisi seperti sosial dan ekonomi setelah mengikuti kegiatan tersebut.

Sebagai referensi, Indonesia menduduki peringkat empat di tingkat global dalam hal perkawinan anak, dengan jumlah kasus mencapai 25,53 juta pada tahun 2023, dilansir dari UNICEF. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi Provinsi dengan angka kasus perkawinan anak paling tinggi, yaitu 16,23 persen, pada perempuan sebelum usia 18 tahun. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menyatakan perkawinan anak tidak hanya melanggar hak asasi manusia dan hak anak, tetapi juga memiliki dampak serius terhadap kesehatan dan perkembangan anak, salah satunya adalah risiko stunting.

“Kegiatan ini sangat membantu dalam pencegahan perkawinan usia anak di kalangan siswa kami. Banyak di antara mereka yang sebelumnya terlibat dalam perkawinan saat masih berstatus pelajar SMP, hal ini karena minimnya pemahaman mengenai risiko yang terkait dengan perkawinan usia anak. Selain itu, kami juga memperoleh pencerahan tentang strategi mengatasi kasus bullying dan pencegahan kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah,” ungkap Jamhuri, Guru Bimbingan Konseling (BK) di SMP Negeri 1 Maluk.

Penyampaian materi secara interaktif pada Lingkar Remaja menurut Awalia Murtiana, Program Manager YCP, berhasil meningkatkan partisipasi aktif peserta remaja. “Para peserta remaja tidak hanya mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam, tetapi juga merasa lebih termotivasi dan bersemangat untuk aktif dalam sesi-sesi pembahasan topik yang berkaitan dengan kehidupannya dimasa remaja. Harapannya dari kelas ini, para remaja di KSB dapat lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan seksual dan reproduksi mereka, lebih bisa memahami kesetaraan gender, serta menghargai hak-hak sebagai individu. Dengan memahamkan hal-hal tersebut diharapkan sikap dan perilaku remaja berubah. Tentunya, tujuan utamanya adalah menjadikan teman-teman remaja menjadi agent of change yang gender responif untuk terlibat dalam partisipasi bermakna dalam pencegahan terjadinya perkawinan anak sehingga dapat berkontribusi dalam menurunkan angka stunting di Indonesia,” tegas Awalia.

Upaya penurunan stunting sudah menjadi komitmen pemerintah, sekolah, dan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan disahkannya Peraturan Desa (Perdes) tentang Perlindungan dan Pencegahan Perkawinan Anak pada bulan Agustus dan September 2023 di Desa Maluk dan Desa Pasir Putih yang di juga difasilitasi dan didampingi oleh YCP, menegaskan komitmen melindungi hakanak dan remaja dalam mencegah terjadinya perkawinan usia anak, yang menjadi salah satu faktor risiko dalam stunting. “Kami sangat mendukung terbentuknya Forum Anak Desa dan terbitnya Perdes Perlindungan anak ini, sehingga anak-anak terlindungi hak-haknya dan mereka mempunyai peran aktif sebagai Pelopor dan Pelapor. Perdes ini juga akan kami sebarkan dan replikasi ke desa-desa lain sehingga dapat menjadi contoh dan pembelajaran bagi desa lainnya,” tutur Kalsum, Kepala Bidang Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak KSB kepada tim YCP.

Penulis: Nurainy Darono, Editor: Swiny Adestika

Edukasi Kepada Remaja Untuk Mencegah Stunting di Kabupaten Sumbawa Barat

Galeri

Upaya Percepatan penurunan stunting dapat dilakukan sejak dini dengan melibatkan remaja agar mencegah terjadinya perkawinan anak. Kelas Lingkar Remaja diselenggarakan, menjadi bagian dari Program Penurunan Stunting untuk Generasi Sehat, Cerdas, dan Tangguh, yang merupakan program kolaborasi antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) dan Yayasan CARE Peduli (YCP). Sebanyak 132 siswa dan siswi SMP dan SMA di Desa Maluk dan Desa Pasir Putih mengikuti edukasi (1-3/2) tentang kesehatan reproduksi, pemahaman tubuh, hubungan gender, penggunaan kontrasepsi, serta hak-hak yang harus dihormati sebagai individu, dan pemahaman tentang dampak seks bebas, penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS, masalah pelecehan seksual, dan kekerasan dalam rumah. Antusias peserta terlihat selama mengikuti kegiatan. Menurut mereka, pemahaman yang lebih baik tentang dampak ekonomi dan risiko kesehatan lainnya dari perkawinan usia anak sudah didapatkan.

Kanny: Pengetahuan mengenai kesetaraan gender harus disebarkan secara masif dan berkelanjutan

Berita

Edukasi Kesetaraan Gender bagi Pekerja Perempuan Perkebunan Teh

Data FAO tahun 2022 menyebutkan bahwa Indonesia adalah produsen teh terbesar ke-7 di dunia. Luas area perkebunan teh terbesar ada di Jawa Barat yakni sebanyak 88 persen, seperti dilansir dari data Badan Pusat Statistik tahun 2020. Sebagian besar pekerja di perkebunan teh adalah perempuan, terutama sebagai pemetik teh. Representasi perempuan pada tingkat manajemen di dalam perkebunan teh masih minim serta teridentifikasi adanya diskriminasi dalam penghasilan pekerja, dimana pekerja laki-laki menerima gaji lebih tinggi untuk pekerjaan yang sama, sehingga menunjukan masih adanya ketidaksetaraan gender yang terjadi, seperti dilansir dari Jurnal THIRST tahun 2020.

Manajemen sudah membuka kesempatan bagi para pekerja perempuan untuk menduduki posisi-posisi yang sama dengan laki-laki baik sebagai mandor, pengawas, maupun manager. Namun para pekerja perempuan masih merasa kurang percaya diri untuk bersaing dengan laki-laki. Kami harap, momentum adanya Program Pemberdayaan Perempuan Komunitas Teh Bersama Yayasan CARE Peduli bisa membuat para pekerja perempuan memiliki kepercayaan diri dan kapasitas yang lebih baik sehingga dapat bersaing lebih baik juga,” ujar Heru Supriadi, Manager Perkebunan Unit Malabar PTTPN 1 Region 2 dalam sambutannya saat pembukaan Workshop Kesetaraan Gender dan Kekerasan Berbasis Gender (23/1) di Perkebunan Pasirmalang, Desa Margaluyu, Kecamatan Pangalengan, Jawa Barat.

Pelatihan yang dilakukan di dua desa, yakni Desa Margaluyu dan Desa Banjarsari memfokuskan pada pengenalan terhadap konsep gender serta kekerasan berbasis gender. Dilansir dari laman kekerasan.kemenppa.go.id, kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia sejak 1 Januari 2024 tercatat sebanyak 1.124 kasus. Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi dengan jumlah kasus kekerasan yang tertinggi tercatat di laman tersebut, yakni sebanyak 106 kasus. Perempuan dan anak menjadi korban tindak kekerasan yang tercatat terjadi di Jawa Barat.

Kanny Destana, isteri Kepala Desa Banjarsari yang hadir dalam pelatihan mewakili perangkat Desa menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki punya kerentanan yang sama untuk menjadi korban kekerasan, termasuk kekerasan berbasis gender. “Pengetahuan mengenai kekerasan, dampak, dan upaya-upaya pencegahan dan penanganan kekerasan harus disebarluaskan secara masif dan berkelanjutan agar terwujud lingkungan yang jauh dari kekerasan. Desa Banjarsari yang sudah memiliki unit Komisi Perempuan Indonesia atau KPI dapat menjadi salah satu wadah mencegah dan menangani tindak kekerasan, terutama kekerasan berbasis gender,” ujar Kanny yang juga menjadi guru SMK di desanya.

Lebih dari 44 peserta dari Desa Margaluyu dan Desa Banjarsari terlihat antusias mengikuti pelatihan. Tidak hanya pekerja perempuan pemetik teh, pekerja laki-laki, organisasi perempuan perkebunan juga perwakilan serikat pekerja perkebunan turut mengikuti rangkaian pelatihan. Ketua Serikat Pekerja Perkebunan unit Pasirmalang, Acep, mengapresiasi jalannya pelatihan yang melibatkan peserta laki-laki dan memberikan penjelasan pentingnya peran laki-laki agar kesetaraan dan keadilan gender dapat terwujud. Bagi Acep, pelatihan ini memberikan pemahaman baru baginya, termasuk pentingnya mencegah kekerasan berbasi gender yang salah satunya bisa dilakukan dengan mencegah pernikahan anak. “Jika laki-laki memiliki pemahaman yang baik serta terlibat sebagai supporter, kesetaraan gender bisa terwujud,” ungkapnya.

Upaya penguatan para pekerja pemetik teh perempuan di Jawa Barat dilakukan Yayasan CARE Peduli (YCP), salah satunya melalui pelatihan gender, yang menjadi rangkaian Program Pemberdayaan Perempuan Komunitas Teh. Agus Tri Wahyuono, Program Manager YCP menjelaskan bahwa pelaksanaan program tidak hanya pada penguatan kesetaraan gender di tempat kerja dan komunitas, tetapi juga kemampuan leadership khususnya pada pekerja perempuan, penguatan ekonomi lokal serta penguatan kesiapsiagaan komunitas di sekitar perkebunan teh terhadap akses ke kesehatan, pemenuhan nutrisi dan air bersih. “Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam rangkaian program yang akan berjalan selama 3 tahun di 3 desa. Harapannya, jika rangkaian program dapat meningkatkan pemberdayaan pekerja perempuan di perkebunan teh area Jawa Barat, kedepannya dapat direplikasi pada industri lain di lokasi berbeda,” pungkas Agus.

Penulis: Swiny Adestika