Vivi Iswantari: Kami senang saat Ibu kader TPK dan Ibu kepala desa datang mengantar makanan dan memberikan penyuluhan pada kami sekeluarga, Talita menjadi semangat untuk makan.
Vivi Iswantari (25) dari Desa Dasan Anyar, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, tidak bisa menyembunyikan keharuannya melihat anak pertamanya, Talita Zahra yang saat ini berusia 3 tahun, bermain ceria bersama temannya di halaman rumah sederhananya. Anak semata wayang bersama suaminya, Rony AR (39), lahir dengan Berat Badan (BB) normal 2,5 kg dengan Panjang Badan (PB) 47 cm dan mendapatkan ASI eksklusif.
Kebahagian mereka terganggu. Di hari ke-5 Talita jatuh sakit. “Anak ibu menderita Panyakit Kuning sehingga harus di opname di rumah sakit,” ujar Vivi meniru perkataan dokter saat itu. Keterbatasan pemahamannya tentang kesehatan membuat Vivi tidak memahami penjelasan dokter terkait penyakit yang diderita anaknya. Vivi hanya bisa mematung melihat anaknya tidur pucat dengan infus di atas kasur.
Berat Badan (BB) Talita diceritakan Vivi terus menurun dan sering diserang penyakit bahkan sempat mengalami sesak napas. “Saya tetap memberikan makan, tetapi kadang anaknya tidak mau makan. Apalagi setelah mulai MPASI, anak sulit makan sehingga mudah terserang flu, demam, dan diare,” ungkap Vivi. Lebih lanjut Vivi menceritakan, Talita selalu ia ajak ke Posyandu karena penambahan BB dan Tinggi Badan (TB) Talita yang belum optimal sesuai kategori usianya. “Di Posyandu kami dapat makanan tambahan seperti biskuit, telur, bubur kacang hijau, namun Talita tidak mau makan. Dia lebih suka makan buah dan jajanan saja,” ujarnya.
Suami Vivi, bekerja sebagai buruh bangunan lepas, dengan pendapatan yang tidak tetap. “Kami sulit memenuhi kebutuhan gizi Talita karena keterbatasan itu, sehingga pertumbuhan Talita menjadi lambat”, ungkapnya. Penimbangan Talita yang dilakukan di Agustus 2022 lalu menunjukkan tinggi badan Talita yang tidak normal di usianya sehingga dinyatakan stunting. “Berat badan anaknya sangat rendah dan tinggi badanya juga pendek. Catatan di Buku KIA berat badan anaknya termasuk di Bawah Garis Merah (BGM) selama 1 tahun terakhir,” cerita Vivi.
Semangat Vivi kembali menguat saat anaknya menerima Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT menjadi salah satu rangkaian kegiatan dari program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) merupakan kolaborasi antara PT Amman Mineral Nusa Tenggara, Pemerintah KSB dan Yayasan CARE Peduli (YCP).
“PMT ini sangat bermanfaat untuk keluarga kami, terutama Talita. Karena variasi makanannya banyak, ada buah dan sayur yang berbeda setiap hari. Anak saya sangat suka. Jadi setiap hari dia menunggu nasi yang diantarkan”, ujar Vivi dengan berbinar. Selain makan PMT yang diberikan, Vivi tetap memberikan makanan lain untuk meningkatkan selera makan Talita. Setelah satu bulan menerima PMT, BB Talita bertambah 400 gram.
Melihat perkembangan yang baik di Talita, Vivi aktif menjadi Kader TPK Posyandu. Meski hanya tamatan SMU, setelah mendapatkan banyak penyuluhan dan pengetahuan dari para kader TPK desa, Vivi tetap semangat membantu di Posyandu. Ia menjelaskan ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih tetang pertumbuhan anak termasuk kesetaraan gender yang dapat menurunkan stunting dan membaginya kepada keluarga balita yang lain di desanya.
Selain Vivi, PKK Desa Dasan Anyar juga menyampaikan apresiasinya terhadap PMT dan program penurunan stunting di desanya. “PMT telah membawa perubahan dalam pendekatan percepatan penurunan stungting,” ujar Ismaningsih (36), Ketua PKK Desa Dasan Anyar. “Kami diberikan pelatihan bagi semua Kader TPK, tentang stunting, air bersih dan gizi bagi balita. Sehingga saat kami dilibatkan dalam program PMT, kami dengan mudah memberikan penyuluhan kepada keluarga stunting dan keluarga ibu hamil dengan kondisi energi kronik. Para kader juga diajarkan untuk melibatkan para suami dalam memantau dan terlibat aktif menjaga tumbuh kembang anak melalui pelatihan kesetaraan gender,” pungkas Ismaningsih.
Penulis: Muhammad Ikraman, Meiry Nasution
Editor: Swiny Adestika