Search
Close this search box.

Variasi makanan dan gizi seimbang membuat batita Rifki bebas stunting

Share it with others

Karlina (39 Tahun), seorang Ibu Rumah Tangga dari Desa Maluk, Dusun Otak Kriss, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) awalnya tidak peduli dengan tumbuh kembang anak sehingga gizi anaknya Rifki (3 tahun) tidak terkontrol sehingga masuk dalam kategori stunting. “Saya tidak paham tentang tumbuh kembang dan gizi anak. Sehingga saya memberikan makanan anak sembarangan dan menu yang sama setiap hari,” ujarnya.

Karlina menjelaskan dirinya datang ke posyandu bersama Rifki secara rutin. Ia mengaku kaget saat hasil timbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Rifki menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan kategori usianya. “Setelah Rifki ditimbang dan diukur tinggi badannya, ternyata Rifki masuk katagori stuntin. Kader Posyandu saat itu menyarankan Rifki diberi makanan yang banyak dan akan diberikan PMT,” ungkapnya.

Para kader Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di kampung, diceritakan Karlina, secara aktif mengantarkan PMT ke rumahnya. Penjelasan mengenai menu gizi seimbang yang baik untuk anak juga ia peroleh dari para kader. “Menu 4 bintang dengan variasi makanan jadi menu yang penting untuk anak agar tumbuh kembangnya bagus. Para kader juga meminta saya menjaga kebersihan anak dan lingkungan sekitar rumah,” kenang Karlina.

Untuk mendalami pengetahuan tentang gizi dan kesehatan anak, Karlina disarankan aktif menghadiri kelas parenting yang diselenggarakan oleh Yayasan CARE Peduli (YCP) yang bekerjasama dengan kader DASHAT dan Tim Pendamping Keluarga (TPK). “Di kelas parenting saya jadi paham tentang gizi anak dan cara mengolah variasi makanan. Anak saya jadi tidak bosan dan lebih lahap makannya. Ditambah kader yang mengantar PMT selalu memantau porsi makan anak saya. Saya jadi lebih paham kalau anak balita itu sangat baik jika diberi telur, ikan dan sayuran untuk menambah kecerdasan anak,” ujarnya. Karlina menambahkan, saat ini ia bersama suami, Iwan Wahyudi, mengembangkan kebun gizi di lahan yang mereka sewa. Hasil panen dari kebun gizi mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi Rifki dan dijual untuk menambah pendapatan keluarga.

Karlina mengaku senang dan lega karena saat ini Rifki sudah tidak masuk dalam kategori stunting. Berat badan dan tinggi badannya sudah normal sesuai dengan standar tumbuh kembang anak diusianya, berkat Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan yang merupakan bagian dari program percepatan penurunan stunting di KSB. Program yang merupakan kolaborasi PT AMMAN Mineral, Pemerintah KSB dan Yayasan Care Peduli (YCP) merupakan program konvergensi dengan tiga tujuan utama yaitu penguatan kesehatan dan gizi, penguatan ekonomi keluarga dan penguatan kapasitas gender serta suara perempuan. Dukungan YCP juga dilakukan melalui pelatihan untuk para kader TPK dan membentuk DASHAT sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kelas parenting dan penyulahan kesehatan serta nutrisi bagi masyarakat khususnya di Desa Maluk, Kab. Sumbawa Barat. “Pengetahuan saya tentang gizi dan prilaku hidup bersih dan sehat bertambah dari kelas parenting, Sehingga saya bisa mencegah anak kedua saya, Rayhan Aditya (1,5 tahun) mengalami stunting.  Rayhan tumbuh dengan sangat sehat dengan tinggi badan di atas normal,” pungkas Karlina.

Penulis: Ikraman, Meiry
Editor: Swiny Adestika

Cerita Terkait Lainnya