Memberikan rasa aman dan nyaman bagi para pekerja menjadi hal penting untuk menghindarkan pekerja perempuan dari kekerasan berbasis gender. 22 peserta perwakilan dari management dan pekerja PT Glory Industrial Semarang, serta perwakilan anggota LKS Bipartit PT Glory Industrial Semarang mengikuti “Pelatihan Penanganan Kasus Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual di Tempat Kerja” pada (24-25/10). Di akhir pelatihan, seluruh peserta sepakat berkomitmen untuk tidak menoleransi tindak kekerasan berbasis gender dan seksual di tempat kerja. Pembentukan tim satgas penanganan kasus KBG-KS akan dilakukan sekaligus menyusun buku panduan penangan kasus, menyusun alur penangan kasus dan SOP, serta penguatan kapasitas dalam penangan kasus.
Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja Perempuan di Perkebunan Teh Melalui Forum Multi Pihak
Dilansir dari Republika.id, 77 persen perkebunan teh di Indonesia berada di Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Pangalengan di Kabupaten Bandung menjadi salah satu area penghasil teh, sejak abad ke-19, saat pemerintahan kolonial Belanda mendirikan perkebunan dan pabrik teh. Hingga saat ini, Pangalengan menjadi salah satu daerah penghasil teh berkualitas tinggi di Indonesia. Meski begitu, dampak positif dari komoditas tersebut belum dirasakan secara merata. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS), pada tahun 2023 terdapat 245,50 ribu penduduk Kabupaten Bandung yang masuk ke dalam kategori miskin.
Irwan Herdiawan, Asisten SDM dan Umum Perkebunan Malabar PTPN 1 Regional 2 mengatakan, kurangnya komunikasi yang intens antara masyarakat, pemerintah desa, dan perusahaan menjadi salah satu penyebab terhambatnya peningkatan sumber daya manusia dan infrastruktur di desa yang masuk dalam area perkebunan teh. “Saya berharap masyarakat dan pekerja perkebunan teh benar-benar terlibat dalam Forum Pengembangan Masyarakat agar tercapai kesetaraan gender. Biasanya para pekerja tidak ragu dan lebih cair saat menyampaikan harapan dan keinginannya kepada tim manajemen,” kata Irwan di pertemuan sosialisasi pembentukan Community Development Forum (CDF) pada Kamis (3/10), yang diselenggarakan Yayasan CARE Peduli (YCP), menjadi bagian dari Program Pemberdayaan Komunitas Teh di Indonesia. Menurut Irwan, forum kolaborasi dan komunikasi antara perusahaan, pemerintah desa, dan masyarakat perlu ada untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja perkebunan teh.
Diskusi yang dihadiri 21 orang peserta, merupakan perwakilan dari PTPN 1 Regional 2, PT. Kabepe Chakra Bersama serta perwakilan Pemerintah Desa Banjarsari, Desa Margaluyu, dan Desa Indragiri guna membahas pembentukan Forum Pengembangan Masyarakat atau Community Development Forum (CDF).
Silvia Dewi, Project Manager YCP di Pangalengan menjelaskan, dari pengamatan yang dilakukan YCP, salah satu permasalahan yang terjadi selama ini belum bisa diselesaikan dengan baik karena masing-masing pihak belum saling bertukar pikiran. “Upaya mempertemukan manajemen perkebunan, pemerintah desa, dan masyarakat bisa jadi sarana menemukan solusi dari permasalahan yang ada. Seluruh peserta yang hadir pada pertemuan itu juga menyampaikan komitmennya untuk berperan aktif di CDF,” ungkap Silvia.
Senada dengan Silvia, Deni Sahidin, Kepala Desa Banjarsari menjelaskan, upaya kolaborasi dan komunikasi yang baik dapat menjadi salah satu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Kolaborasi yang sudah berjalan antara Pemerintah Desa Banjarsari dengan YCP dalam penanganan stunting menjadi salah satu bentuk kolaborasi yang kami rasa tepat. Harapannya, kolaborasi multi pihak seperti ini terus terlaksana. CDF harapannya juga menjadi salah satu wadah kita untuk berkolaborasi menangani masalah-masalah yang ada di masyarakat,” ujar Deni.
Pada sosialisasi yang sudah berjalan, menurut Silvia, semua pihak yang hadir sepakat untuk berkomitmen dan berperan aktif dalam upaya pembentukan CDF di tiga desa. “Para peserta yang hadir dalam sosialisasi ingin forum itu bisa menjadi wadah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga terwujudnya kesetaraan gender. CDF juga akan menjadi wadah kolaborasi pemberdayaan perempuan dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada di tiga desa,” kata Silvia.
Silvia menjelaskan, tahapan selanjutnya adalah melakukan sosialisasi kepada masyarakat di tingkat perkebunan dan desa untuk melakukan pemilihan panitia pembentukan CDF. Ia menyampaikan, akan juga dilaksanakan perekrutan calon anggota dan pengurus CDF di tiap desa. “Target besarnya adalah CDF bisa menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan di area perkebunan teh, seperti manajemen perkebunan, pemerintah desa, dan penduduk bisa duduk bersama untuk mengatasi masalah sosial dan ekonomi di wilayah mereka,” pungkas Silvia.
Penuhi Gizi Anak, Kelompok Usaha Perempuan Kembangkan Budi Daya Ikan dan Tanaman di Ember
Protein hewani, seperti dilansir dalam laman Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan RI dinilai memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap. Asam amino esensial (9AAE) yang lebih lengkap di protein hewani ketimbang protein nabati, membuat protein hewani lebih direkomendasikan untuk dikonsumi anak karena berperan besar membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Menurut Kemenkes RI, rendahnya asupan protein hewani dapat menyebabkan stunting. Berdasarkan riset di 49 negara, stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani.
Pemenuhan protein hewani untuk dikonsumsi anak-anak dilakukan Kelompok Usaha Mandiri Perempuan (KUMP) Sukses Bersama di Desa Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Melalui budidayakan ikan di dalam ember (budikdamber), kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut, melakukan budi daya ikan lele yang dipadukan dengan tanaman sayuran. Upaya pemenuhan asupan gizi anak di KSB menjadi bagian dari program percepatan penurunan stunting, kolaborasi PT Amman Mineral, Pemerintah KSB dan Yayasan CARE Peduli (YCP).
Hadiah, Ketua KUMP Sukses Bersama menjelaskan, telah membudidayakan lele bersama kelompoknya dengan pendampingan dari YCP, sejak bulan Juli 2024. Hadiah dan anggota kelompoknya mampu menghasilkan 5 sampai 10 kilogram ikan lele tiap bulannya. “Kami memelihara ikan lele utamanya untuk memenuhi asupan protein hewani anak-anak dan keluarga,” ujar Hadiah.
Lebih lanjut Hadiah menceritakan, delapan anggota KUMP yang melakukan budikdamber memiliki masing-masing dua ember di pekarangan rumahnya. “Saat ini ada total 16 ember lele,” ungkapnya.
Hasil budi daya lele yang berlimpah membuat Hadiah dan rekan kelompoknya bisa mendapatkan tambahan pemasukan keluarga dari penjualan lele. “Biasanya kami jual seharga Rp35,000 per kilogram untuk lele. Bisa dipesan yang masih hidup ataupun yang sudah diolah jadi masakan,” lanjut Hadiah.
Optimalisasi penjualan lele dari budikdamber dilakukan Hadiah dengan melakukan penjualan secara daring di akun media sosial. “Tiap kali ikan lele panen, setelah dipisah untuk kebutuhan makan keluarga, saya dan anggota lain langsung mempromosikan di Facebook. Lumayan untuk menghemat biaya operasional penjualan, karena hanya menggunakan ponsel saja. Warga sekitar juga punya Facebook, jadi lebih mudah kasih info saat lele siap jual,” ungkapnya.
Selain lele, hasil budikdamber Hadiah dan rekan-rekannya juga memenuhi kebutuhan sayuran harian keluarga. Tiap anggota bisa menghasilkan kangkung dan sawi yang ditanam di bagian atas ember sebanyak tiga ikat setiap kali panen seminggu sekali. “Sayuran dari budikdamber ini jadi salah satu sumber kami bisa mengkonsumsi sayuran dengan mudah. Jadi tidak perlu sering belanja sayur,” lanjut Hadiah.
Muhammad Ikraman, Project Manager YCP di KSB menjelaskan, model budi daya dalam ember menjadi upaya penguatan ekonomi keluarga di desa, terutama bagi keluarga yang memiliki anak dengan kondisi stunting. “Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak memerlukan lokasi yang luas, sehingga bisa dibuat di pekarangan rumah saja. Anggota KUMP diberikan pelatihan membuat budikdamber yang kami kolaborasikan dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa Barat serta tenaga profesional yang sudah berpengalaman untuk membuat budikdamber,” ujar Ikraman.
Ikraman menjelaskan, ke depannya, budi daya dengan metode budikdamber ini masih akan mengembangkan metode ini agar lebih efisien dalam menghasilkan sumber gizi untuk penanganan stunting.
Penulis: Muhammad Ikaraman
Penyunting: Kukuh A. Tohari dan Swiny Adestika
Cerita Raffa: Kini Makan Semakin Lahap dan Bertumbuh Pesat
Raffa Maulana, anak berusia dua tahun asal Desa Ai Kangkung, Kabupaten Sumbawa Barat kini bertumbuh semakin baik dalam kurun waktu empat bulan. Berat dan tinggi badan Raffa sudah masuk pada kategori normal, sesuai dengan usianya.
Baiq Juliantin, ibunda Raffa dengan semangat menceritakan pertumbuhan pesat anaknya yang pada bulan Juni 2024 memiliki BB 10,4 kilogram, kemudian pada bulan September menjadi 11,5 kilogram. Tinggi badan (TB) Raffa juga mengalami pertumbuhan melebihi rata-rata. Pada bulan Juni Raffa memiliki TB 80,4 centimeter, kemudian pada pengukuran bulan September menjadi 83,7 centimeter. Baiq menjelaskan, rata-rata penambahan BB Raffa sebanyak 0,4 kilogram per bulan dan pertumbuhan TB sebanyak 1,1 centimeter per bulan, tidak terlepas dari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang diterima Raffa selama 90 hari dengan menu 4 bintang dan disajikan dengan penataan menarik.
“Saya sangat bersyukur sekarang berat dan tinggi badan Raffa sudah masuk kategori normal yang sesuai dengan usianya penimbangan terkahir bulan September. Menu makan yang dikirimkan selalu di tata dengan menarik oleh para ibu kader. Dibuat bentuk-bentuk lucu, termasuk penyajian sayuran yang dikreasikan. Jadi anak saya selalu semangat ketika makanannya tiba dan jadi lahap. Tadinya Raffa sangat tidak suka sayur, sekarang sayur kelor pun dilahap,” ujar Baiq mengenang saat anaknya menerima PMT dari tim Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) pada Juli hingga September 2024 lalu.
Pengelolaan PMT oleh tim DASHAT menjadi bagian dari program percepatan penurunan stunting, kolaborasi PT Amman Mineral, Pemerintah KSB dan Yayasan CARE Peduli (YCP) yang berlangsung di 16 desa. Tim DAHSAT juga berperan aktif mendampingi dan memberikan konsultasi keluarga, termasuk kelas pengasuhan (parenting class), bersama YCP.
Diceritakan Baiq, melalui kelas parenting yang diberikan oleh Tim DASHAT, ia mendapatkan pemahaman lebih tentang pentingnya pemberian makanan dengan nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan sayur. Menurut Baiq, dalam kelas pengasuhan juga disampaikan tentang pemanfaatan tanaman pangan pekarangan, tata cara dan penyajian makanan yang digemari anak, dan pengtahuan tentang tumbuh kembang anak. Baiq menceritakan, dengan semakin sukanya Raffa makan sayur, dirinya semakin aktif memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam berbagai jenis sayur. Kini ia bisa memenuhi menu empat bintang yang mencukup kebutuhan nutrisinya.
“Sekarang saya membuat makanan sesuai dengan karakter yang dia suka. Saya senang sekali bisa memenuhi kebutuhan nutrisi Raffa dari hasil sayur di pekarangan,” ujar Baiq.
Muhammad Ikraman, Project Manager YCP di KSB mengatakan, pertumbuhan Raffa yang sempat tersendat dikarenakan pengelolaan asupan nutrisi makanan yang tidak tepat dan keterbatasan ekonomi keluarga. Ia menjelaskan, kebutuhan asupan nutrisi Raffa mampu dipenuhi setelah ibunda Raffa aktif di kelas pengasuhan dan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh tim DASHAT.
“Melalui kelas parenting yang diikutinya, kini Ibu Baiq bisa memahami sumber-sumber pangan murah dan bergizi yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Seperti penggunaan ikan laut sebagai sumber protein hewani yang didapatkan dengan harga murah karena lokasi tempat tinggal Ibu Baiq yang dekat dengan pantai. Selain itu, beliau juga terbuka pemikirannya untuk memenuhi nutrisi hewani dengan memelihara ayam. Untuk memenuhi kebutuhan sayuran pun semakin mudah karena Ibu Baiq bisa memetik sayur dari kebun yang ia buat di pekarangan rumahnya,” kata Ikraman.
Lebih lanjut Ikraman menyampaikan, perkembangan Raffa akan terus dipantau untuk melihat pertumbuhannya melalui program PMT dari Pemerintah Desa (Pemdes) Ai Kangkung. “Dukungan Pemdes Ai Kangkung sangat luar biasa. Salah satunya dengan mengalokasikan dana desa yang ada untuk menjalankan PMT, melakukan penyuluhan terkait stunting, serta menyediakan makanan pelengkap dari Puskesmas setempat. Upaya ini dilakukan agar pertumbuhan Raffa terus berkembang dengan baik dan konsisten,” pungkasnya.
Penulis: Muhammad Ikaraman
Penyunting: Kukuh A. Tohari dan Swiny Adestika
Mengolah Sisa Tanaman Sawit Menjadi Produk Bernilai Jual
Kelapa sawit menjadi salah satu komoditas utama di Kabupaten Musi Banyuasin, tetapi tidak hanya buah sawit saja yang bisa medorong perekonomian. Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Simpati Kencana dari Desa Bumi Kencana yang didampingi oleh CARE Indonesia mengolah sisa tanaman sawit yang tidak terpakai menjadi hal yang bernilai jual. Ibu Winarni, Ibu Putri, dan anggota KUEP Simpati Kencana yang lain dapat mengolah sisa tanaman sawit untuk menambah penghasilan bagi keluarga.
Meningkatkan kesejahteraan melalui kolaborasi pemerintah, korporasi, dan masyarakat
Kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan dalam membangun kesejahteraan masyarakat penting untuk dilakukan, khususnya untuk memberdayakan komunitas teh di Indonesia. Perwakilan dari PTPN 1 Regional 2 dan PT. Kabepe Chakra Bersama dengan perwakilan pemerintah Desa Banjarsari, Desa Margaluyu, dan Desa Indragiri mengikuti sosialisasi pembentukan Community Development Forum (CDF) yang diselenggarakan oleh CARE Indonesia (3/10). CDF menjadi forum yang akan mempertemukan Manajemen Perkebunan, Pemerintahan Desa, dan Masyarakat Perkebunan untuk dapat menangani masalah sosial dan ekonomi yang ada di daerah perkebunan teh.
Beyond Money VSLA Gender Equality
CARE’S COP29 POLICY PAPER 2024
Male Engagement dalam pelatihan kesetaraan gender untuk penguatan ketangguhan perempuan dan anak muda di Kabupaten Sigi
Pelibatan laki-laki dan anak muda mendorong penguatan perempuan dan kelompok rentan serta mewujudkan kesetaraan gender penting dilakukan. Sekitar 80 laki-laki dan anak muda dari Desa Ngata Baru, Desa Pombewe, Desa Ramba, dan Desa Wisolo mengikuti pelatihan gender dan pencegahan Kekerasan Berbasis Gender (KGB) dalam keseharian dan keadaan darurat. Pelatihan yang dilakukan CARE Indonesia bersama Karsa Institute jadi bagian program penguatan ketangguhan perempuan dan pemuda di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Menguatkan Pengelolaan LKS Bipatrit untuk Lingkungan Kerja Bebas Kekerasan
Keterlibatan perusahaan dan juga karyawan dalam menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari kekerasan berbasis gender penting untuk dilakukan. 11 peserta Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit PT Dasan Pan Pacific Indonesia di Sukabumi, yang merupakan perwakilan karyawan dan manajemen perusahaan, dengan antusias tinggi mengikuti pelatihan. Para peserta memperdalam bagaimana peran LKS Bipatrit sebagai sarana komunikasi dan konsultasi antara karyawan dan perusahaan dengan mencegah dan menangani kekerasan seksual di lingkungan kerja untuk memperkuat kesetaraan gender.