Search
Close this search box.

Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Desa Pombewe Dorong Usaha Anggota Melalui Lapak KUEP

Galeri

Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Sintuvu Mpasanggani Pombewe di Desa Pombewe, Kab. Sigi membentuk lapak KUEP (25/09) untuk menampung usaha dari anggotanya. Dengan dampingan dari CARE Indonesia bersama Karsa Institute dengan dukungan UN Women dan pendanaan dari Korea International Cooperation Agency (KOICA), lapak KUEP diharapakan dapat meningkatkan pendapatan dari anggota KUEP.

Berbagai usaha seperti makanan ringan, kue pasar, hingga masakan ditampung di lapak KUEP. Selain menampung usaha anggota, lapak KUEP juga dimanfaatkan sebagai tempat edukasi bagi masyarakat terkait kesetaraan gender saat berbelanja.

Perubahan Iklim Jadi Tantangan Pekerja Perempuan di Pabrik Garmen

Cerita

Penelitian yang dikeluarkan Global Labor Institute, Cornell University tahun 2024 menjelaskan, perubahan iklim mendorong kenaikan suhu yang menyebabkan cuaca panas ekstrem. Penelitian tersebut menyebutkan Bangladesh, Vietnam, dan Pakistan mengalami suhu panas terik di atas 30,5 derajat Celsius, melonjak hingga 42% pada tahun 2020–2024 dibandingkan dengan tahun 2005–2009. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyatakan, lebih dari 2,4 miliar pekerja terpapar panas berlebih secara global. Akibatnya, lebih dari 22,85 juta orang mengalami cedera seperti kelelahan, dehidrasi, pingsan, dan lainnya setiap tahun.

Kondisi serupa juga membayangi para pekerja perempuan di pabrik garmen di Indonesia. Menyadari tantangan ini, CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) bersama dengan CARE USA dan CARE Impact Partners (CIP) mengembangkan Gather, Exchange & Navigate (GEN) Network untuk mempertemukan perusahaan garmen di Indonesia guna membahas dan mencari jalan keluar bersama mengenai dampak perubahan iklim bagi pekerja perempuan.

Yohana Tantria, Project Manager CARE Indonesia, mengatakan bahwa perubahan iklim yang menyebabkan cuaca ekstrem, banjir, hujan yang tidak menentu, dan kelangkaan air menjadi tantangan perempuan yang bekerja di industri garmen.

“Industri garmen di Indonesia mempekerjakan sekitar 3,5 juta orang dengan mayoritas pekerjanya adalah perempuan, yakni sebanyak 80 persen. Oleh karena itu, penerapan langkah adaptasi perubahan iklim menjadi penting dilakukan agar pekerja perempuan mendapatkan ruang aman,” katanya.

Yohana menambahkan, sembilan perusahaan anggota GEN yang menghadiri pertemuan, menyebutkan, panas ekstrem menjadi permasalahan yang paling mendesak. Dijelaskan, pada beberapa area produksi, suhu sering kali melebihi 30 derajat Celsius, bahkan ada laporan yang mengatakan suhu di departemen pengepakan pernah mencapai 38 derajat Celsius. Bagi para pekerja, terutama yang bertugas menjahit, finishing, dan menyetrika, panas ini menyebabkan pusing, sakit kepala, kelelahan, dan mual.

“Gejala ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu tetapi juga mengurangi konsentrasi, memperlambat produksi, dan meningkatkan ketidakhadiran. Ketika kehadiran dan target pekerja tidak terpenuhi, bisa saja terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Bagi perempuan yang sudah menikah dan tidak memiliki kemandirian ekonomi, hal ini semakin meningkatkan risiko terjadinya kekerasan berbasis gender dalam rumah tangga,” imbuh Yohana.

Yohana juga menjelaskan dari pertemuan, sebagai langkah adaptasi perubahan iklim bagi pekerja di pabrik garmen, jaringan GEN akan berupaya secara bertahap meningkatkan ventilasi sebagai saluran udara, mengganti seragam pekerja dengan bahan yang lebih sejuk, menyampaikan peringatan dehidrasi bagi pekerja, dan menyediakan wadah minum gratis. Beberapa perusahaan menurut Yohana juga telah memperkenalkan protokol di tempat kerja untuk mengatasi stres panas, lengkap dengan pelatihan bagi tim pertolongan pertama dan hotline darurat.

“Inisiatif untuk menggunakan ‘water man’ yang bertugas berkeliling memberikan air minum bagi para pekerja satu per satu juga telah dilakukan oleh beberapa perusahaan. Upaya ini bisa mengurangi risiko dehidrasi bagi pekerja dan mengurangi waktu pekerja meninggalkan meja kerja, sehingga produktivitas meningkat sekaligus memperkuat budaya kepedulian terhadap kesejahteraan pekerja,” ujarnya.

Yohana menambahkan, agar upaya adaptasi perubahan iklim bagi pekerja pabrik garmen berjalan dengan baik, CARE Indonesia bersama dengan perusahaan garmen yang menjadi anggota GEN Network secara rutin mengadakan diskusi sebulan sekali. Diharapkan progres dan kendala yang sedang terjadi dapat tersampaikan dan dimonitor. Pada bulan Agustus 2025 lalu, para perusahaan anggota GEN Network mengadakan kampanye tentang perubahan iklim dan pencegahan kekerasan berbasis gender di lingkungan pabriknya masing-masing.

 

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

KUEP Diapresiasi dapat Meningkatkan Ekonomi dan Keluar dari Kemiskinan Ekstrem

Cerita

Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Kabupaten Musi Banyuasin mendapatkan apresiasi dari Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) karena dinilai mampu menjadi solusi dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di desa. KUEP dinilai menjadi contoh program pengentasan kemiskinan di berbagai daerah di Indonesia.

Dikutip dari insight.kontan.co.id, Pemerintah Republik Indonesia melalui BP Taskin menargetkan penurunan kemiskinan dari 9,03% di tahun 2024, menjadi 4,5% – 5% di tahun 2029. Pemberdayaan menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Upaya pemberdayaan dilakukan CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) berkolaborasi dengan PT. Cargill yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, melalui penguatan ekonomi bagi perempuan, termasuk petani perempuan yang tinggal disekitar wilayah perkebunan sawit. Pendampingan dan pembentukan kelompok ekonomi berbasis perempuan dan masyarakat di tingkat desa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga ditengah tantangan masa peremajaan perkebunan sawit.

Novrizal Tahar, Deputi 2 Deputi Bidang Percepatan Pemberdayaan Kapasitas dan Penyediaan Akses BP Taskin menyebutkan, pemberdayaan ekonomi perempuan yang mendorong terbentuknya usaha-usaha dilakukan secara kolektif mampu membuat ekonomi masyarakat naik kelas. Hal ini disampaikan Novrizal setelah mengunjungi dua KUEP yang ada di Desa Cipta Praja dan Tegal Mulyo di Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin, Sabtu (20/9).

“Konsep pemberdayan ekonomi yang diterapkan di KUEP ini menjadi salah satu cara untuk keluar dari kategori kemiskinan ekstrem, dengan mendorong munculnya usaha-usaha yang dijalankan oleh anggotanya. Sehingga konsep ini sangat bagus untuk diterapkan di daerah lain,” katanya.

Saat berdiskusi dengan anggota KUEP Perempuan Tangguh Peduli di Desa Tegal Mulyo, Novrizal mengatakan konsep melalui simpan pinjam yang dijalankan terbukti menjadi instrument efektif dalam memperkuat ketahanan ekonomi perempuan di desa itu. Hal ini bisa terjadi karena anggota KUEP menggunakan uang pinjaman tanpa bunga dari KUEP untuk digunakan mengembangkan usaha yang telah dibangun.

Seperti yang dilakukan KUEP Perempuan Mandiri Sejahtera di Desa Cipta Praja dalam mengembangkan usaha kerajinan anyaman lidi sawit. Dalam kunjungan Novrizal ke Sekretariat KUEP Perempuan Mandiri Sejahtera, ia menyampaikan bahwa usaha yang dijalankan kelompok ini bisa menjadi salah satu upaya untuk menambah penghasilan, karena produk yang dibuat sangat beragam dan memiliki motif serta bentuk yang menarik.

“Usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh ibu-ibu ini sangat luar biasa, karena dengan bantuan dana awal 50 juta rupiah, hanya dalam tiga tahun, dana bergulir itu tumbuh menjadi lebih dari 220 juta rupiah. Demikian juga dengan usaha kerajinan lidi sawit yang bisa menjadi alternatif tambahan pemasukan. Bahkan kerajinan anyaman lidi sawit sudah masuk e-katalog pemerintah daerah,” jelas Novrizal.

Menyebarluaskan Konsep KUEP

Tidak hanyak mengunjungi KUEP di Musi Banyuasin, Novrizal bersama CEO CARE Indonesia, Dr. Abdul Wahib Situmorang menghadiri sesi diskusi dengan enam orang jurnalis sebagai upaya mengamplifikasi hasil baik dari pemberdayaan ekonomi perempuan melalui KUEP, pada Minggu (21/9) di Roemah Demang, Kota Palembang. Novrizal menyampaikan, upaya pengentasan tidak cukup dengan memberikan bantuan sosial berupa uang tunai. Tetapi juga harus diiringi dengan upaya pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan dan disesuaikan dengan kondisi sosial serta potensi lokal.

“Kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan anggaran pemerintah. Saya menyaksikan langsung bagaimana program CSR dari PT Cargill ini berdampak nyata dan berkelanjutan. Ini adalah praktik baik yang layak dijadikan role model secara nasional,” ujarnya kepada jurnalis.

Abdul menyampaikan, KUEP mampu membuat ekonomi rumah tangga menjadi naik kelas dengan perempuan sebagai aktor utamanya. Di Musi Banyuasin, terdapat 13 KUEP yang mengembangkan usaha skala rumahan berupa pengrajin lidi sawit, toko sembako, kuliner, hingga usaha berbasis daring.

“Melalui KUEP, perempuan diberi ruang untuk mengorganisir diri, memperoleh modal usaha tanpa bunga, hingga belajar mengelola simpanan, tabungan, dan laporan keuangan. Berkat usaha yang dijalankan, kini mereka bisa mendapatkan rata-rata pendapatan anggota mencapai Rp8,84 juta dari berbagai jenis usaha,” ujarnya.

Lebih lanjut, Abdul juga mendorong sektor privat untuk turut berperan dalam upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui program CSR yang berkelanjutan. “Kita siap berbagi pengalaman dan desain program. Jadi tidak perlu memulai dari nol. Tinggal ada kemauan dan keterbukaan dari pelaku usaha di daerah lain. Kami turut mendorong sejumlah pelaku usaha, di Sumsel dengan menjelaskan apa yang telah kami dilakukan di Musi Banyuasin mengenai program dan konsep yang telah berjalan di KUEP. Harapannya, para pelaku usaha bisa berkolaborasi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengentaskan kemiskinan,” pungkasnya.

 

Penulis: Kukuh Akhfad
Editor: Swiny Adestika

Pengelolaan KUEP Diapresiasi BP Taskin atas Keberhasilan dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan Ekstrem

Galeri

Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Desa Tegal Mulyo dan Desa Cipta Praja yang menjadi bagian dari program kolaborasi PT Cargill, CARE Indonesia dan Pemkab. MUBA mendapat apresiasi dari Deputi Bidang Percepatan Pemberdayaan Kapasitas dan Penyediaan Akses, BP Taskin, Novrizal Tahar, saat lakukan kunjungan ke desa (Sabtu, 20/9). Apresiasi atas upaya KUEP lakukan simpan pinjam serta produk yang dihasilkan disampaikan karena dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi anggotanya, sekaligus mendorong masyarakat desa keluar dari kategori kemiskinan ekstrem.

Banyaknya variasi produk yang dihasilkan KUEP, salah satu nya kerajinan anyaman dari lidi sawit berupa piring, keranjang, mangkok, bingkai cermin, dan lainnya berhasil terjual hingga ke Lampung. Selain itu, apresiasi terhadap tata kelola KUEP untuk simpan pinjam dinilai sangat baik dengan pencatatan yang detail dan rapi. Apresiasi juga disampaikan saat berdiskusi bersama media nasional dan lokal pada Minggu, (21/9) di Kota Palembang. Menurut Novrizal, konsep pemberdayaan ekonomi perempuan yang dilakukan di KUEP bisa menjadi salah satu solusi dalam pengentasan kemiskinan.

“Konsep pemberdayan ekonomi yang diterapkan di KUEP ini menjadi salah satu cara untuk keluar dari kategori kemiskinan ekstrem, dengan mendorong munculnya usaha-usaha yang dijalankan oleh anggotanya. Sehingga konsep ini sangat bagus untuk diterapkan di daerah lain. BP Taskin akan mendorong pelaku usaha lain di Indonesia untuk menggunakan konsep KUEP dalam pengembangan penyaluran CSR, agar bukan sekedar menjadi charity,” Novrizal Tahar, Deputi Bidang Percepatan Pemberdayaan Kapasitas dan Penyediaan Akses, BP Taskin.

DASHAT: Kekuatan Komunitas Berbasis Perempuan untuk Pemenuhan Gizi dan Penguatan Keluarga

Cerita

Di Desa Sukamanah yang ada di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung, terdapat sebuah dapur kecil yang menjadi harapan besar: Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT). DASHAT merupakan program yang digagas oleh BKKBN yang bertujuan menurunkan angka stunting di Indonesia dengan berbasis pemberdayaan masyarakat. Wadah ini dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok perempuan untuk bergerak dalam upaya medukung penurunan stunting.

Dapur ini dijalankan oleh satu kelompok DASHAT yang beranggotakan enam orang kader perempuan yang merupakan gabungan dari posyandu, KB, dan PKK, yang bahu-membahu membagi tugas dalam menjalankan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan kepada anak dengan kondisi stunting, wasting dan underweight serta ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronik (KEK). Berbagai tugas dibagi dengan rata, seperti ada yang membeli bahan, mengelola dana, memasak, mengantar makanan ke  penerima. Bahkan ada yang memantau dan meastikan penerima PMT benar-benar menghabiskan makanannya. Mereka juga melakukan pencatatan dan evaluasi rutin agar perkembangan anak dan ibu hamil dengan kondisi KEK penerima PMT dapat terpantau dengan seksama serta detail.

Para kader perempuan bekerja tidak sendirian. Mereka mendapat dukungan kuat dari pemerintah desa, baik dalam hal fasilitasi maupun legitimasi kegiatan. Para suami mereka pun turut mendukung, membantu dari belakang layar agar para kader bisa fokus menjalankan tugas di dapur. Kombinasi dukungan keluarga dan desa ini membuat DASHAT berjalan dengan lancar dan berkelanjutan.

Kader dashat tidak hanya memahami perihal resep dan komposisi makanan. Tetapi mereka juga mengenal satu per satu anak dan ibu hamil dengan KEK yang menerima menu PMT. Menu tidak dibuat seragam, melainkan disesuaikan dengan kondisi masing penerima, seperti anak yang alergi makanan laut atau ibu hamil yang membutuhkan tambahan protein. Bahkan, terkadang ada keluarga yang meminta variasi rasa agar anak lebih lahap. Semua itu dikerjakan dengan satu tujuan sederhana, makanan sehat benar-benar dimakan dan dihabiskan, bukan sekadar dibagikan.

Kader juga memantau dinamika sosial. Jika ada anak lain yang mencoba ikut makan menu PMT, kader akan memberi penjelasan kepada keluarganya jika menu itu khusus diberikan kepada anak yang membutuhkan karena telah disesuaikan dengan kebutuhan gizinya. Dengan cara ini, DASHAT bukan hanya menjadi dapur, tetapi juga ruang pendidikan sosial yang menumbuhkan kesadaran dan solidaritas keluarga.

DASHAT di Pengalengan tidak berdiri sendiri. Ia terhubung dengan kebun gizi untuk sayuran, budidaya ikan untuk protein, dan pengelolaan sampah organik dengan maggot dari lalat Black Soldier Fly yang kemudian digunakan sebagai pakan ayam. Telurnya kembali masuk ke menu sehat. Inovasi ini memberi kebanggaan tersendiri bagi para kader. Mereka bahkan tampil dalam lomba makanan sehat, memperkenalkan hidangan yang memadukan standar gizi dengan kearifan pangan lokal.

Cerita serupa terlihat di Kabupaten Sumbawa Barat di Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Nagekeo di Nusa Tenggara Timur. Di sana, DASHAT juga dikaitkan dengan kelas pengasuhan, kelas gender, dan kelas keterlibatan laki-laki. Ayah ikut belajar peran mereka dalam mendukung gizi keluarga, ibu-ibu berdaya mengelola usaha kecil berbasis pangan, sementara anak-anak belajar pola makan sehat. Di Nagekeo, pangan lokal dari kebun sekolah dan kelompok tani perempuan memperkaya menu DASHAT, sehingga keluarga tidak hanya bergizi, tetapi juga mandiri.

Sering muncul asumsi bahwa skala besar lebih mudah dikontrol dan lebih terstandar. Namun pengalaman ini membuktikan bahwa standar gizi tetap terjaga meski berbasis komunitas. Menu empat bintang yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran atau buah-buahan dalam satu hidangan disusun sesuai standar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia. Menu yang disajikan tetap disesuaikan dengan selera dan budaya lokal agar PMT benar-benar habis dimakan. Kontrol dilakukan bukan dari jauh, melainkan langsung oleh kader perempuan yang mengenal setiap sasaran dengan baik.

Pendekatan ini adalah inovasi CARE Indonesia yang memodifikasi konsep yang telah ada di pemerintah, dengan menggabungkan kerangka kader PKK, posyandu, dan KB dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPA) dengan pedoman gizi dari Kemenkes.

Melalui dukungan dan kolaborasi dari LPS Berbagi, BNI, AMMAN program ini berjalan dengan baik. Dukungan dan keterlibatan aktif dari pemerintah daerah, pemerintah desa, para suami kader, dan mitra lokal membuat upaya ini menjadi model intervensi yang tidak hanya sesuai regulasi nasional, tetapi juga efektif di tingkat masyarakat.

Pelajaran penting dari pengalaman ini, pemberian makanan tambahan tidak cukup diukur dari jumlah porsi, melainkan dari dampak nyata pada anak dan keluarga. Dengan pendekatan komunitas yang dipimpin perempuan, DASHAT menjadi pintu masuk perubahan perilaku, inovasi pangan lokal, dan pemberdayaan ekonomi keluarga. Sehingga hal ini menjadi sebuah jalan efektif menuju graduasi kemiskinan.

Penulis: CEO CARE Indonesia, Dr. Abdul Wahib Situmorang

Kelompok Perempuan bersama masyarakat tanam 7.340 mangrove

Galeri

5 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) dari Desa Minaesa, Desa Serawet, dan Desa Palaes, Kabupaten Minahasa Utara tanam 7.340 dari 50.000 bibit selama bulan Agustus untuk dorong pelestarian alam, khususnya di wilayah pesisir. kegiatan ini merupakan inisiasi CARE Indonesia bersama Yayasan Bumi Tangguh, dengan dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan pendanaan dari Asian Venture Philantrophy Network (AVPN).

Terdapat 3 jenis mangrove yang ditanam, yakni Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Ceriops tagal. seluruh bibit mangrove yang ditanam nantinya akan dirawat dan dipantau oleh anggota KUEP untuk meningkatkan tingkat keberhasilan mangrove yang ditanam.

Pelatihan Pengelolaan Usaha dan Pemasaran Dorong Kelompok Perempuan JEKATA Tingkatkan Usaha Komunitas

Galeri

40 anggota Jaringan Pemberdayaan untuk Perempuan Tangguh (JEKATA) di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Sukabumi ikuti penguatan bisnis komunitas (30-31/08 & 6-7/09). Kegiatan yang menjadi bagian dari program kolaborasi CARE Indonesia bersama mitra ini mendorong JEKATA menggali potensi bisnis skala rumah tangga berbasis komunitas.

Pelatihan teoritis dan teknis mengenai pengelolaan usaha kecil, pemasaran melalui media sosial, pengemasan produk dan pembuatan foto produk sederhana menggunakan telepon genggam diterima peserta.

Apresiasi Pemkab Bandung untuk Kerja Kolaborasi bersama CARE Indonesia

Galeri

Dua penghargaan diterima CARE Indonesia dari Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk Kabupaten Bandung pada penyelenggaraan Puncak Perayaan Hari Anak dan Hari Keluarga Nasional se-Kabupaten Bandung (28/8).

CARE Indonesia sangat bersyukur atas penghargaan sebagai Mitra Pembangunan yang Responsif Gender dan Berkelanjutan serta sebagai Penyumbang PMT Terbaik di Kabupaten Bandung. Penghargaan ini tidak terlepas dari dukungan dan kerja bersama semua pihak, termasuk instansi pemerintah, dalam mendorong ruang aman dan setara bagi perempuan serta upaya pemenuhan gizi generasi Indonesia.

Perempuan Penggerak Ketahanan Ekonomi Keluarga

Publikasi