Search
Close this search box.

Video Kreatif Jadi Alat Penyadartahuan Pencegahan Stunting

Cerita

Yayasan CARE Peduli yang didukung oleh PT Amman Mineral menyelenggarakan lomba video kreatif bertema “Ayo Cegah Stunting”. Lomba yang diikuti oleh 61 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia ini dibuat dengan tujuan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kondisi stunting dan berbagai penyebab serta cara mencegah stunting.

Bagus, salah satu pemenang lomba video asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengangkat tema tentang keterlibatan suami dalam mengurus anak pada rumah tangga dalam video yang dibuatnya. Menurutnya, seorang ayah memiliki posisi yang sangat penting dalam pencegahan stunting pada anak.

“Saya baru saja menjadi seorang ayah. Jadi saya memahami bagaimana pentingnya dukungan dari suami untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kemudian juga bukan hanya tentang menyediakan gizi yang baik untuk anak, tetapi juga memberikan dukungan emosional ke istri,” katanya.

Bagus yang juga merupakan seorang content creator video animasi menyampaikan, melalui video yang dibuat, harapannya bisa menjadi pengingat jika peran dari suami dalam mengurus anak sangat besar sekali dampaknya.

“Pada video itu dibuka dengan dialog seorang ayah yang bilang mencari nafkah saja sudah cukup. Kemudian ada seorang kakek yang bilang kalau itu saja tidak cukup. Seorang suami harus ikut mengerjakan pekerjaan rumah tangga, harus hadir di sisi istri supaya kesehatan mentalnya terjaga,” imbuhnya.

Bagus berharap, kedepannya banyak pihak yang memahami jika suami juga memiliki peran dalam pekerjaan rumah tangga. Semoga video yang saya buat ini juga bisa menjadi alat pembelajaran awal bagi orang-orang untuk lebih memahami peran laki-laki dalam ruamh tangga.

“Semoga semakin banyak laki-laki yang tergerak untuk ikut mengerjakan urusan domestik, karena dukungan suami kepada istri menjadi salah satu aspek penting dalam pencegahan anak dalam kondisi stunting,” ujarnya.

Vinita Aliyah, pemenang juara satu lomba video yang masih duduk di bangku kelas 7 di SMP 1 Cangkuang di Kabupaten Bandung menjelaskan alasannya mengikuti lomba ini karena tergerak dengan keadaan di lingkungan sekitarnya masih banyak anak yang mengalami kekurangan gizi. Hal ini mendorongnya untuk menyampaikan informasi agar masyarakat bisa mengetahui tentang permasalahan bagi pertumbuhan anak yang bisa masuk dalam kondisi stunting dan upaya untuk mencegahnya.

“Di sekitar tempat tinggal saya masih banyak anak yang mengalami kekurangan gizi. Lalu saya juga berharap masyarakat mengetahui kalau stunting bukan hanya menyebabkan tubuh pendek, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan anak di masa depan,” jelasnya.

Vinita menjelaskan, dalam proses pembuatan video ia membutuhkan waktu selama satu pekan untuk mengumpulkan data, menulis lirik, mengambil video, dan editing. Menurutnya, yang paling menjadi tantangan adalah proses menulis lirik lagu yang diseuaikan dengan data.

“Untuk proses pembutatannya dimulai dari mengumpulkan ide dan data selama dua hari, kemudian mengambil rekaman suara lagu selama dua hari dan editing video selama tiga hari. Semua ini saya kerjakan dengan bantuan dari ibu,” katanya saat menjelaskan proses pembuatan video.

lebih lanjut, Vinia berharap masyarakat semakin sadar jika stunting juga bisa dihindari dengan mencegah pernikahan dini. Kemudian, 1.000 hari pertama kehidupan menjadi fase yang sangat penting bagi perkembangan anak. “Pernikahan usia anak harus dicegah. Menurut saya ini juga merenggut hak anak, terlebih lagi anak perempuan. Pasangan di pernikahan udia anak juga dikhawatirkan belum bisa memenuhi gizi anaknya dengan baik,” pungkas Vinia.

Menurut hasil Survei Status Gizi Nasional (SSGN) tahun 2022, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen. Artinya Indonesia masih di atas 20 persen yang dianggap kronis dan memerlukan penanganan lebih seksama.

Melalui program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Yayasan CARE Peduli yang didukung oleh PT. Amman Mineral melakukan intervensi spesifik dengan memberikan makanan tambahan (PMT) sejak tahun tahun 2023 hingga 2024 di Kabupaten Sumbawa Barat. Sebanyak 372 anak dengan kondisi stunting, 47 anak dengan kondisi wasting, dan 17 anak dengan kondisi underweight telah menerima PMT pemulihan selama 90 hari tiap periodenya tanpa jeda yang berjalan pada bulan Desember 2023 sampai Maret 2024 dan Juni sampai September 2024. Hasilnya adalah, sebanyak 30 persen anak yang mendapatkan intervensi PMT pemulihan keluar dari status stunting, dan 87 persen lainnya mengalami peningkatan berat badan lebih dari 200 gram per bulan.

Tidak hanya itu, peningkatan pengetahuan mengenai pemenuhan gizi dan pendampingan kepada para orang tua terkait pengasuhan juga dilakukan bersamaan dengan PMT agar pemenuhan gizi bisa tetap berjalan setelah PMT selesai. PMT pemulihan juga diberikan pada 29 ibu hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK), 16 anemina, dan 23 orang ibu menyusui yang berat badannya bertambah selama 30 hari dalam dua periode pada tahun 2023 dan 2024. Hasilnya, 83 persen ibu hamil dengan kondisi KEK berhasil keluar, 88 persen tidak lagi anemia, dan 81 persen berhasil bertambah berat badannya.

Intervensi sensitif juga dijalankan di KSB melalui berbagai peningkatan kapasitas seperti pemahaman peran dan kesetaraan gender, pelatihan komunikasi dan kepemimpinan, pemberdayaan ekonomi kelompok peremouan dengan pembentukan Kelompok Usaha Mandiri Perempuan (KUMP), pelatihan penyediaan kebun gizi pekarangan rumah, penyediaan akaea air bersih, pelibatan dan edukasi kelas remaja serta literasi keuangan. Berbagai upaya ini menjadi implementasi yang holistik dalam mencegah kondisi stunting, wasting & underweight pada anak serta kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan Anemia pada ibu hamil.

Kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat pun dilakukan. Melalui upaya memberikan perlindungan pada perempuan dan anak, Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) di sah kan. Komitmen DRPPA di 16 desa yang CARE Indonesia dampingi mencakup peningkatan pemberdayaan perempuan di bidang kewirausahaan, peningkayan peran ibu dan keluarga, termasuk ayah, dalam pengasuhan dan pendidikan anak, menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, menurunkan pekerja anak dan mencegah perkawinan anak. Langkah ini juga sejalan dengan upaya mewujudkan Ruang Bersama Merah Putih di KSB yang juga menjadi fokus pemerintah Indonesia.

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

KUEP Sebagai Ruang untuk Perempuan di Kabupaten Sigi Mandiri Ekonomi

Galeri

Anggota Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Desa Pesaku, Ngata Baru, dan Pombewe di Kabupaten Sigi sedang melakukan transaksi simpan pinjam di KUEP yang mereka ikuti di masing-masing desa tersebut. Pemberdayaan ekonomi menjadi salah satu upaya untuk penguatan ketangguhan bagi perempuan dan anak muda di Kabupaten Sigi.

Saat ini ketiga KUEP tersebut memiliki total anggota sebanyak 75 orang yang telah aktif melakukan simpan pinjam sejak bulan Januari 2025. Melaui simpan pinjam di KUEP, anggotanya bisa mengajukan pinjaman tanpa bunga yang dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha yang dijalankannya.

Program ini merupakan kolaborasi antara Yayasan CARE Peduli (YCP) dan KARSA Institute yang didukung oleh UN Women yang didanai melalui KOICA. Pemberdayaan ekonomi perempuan, peningkatan kapasitas dan partisipasi perempuan di tingkat desa dilakukan. KUEP diinisiasi sebagai wadah pemberdayaan disamping penguatan pemahaman terkait kesetaraan gender.

Penguatan Tim Tanggap Darurat CARE Indonesia

Galeri

CARE Indonesia sebagai organisasi kemanusiaan terus dukung persiapan respon situasi kedaruratan dan kebencanaan. Melalui pelatihan internal (19-21/05) di Jakarta, 22 anggota tim tanggap darurat CARE Indonesia tingkatkan kesiapsiagaan dalam respon kebencanaan melalui diskusi dan simulasi jika terjadi bencana.

Simulasi kebencanaan angin topan tropis, gempa bumi, hingga konflik sosial dilakukan untuk melatih tim tanggap darurat CARE Indonesia dalam hadapi berbagai situasi darurat.

Perkuat Kolaborasi bersama mitra dan vendor dalam respon kedaruratan

Galeri

15 Peserta perwakilan mitra dari PMI serta vendor dari yang bekerja sama dengan CARE Indonesia di 5 provinsi mengikuti peningkatan kapasitas dalam respon kebencanaan (13-15/05) di Jakarta. Kegiatan ini merupakan inisiasi CARE Indonesia bersama CARE USA untuk mempersiapkan mitra dan vendor untuk berkolaborasi dalam melakukan respon kebencanaan di Indonesia.

Pemahaman tentang kebutuhan dan distribusi logistik dalam merespon kebencanaan didapatkan para peserta melalui sesi diskusi, simulasi, dan analisis kasus. Kebutuhan logistik saat terjadi bencana pun perlu disesuaikan untuk mengurangi beban masyarakat khususnya perempuan sebagai kelompok yang lebih rentan jika terjadi bencana.

KUEP di Desa Pesaku: Ruang Penguatan Diri dan Kelompok Bagi Perempuan 

Cerita

Sekelompok ibu rumah tangga asal Desa Pesaku, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah bergerak bersama ingin membawa perubahan bagi diri dan keluarga mereka. 25 orang perempuan memulai perubahan melalui pembentukan kelompok bernama Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Mombine Sintuvu Maroso, untuk mendapatkan peningkatan kapasitas dan pemberdayaan ekonomi keluarga.

Fadlun yang merupakan anggota KUEP Mombine Sintuvu Maroso tidak pernah membayangkan dirinya mampu berbicara dalam suatu forum. Menurutnya, keberaniannya berbicara di forum didapatkan setelah menjadi anggota KUEP. “Dulu saya hanya diam kalau di forum, takut salah ngomong. Tetapi sekarang saya berani karena terbiasa berbicara. Di pertemuan kelompok kami bisa saling sampaikan usulan dan tidak saling menyalahkan,” kata Fadlun sembari tersenyum.

Menurut Fadlun, KUEP bukan hanya tempat untuk melakukan simpan pinjam saja, tetapi juga sebagai ruang bagi perempuan Desa Pesaku untuk belajar. Dukungan dari suami dalam mengikuti KUEP juga meningkatkan semangatnya untuk belajar. “Suami juga mendukung untuk ikut KUEP. Katanya ini jadi tempat yang baik untuk belajar seperti pengelolaan keuangan dan juga belajar tentang peran dan akses setara antara laki-laki dan perempuan atau kesetaraan gender,” imbuhnya.

Senada dengan Fadlun, Supriatin yang juga anggota KUEP Mombine Sintuvu Maroso mengatakan, KUEP menjadi wadah yang memberikan solusi ekonomi keluarga dengan memberikan pinjaman dana tanpa bunga. Beberapa anggota kelompok memanfaatkan kemudahan tersebut sebagai modal usaha. “Kami sebagai anggota sangat terbantu dengan adanya fasilitas simpan pinjam yang ada di KUEP. Hal ini dimanfaatkan oleh anggota kami sebagai tambahan modal usaha rumahan bagi sebagian anggota KUEP. Karena dekat dengan rumah jadi kami tidak perlu jauh ke kota untuk mengambil uang,” jelas Supriatin.

Menurut Supriatin, segala manfaat yang didapatnya bersama dengan 24 orang anggota lainnya membuat para perempuan yang ada di Desa Pesaku ingin bergabung dengan KUEP. Meski begitu, ia bersama anggota lainnya menegaskan akan selektif dalam menerima anggota yang sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama. “Saya dan ibu-ibu lainnya sering menyampaikan tentang kegiatan di KUEP, seperti pengenalan tentang pentingnya kesetaraan gender di rumah tangga dan lingkungan, serta pengelolaan keuangan. Informasi ini saya sampaikan kalau sedang ngobrol atau bercengkrama sehari-hari. Dari yang saya sampaikan, maka banyak ibu-ibu lain yang mau jadi anggota KUEP,” tuturnya.

Siti Utami, Facilitator Officer KARSA Institute menyampaikan, upaya penguatan ketangguhan bagi perempuan dan anak muda di Kabupaten Sigi merupakan kolaborasi antara Yayasan CARE Peduli (YCP) dan KARSA Institute yang didukung oleh UN Women yang didanai melalui KOICA. Pemberdayaan ekonomi perempuan, peningkatan kapasitas dan partisipasi perempuan di tingkat desa dilakukan. KUEP diinisiasi sebagai wadah pemberdayaan disamping penguatan pemahaman terkait kesetaraan gender.

Menurut Siti Utami, perkembangan para anggota KUEP Mombine Sintuvu Maroso bisa terjadi karena seluruh anggotanya saling mendukung dan memiliki semangat belajar yang tinggi. “Pertemuan KUEP ini dilakukan sebanyak dua kali dalam sebulan. Nah tiap kali pertemuan lokasinya selalu berganti sesuai dengan kesepakan seluruh anggota. Mereka juga sepakat untuk membawa makanan tiap kali mengadakan pertemuan. Hal-hal ini merupakan inisiatif dari para anggota, tanpa ada dorongan dari pihak eksternal,” tuturnya.

Lebih lanjut, Utami menjelaskan dalam KUEP terdapat dana sosial yang ditujukan untuk anggota yang tertimpa musibah. Dana ini diambil dari iuran anggotan KUEP sebanyak Rp5.000 yang disetorkan tiap kali pertemuan. “Ada salah satu anggota KUEP yang tertimpa musibah bernama Ibu Nurhayati. Suami beliau baru saja meninggal dunia. Sehingga ia mendapatkan bantuan dana sosial dari KUEP sebesar Rp200.000,” ucapnya.

Karmila, Ketua KUEP Mombine Sintuvu Maroso menjelaskan, dana sosial merupakan salah satu aspek penting yang tertulis dalam peraturan KUEP. Sehingga wajib dilakukan oleh seluruh anggota yang bergabung ke dalam kelompok. “Walaupun ini wajib, tapi dana sosial tidak memberatkan kami sebagai anggotanya, karena jumlah iurannya terbilang kecil. Lalu manfaatnya juga sangat baik dan bisa meringankan beban anggota yang terkena musibah,” jelas Karmila.

Kemudian, Karmila menjelaskan jika pada bulan Juni 2025 akan dilaksanakan pertemuan penutupan siklus yang agendanya membagikan sisa tabungan kepada seluruh anggota dan evaluasi kelompok serta perencanaan untuk siklus selanjutnya. Termasuk dengan rencana untuk menjalankan usaha kelompok KUEP.

“Rencananya kami akan melakukan menutup siklus KUEP yang sudah berjalan selama enam bulan ini. Di situ kami juga akan evaluasi hal apa saja yang kurang dan perlu ditingkatkan dalam kelompok kedepannya. Kami juga akan membahas rencana usaha keripik singkong dan keripik pisang. Usaha ini dipilih karena di tempat kami banyak bahan bakunya dan bisa didapatkan dengan harga murah,” tutup Karmila.

Penulis: Kukuh A. Tohari

Editor: Swiny Adestika

Upaya Kelompok Perempuan di Kabupaten Bintan Lestarikan Mangrove dan Tingkatkan Ekonomi Keluarga

Galeri

Lebih dari 42.000 bibit mangrove yang disemai oleh Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Srikandi, Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Melati dan Tenggiri, Serta Kelompok Usaha Masyarakat Panglong, kini telah ditanam di kawasan konservasi Taman Wisata Perairan (TWP) di Desa Berakit, Kab. Bintan (26/04-12/05).

Dengan dukungan Traveloka, CARE Indonesia, dan Yayasan Ecology, kelompok perempuan merawat mangrove dari pembibitan, persemaian, penanaman hingga perawatan dan pemantauan terhadap kondisi mangrove yang telah ditanam.

Suarakan Ruang Aman Bagi Pekerja Perempuan di Industri Garmen

Galeri

Tim Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan tim satuan tugas penanganan Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Seksual (KBG-KS) di PT. Glory Industrial Semarang Demak, Kabupaten Demak ajak sekitar 150 pekerja untuk wujudkan lingkungan kerja aman bagi pekerja perempuan, merayakan semangat Hari Buruh Internasional.

Dengan dukungan CARE Indonesia bersama mitra, seluruh peserta didorong untuk berani bersuara jika melihat kasus kekerasan di lingkungan kerja. Tim satuan tugas penanganan KBG-KS juga kembali mensosialisasikan tahapan pengaduan kekerasan kepada seluruh peserta.

Cegah Kekerasan pada Perempuan dan Anak di Keluarga

Galeri

Lebih dari 300 peserta yang terdiri dari masyarakat dan tokoh masyarakat di Desa Bumi Kencana dan Desa Sri Gunung, Kab. Musi Banyuasin mengikuti sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta menghentikan bullying (13 & 14/05). Kegiatan ini merupakan inisiasi dari CARE Indonesia dengan dukungan mitra.

Melalui sosialisasi dari tim posko pendamping Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Seksual (KBG-KS), peserta mendapat pemahaman tentang bagaimana mencegah kekerasan. Tim posko pendamping KBG-KS juga memperkenalkan anggota dan menyampaikan program kerja yang akan dilakukan kepada seluruh peserta sosialisasi. Diharapkan masyarakat dapat berani melapor jika mengetahui kasus kekerasan, khususnya pada perempuan dan anak.

Menumbuhkan Kesadaran Gender di Pabrik Garmen: Strategi Mewujudkan Ruang Kerja Aman

Cerita

Isu kesetaraan gender dalam dinamika dunia industri di Indonesia masih menjadi hal yang terus digalakan. Tingkat Kekerasan Berbasis Gender (KBG) pada pekerja pabrik di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan oleh Komnas Perempuan, sepanjang tahun 2024 Catatan Tahunan Kekerasan terhadap Perempuan (CATAHU) mencatat telah terjadi KBG sebanyak 2.702 kasus kekerasan terhadap perempuan pekerja. Studi yang dikeluarkan oleh UN Women dan Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) pada tahun 2019 menunjukkan, pekerja yang tidak memahami konsep kesetaraan gender cenderung tidak menyadari atau menormalisasi Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Seksual (KBG-KS) maupun diskriminasi lainnya di lingkungan kerja.

Yohanna Tantria, Project Manager Yayasan CARE Peduli (YCP) mengatakan, salah satu penyebab kurangnya pemahaman para pekerja pabrik tentang kesetaraan gender karena minim mendapatkan peningkatan kapasitas pemahaman tentang isu-isu gender di tempat kerja dan pentingnya menciptakan ruang aman di lingkungan kerja.

“Isu gender belum menjadi hal prioritas yang penting ditangani di tempat kerja karena kuatnya budaya patriarki. Sehingga perempuan pekerja masih bekerja dalam lingkungan yang tidak mendukung kepemimpinan perempuan, normalisasi kekerasan berbasis gender,” ujarnya.

Lebih lanjut Yohanna menjelaskan, dukungan dari manajemen perusahaan untuk meningkatkan pemahaman kesetaraan gender bagi pekerja menjadi hal yang harus dilakukan. Bahkan, menurut penelitian yang disampaikan oleh ILO, perusahaan yang menghormati hak-hak pekerja termasuk kesetaraan gender akan meningkatkan profit perusahaan sebesar lima sampai sepuluh persen.

“Praktik bisnis yang menghormati hak asasi manusia, termasuk kesetaraan gender dan kondisi kerja yang adil, dapat meningkatkan produktivitas pekerja, mengurangi pergantian karyawan, dan meningkatkan loyalitas serta reputasi perusahaan. Selain itu, perusahaan yang menerapkan standar HAM cenderung lebih dipercaya oleh konsumen dan investor,” imbuhnya.

Yohana menegaskan membangun kesetaraan gender bagi pekerja pabrik menjadi hal yang sangat penting. Menurutnya, kesetaraan gender di tempat kerja bisa dilakukan dengan pendekatan yang holistik mulai dari penguatan dan membangun kesadaran individu, membangun kesadaran dan aksi kolektif, hingga menguatkan kebijakan atau regulasi perusahaan.

“Mengubah budaya dan pola pikir di tempat kerja bukanlah hal yang mudah. Namun, perusahaan dapat mengambil beberapa langkah konkret untuk menciptakan tempat kerja yang lebih responsif gender dan aman dari kekerasan berbasis gender dengan rutin mengadakan pelatihan dan edukasi tentang kesetaraan gender, membentuk kebijakan yang responsif gender, dan mendukung kepimimpinan perempuan,” tambahnya.

Senada dengan itu, Muhammad Zainudin, Quality Control PT. Glory Industrial Semarang Demak mengatakan, memberikan pemahaman tentang kesetaraan gender kepada pekerja pabrik menjadi hal yang sangat penting untuk meniadakan Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Seksual (KBG-KS). “Pelatihan dan pemberian materi tentang kesetaraan gender itu sangat penting. Dari pelatihan yang kami terima, salah satunya pelatihan dari CARE Indonesia, para pekerja di sini semakin paham jika mewujudkan ruang aman bagi pekerja perempuan sangat penting. Dulu ada pekerja laki-laki yang menganggap mencolek pekerja perempuan adalah hal biasa, tapi sekarang kami semua tahu jika itu bisa mengarah pada kekerasan berbasis gender,” katanya.

Menurut Zainudin, dukungan dari pekerja dan manajemen kepada korban menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan jika terjadi kasus KBG-KS. “Kita mencoba untuk menerapkan aturan zero tolerance. Jadi ketika ada kejadian kekerasan, tidak boleh ada toleransi untuk pelaku. Kemudian menyediakan dan menginformasikan kepada pekerja perempuan untuk saluran pelaporan,” tegasnya.

Kemudian, menurut Dayat, Supervisor Produksi PT. Dasan Pan Pasific Indonesia menjelaskan, adanya Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit dan satuan tugas (Satgas) penanganan KBG-KS menjadi salah satu upaya untuk menciptakan ruang aman bagi pekerja perempuan. Hal ini dapat memberikan kesempatan pagi pekerja perempuan untuk terus berkembang lebih jauh lagi. “Saya sebagai bagian dari LKS-Bipartit dan juga tim satgas penanganan KBG-KS selalu mendukung pekerja perempuan yang ada di tim saya untuk maju. Dengan pendampingan dari CARE, saya menyadari pentingnya memberikan support dan kesempatan bagi pekerja, khususnya pekerja perempuan. Dari 42 orang pekerja perempuan yang ada di tim saya, saat ini ada tiga yang kini sudah menjadi leader dan supervisor. Selama mereka punya kemampuan, saya selalu memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang,” pungkas Dayat.

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

Dukung tingkatkan akuntabilitas 3 mitra di Kabupaten Mimika

Galeri

34 peserta perwakilan dari Yayasan Ekologi Papua (YEP), Yayasan Papua Lestari (YAPARI), dan Yayasan Rumsram mengikuti peningkatan kapasitas penggunaan laporan sebagai bahan pembelajaran untuk dukung kegiatan dan implementasi program lembaga (28-29/04).

Kegiatan ini merupakan inisiasi Yayasan CARE Peduli sebagai pendamping para mitra bersama Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) untuk dorong peningkatan akuntabilitas para mitra lokal pada program kampung sehat di Kabupaten Mimika.