Search
Close this search box.

Pengarusutamaan Gender melalui Kolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah di Kabupaten Musi Banyuasin

Berita

Penandatanganan PKS dalam Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Ekonomi

Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2010 mencatat, jumlah perempuan yang bekerja pada sektor kelapa sawit mencapai sekitar 13,79 juta orang. Angka tersebut merupakan 36 persen dari total pekerja yang terlibat di sektor pertanian Indonesia. Penguatan pemberdayaan kelompok perempuan pada komunitas kelapa sawit dilakukan melalui penandatanganan perjanjian kerja sama antara Yayasan CARE Peduli (YCP) dan tujuh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). “Kerjasama ini bertujuan memperkuat ekonomi lokal bagi kelompok perempuan. Ini merupakan langkah implementatif dari penandatanganan Nota Kesepakatan antara YCP dengan Pemerintah Kabupaten Muba pada November 2022 lalu melalui Program Pemberdayaan Perempuan pada Komunitas Kelapa Sawit di Musi Banyuasin,” ujar Agus Triwahyuono, Program Manager Yayasan CARE Peduli (YCP) saat prosesi penandatanganan berlangsung dalam rangkaian kegiatan CSR Forum Musi Banyuasin (4/1).

Tujuh OPD yang terlibat dalam kerjasama ini meliputi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan Dan Perindustrian, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah, Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan Dinas Ketahanan Pangan. Setiap OPD akan memberikan dukungan sesuai dengan kewenangan, seperti pelatihan dan pendampingan lanjutan.

Dalam sambutannya, Apriyadi Mahmud, Bupati Musi Banyuasin menyampaikan apresiasinya terkait kerjasama, praktik baik dan inovasi yang dilakukan YCP dalam Program Pemberdayaan Perempuan. Menurutnya, program ini tidak hanya memberikan pendampingan dan dukungan aktif, tapi juga memprioritaskan penggunaan sumber daya lokal dalam implementasi kegiatan. “Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten harus mencontoh apa yang dilakukan oleh YCP, karena menitikberatkan pada pendampingan dan keberlanjutan dengan mengutamakan sumber daya lokal,” ujarnya.

Pengembangan peran kepemimpinan perempuan dalam kelompok serta peningkatan akses terhadap gizi bagi keluarga juga menjadi target yang ingin dicapai dalam kerjasama, terutama di 13 desa yakni Desa Tegal Mulyo, Desa Sri Mulyo, Desa Bumi Kencana, Desa Karya Maju, Desa Sido Mulyo, Desa Banjar Jaya, Desa Dawas, Desa Cipta Praja, Desa Sumber Agung, Desa Panca Tunggal, Desa Sri Gunung, Desa Suka Damai dan Kelurahan Sungai Lilin. Melalui pembentukan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP), para anggota yang didampingi YCP dan OPD, mendapatkan berbagai pengembangan kapasitas, memberdayakan suara perempuan serta memperkuat kepemimpinan perempuan baik dalam ranah rumah tangga maupun masyarakat.

“KUEP hadir sebagai tempat bagi perempuan di Muba untuk meraih kemandirian dan pemberdayaan ekonomi. Anggota KUEP bukan hanya menjadi agen perubahan, tetapi juga inspirator yang kami dampingi di tingkat lokal. Oleh karena itu, dukungan dari tujuh OPD sangat berarti untuk menjaga keberlanjutan program ini. Misalnya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan mendukung pengembangan Posko Pengaduan KBG di desa,” jelas Rasyid Rasiki, Project Manager YCP.

Lebih lanjut Rasyid menyampaikan bahwa proses pemantauan dan evaluasi akan dilaksanakan secara teratur. Pertemuan koordinasi direncanakan dilakukan setiap empat bulan yang akan menjadi wadah dialog dan sinergi antara semua pihak yang terlibat. “Dengan penandatanganan PKS ini, harapannya kerjasama antara YCP dan OPD Kabupaten Muba semakin terjalin kuat dan membawa dampak positif dalam upaya pemberdayaan perempuan di wilayah intervensi,” pungkas Rasyid.

Penulis: Nurainy Darono, Editor: Swiny Adestika

Minarti: Kini Bisa Bantu Menambah Penghasilan dari Kerajinan

Cerita

Pengrajin Perempuan Berdaya Melalui Usaha Anyaman Lidi Sawit

Memiliki keragaman budaya, Indonesia dikenal dengan seni kriya, salah satu cabang seni rupa yang menghasilkan kerajinan dengan nilai seni budaya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan seni kriya memiliki 5 jenis berdasarkan cara membuatnya, yaitu seni kriya pahat, seni kriya batik, seni kriya tenun, seni kriya bordir, dan seni kriya anyaman. Sepanjang tahun 2022, Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor produk kerajinan nasional naik mencapai 3.6%.

Indonesia memiliki banyak jenis seni kriya anyaman seperti anyaman dari rotan, pandan, purun serta dari lidi kelapa sawit. Dengan luas kebun kelapa sawit sebesar 14.9 juta hektar yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, membuat Indonesia memiliki bahan baku lidi sawit yang melimpah. Peluang ini dimanfaatkan oleh pengrajin anyaman untuk mengembangkan usahanya, salah satunya para pengrajin perempuan dari Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

“Di daerah kami, karena mayoritas adalah perkebunan kelapa sawit, jadi bahan baku lidi sawit sangat melimpah. Yang dulunya pelepah sawit dibuang, sekarang bisa kami manfaatkan menjadi kerajinan dan dapat memiliki nilai ekonomi,” ujar Minarti, salah satu anggota Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Mandiri Peduli asal Desa Karya Maju, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Minarti mengikuti pelatihan mengayam lidi sawit yang diselenggarakan Yayasan CARE Peduli (YCP) bersama dengan 3 KUEP lainnnya dari Desa Bumi Kencana, Desa Tegal Mulyo, dan Desa Sri Mulyo. “Saya bersemangat sekali bagaimana caranya harus bisa membuat piring lidi, karena memang lumayan rumit dan butuh ketelatenan,” tuturnya.

Selain pelatihan menganyam lidi, YCP memberikan pelatihan kepada perempuan anggota KUEP melalui Program Pemberdayaan Perempuan Pada Komunitas Kelapa Sawit di Musi Banyuasin. Pelatihan tersebut mencakup literasi dan manajemen keuangan, legalitas produk, serta pengemasan dan pemasaran produk. Selain itu, YCP juga menggunakan pendekatan koperasi simpan pinjam untuk meningkatkan ekonomi perempuan, sebagai alternatif sumber pendapatan selama proses penanaman kembali kebun kelapa sawit.

Setelah satu bulan mengikuti pelatihan dari YCP, Minarti dan rekan kelompoknya, Sudarweni, memiliki kepercaya diri untuk memasarkan produk anyaman lidi sawit ke tingkat kecamatan serta kabupaten. Selain piring lidi sawit, bersama dengan anggota KUEP lainnya Minarti berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan produk kerajinan anyaman, yaitu dengan memproduksi jenis anyaman lainnya seperti anyaman mangkuk, keranjang buah, tempat pensil, hiasan dinding, dan kotak tisu.

“Yang dulunya hanya di rumah, sekarang sudah banyak kegiatan, jadi sibuk ikut pelatihan, dan juga mendapatkan banyak teman.” tutur Sudarweni, anggota KUEP Desa Karya Maju. Minarti dan Sudarweni adalah ibu rumah tangga yang kini menjadi pengrajin setelah mengikuti rangkaian pelatihan yang diinisiasi YCP. Mereka membuka usaha menjual hasil kerajinan anyaman dari lidi sawit untuk menambah pemasukan keluarga. Pada bulan Juli sampai Desember 2023, KUEP Mandiri Peduli telah memproduksi 525 buah kerajinan lidi sawit dengan total penghasilan lebih dari 5,5 juta Rupiah. “Kini saya bisa membantu suami menambah penghasilan sampingan dari hasil penjualan kerajinan. Sekarang punya usaha di rumah sambil mengurus anak tanpa harus meninggalkan kewajiban ibu rumah tangga,” ujarnya.

Selain dari aspek ekonomi, perubahan pada peran dalam rumah tangga juga dirasakan oleh Minarti. Sutrisno, suami Minarti awalnya menunjukkan sikap netral. Setelah mengikuti pelatihan male engagement, Sutrisno lebih mendukung usaha kerajinan lidi sawit isterinya. “Setelah adanya pelatihan gender, suami menjadi lebih paham tentang peran dalam rumah tangga. Jadi, seorang perempuan tidak harus duduk di rumah saja. Perempuan juga boleh memiliki pendapat, dimana suami pun harus mendengarkan dan menghargai,” jelas Minarti.

Diceritakan Minarti, Sutrisno mendukung dengan merakit sendiri mesin penyerut lidi dan memberikan izin rumahnya untuk digunakan sebagai basecamp atau rumah produksi serta toko berjualan produk kerajinan anyaman lidi sawit KUEP Mandiri Peduli.

Dedikasi Minarti dan Sudarweni membuahkan hasil dengan banyaknya pesanan kerajinan. Hasil kerajinan KUEP Mandiri Peduli diundang untuk mengisi salah satu stan dalam MUBA Expo 2023, serta mendapatkan juara ketiga pada Lomba Produk Inovatif tingkat Kabupaten. Tidak hanya itu, KUEP Mandiri Peduli pun diundang sebagai pembicara pada kegiatan Peningkatan Kapasistas SDM dan kegiatan Inkubasi Usaha Kabupaten Musi Banyuasin. “Dari adanya event itu, kami mulai dikenal banyak orang. Kerajinan piring lidi menjadi viral di daerah kami,” jelas Sudarweni.

Meskipun masih ada tantangan dalam menjalankan usaha kerajinan dari lidi kelapa sawit, menurut Minarti, dukungan dari keluarga dan lingkungan desanya mampu menjadi motivasi baginya untuk terus berkembang. “Perubahan ini membawa kita pada hal-hal yang lebih baik, dan kami siap menghadapi tantangan di masa depan. Ini semua dapat terjadi berkat Yayasan CARE Peduli,” tutur Minarti. Hingga kini, KUEP Mandiri Peduli mendapatkan pesanan dari berbagai pihak seperti restoran dan kafe lokal serta dari instansi pemerintah. Minarti berharap kedepannya kerajinan anyaman lidi sawit dapat berkembang lebih besar ke tingkat provinsi dan nasional dan keberhasilan mereka dapat menginspirasi perempuan lain untuk mandiri dan percaya diri dalam menjalani usaha mereka.

***

Penulis: Nurainy Darono, Editor: Swiny Adestika

Cegah Kekerasan Berbasis Gender di Jawa Barat, Kelompok Perempuan JEKATA Sosialisasikan Posko Pengaduan

Berita

Partisipasi dalam Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan

Dilansir dari laman kekerasan.kemenppa.go.id, kasus kekerasan yang terjadi di Indonesia sejak 1 Januari 2024 hingga saat ini tercatat sebanyak 1.124 kasus. Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi dengan jumlah kasus kekerasan yang tertinggi tercatat di laman tersebut, yakni sebanyak 106 kasus. Perempuan dan anak menjadi korban tindak kekerasan yang tercatat terjadi di Jawa Barat.

Upaya pencegahan dan penanganan kekerasan, terutama Kekerasan Berbasis Gender (KBG) di Jawa Barat terus diupayakan, termasuk oleh kelompok perempuan di tingkat tapak, salah satunya oleh para anggota Jaringan Pemberdayaan untuk Perempuan Tangguh (JEKATA) di Kabupaten Purwakarta dan Sukabumi. Dikelola oleh Pemerintah Daerah dan di bawah naungan JEKATA, posko pengaduan KBG dibentuk sebagai wadah bagi korban tindak kekerasan, terutama perempuan dan anak perempuan untuk mendapatkan perlindungan dan penanganan. Bantuan yang diberikan diantaranya: pendampingan korban dalam pembuatan pengaduan resmi ke pihak berwajib, dukungan psikososial, layanan kesehatan, serta perlindungan hukum.

“Pada penanganan kasus kekerasan, anggota JEKATA mengawal dengan memberikan perlindungan pada korban melalui penyediaan rumah aman dan membantu pemulihan korban dengan pendampingan ke Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A),” Ujar Widiani, salah satu anggota JEKATA Kabupaten Purwakarta pada kegiatan sosialisasi posko pengaduan (10/12) di desanya. Kegiatan sosialisasi keliling desa dilakukan sebagai bentuk dukungan JEKATA dalam kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKtP) yang berjalan pada bulan November hingga Desember tahun 2023 lalu.

Sosialisasi posko pengaduan dilakukan 130 anggota JEKATA di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Sukabumi. Mengusung tema “Kenali Hukumnya, Komunitas Lindungi Korban, Perempuan Peduli”, edukasi keliling desa dilakukan untuk mencegah tindak kekerasan, yang berhasil menjangkau ratusan warga yang beromisili di 7 desa Kabupaten Sukabumi, yakni Desa Babakansari, Desa Pondok Kaso, Desa Bojongpari, Desa Lebaksari, Desa Parakansalak, Desa Bojongasih, dan Desa Bojonglongok di Kabupaten Sukabumi serta 11 desa di Kabupaten Purwakarta, yakni Desa Cimahi, Desa Cikumpay, Desa Cilandak, Desa Kertamukti, Desa Cijunti, Desa Karangmukti, Desa Cikopo, Desa Cibodas, Desa Campakasari, Desa Balikarah, dan Desa Cijaya.

Nuryani, salah satu anggota senior JEKATA di Kabupaten Purwakarta turut berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi. Selain sebagai anggota, Yani yang juga menjadi tokoh perempuan penting di desanya menyampaikan bahwa partisipasi JEKATA dalam kampanye 16 HAKtP menjadi momentum penting untuk bersama-sama memberikan pemahaman hingga ke tingkat keluarga dalam masyarakat. “Dengan berpartisipasi dalam kampanye 16 HAKtP, masyarakat akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang dukungan JEKATA melalui Posko Pengaduan. Tujuan kami adalah untuk mengambil bagian dalam mengurangi jumlah kasus kekerasan di desa,” tuturnya.

Didukung pembentukannya oleh Yayasan CARE Peduli (YCP) pada 2022 lalu dan mendapatkan penguatan kapasitas melalui berbagai pelatihan termasuk pelatihan paralegal, JEKATA semakin pesat berkembang. Upaya YCP mencegah tindak kekerasan terutama KBG tidak hanya menjangkau para perempuan dan anak perempuan, tetapi juga melibatkan laki-laki dalam meningkatkan pemahaman terkait keadilan gender dan upaya pencegahan dan penanganan KBG.

Japra, seorang Polisi Desa Bojonglongok menjadi salah satu peserta pelatihan yang diinisiasi YCP di Kabupaten Sukabumi dalam pendekatan male engagement. Menurut Japra, peran aktif laki-laki sangat penting untuk keberhasilan mencegah terjadinya tindak kekerasan di lingkungan desa. “Saya merasa bangga dengan isteri saya dan JEKATA Sukabumi yang aktif mencegah dan menangani tindak kekerasan di lingkup desa. Saya juga merasa terpanggil sebagai kaum laki-laki untuk ikut terlibat,” ujar Pak Japra di sela pengawalan kegiatan sosialisasi keliling desa.

Hingga kini, JEKATA berhasil menginisiasi 13 Posko Pengaduan yang tersebar di Kabupaten Purwakarta dan Sukabumi. Kemajuan Posko Pengaduan dalam perjalanannya didukung oleh banyak pihak, seperti perwakilan Pemerintah tingkat Desa dan tingkat Kecamatan serta masyarakat umum. “Salah satu kontribusi kita terhadap masyarakat yaitu melalui Posko Pengaduan. Kami berharap bahwa angka kekerasan dapat menurun, baik di tempat kerja dan di lingkungan desa,” ucap Yohanna Tantria, Program Coordinator YCP.

Penulis: Nurainy Darono, Editor: Swiny Adestika

16 DOA: Kelompok Perempuan JEKATA Memperkenalkan Pos Pengaduan Kekerasan Berbasis Gender di Desa Mereka

Galeri

Lebih dari 130 anggota JEKATA (Jaringan Pemberdayaan untuk Perempuan Tangguh) di Purwakarta dan Sukabumi berpartisipasi dalam kampanye 16 Hari Aktivisme (25/11-10/12) dengan memperkenalkan Posko Pengaduan Kekerasan Berbasis Gender (KBG) yang didirikan di desa mereka. JEKATA sebagai kelompok perempuan akar rumput, bertujuan untuk menyuarakan kesetaraan, perlindungan, martabat dan hak asasi manusia bagi perempuan di desa-desa.

Pengarusutamaan Gender Melalui Kolaborasi Efektif bersama OPD Kabupaten Musi Banyuasin

Galeri

Mengawali tahun 2024, pemberdayaan kelompok perempuan di dalam komunitas kelapa sawit diperkuat melalui penandatanganan kerja sama antara Yayasan CARE Peduli (YCP) dengan 7 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Kabupaten Musi Banyuasin. Kemitraan ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi lokal bagi kelompok perempuan, menumbuhkan kepemimpinan perempuan di dalam kelompok tersebut, dan meningkatkan akses gizi bagi keluarga, khususnya di 13 desa yang menjadi wilayah fokus YCP.