Search
Close this search box.

Minarti: Kini Bisa Bantu Menambah Penghasilan dari Kerajinan

Share it with others

Pengrajin Perempuan Berdaya Melalui Usaha Anyaman Lidi Sawit

Memiliki keragaman budaya, Indonesia dikenal dengan seni kriya, salah satu cabang seni rupa yang menghasilkan kerajinan dengan nilai seni budaya. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyebutkan seni kriya memiliki 5 jenis berdasarkan cara membuatnya, yaitu seni kriya pahat, seni kriya batik, seni kriya tenun, seni kriya bordir, dan seni kriya anyaman. Sepanjang tahun 2022, Kementerian Perindustrian mencatat nilai ekspor produk kerajinan nasional naik mencapai 3.6%.

Indonesia memiliki banyak jenis seni kriya anyaman seperti anyaman dari rotan, pandan, purun serta dari lidi kelapa sawit. Dengan luas kebun kelapa sawit sebesar 14.9 juta hektar yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, membuat Indonesia memiliki bahan baku lidi sawit yang melimpah. Peluang ini dimanfaatkan oleh pengrajin anyaman untuk mengembangkan usahanya, salah satunya para pengrajin perempuan dari Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

“Di daerah kami, karena mayoritas adalah perkebunan kelapa sawit, jadi bahan baku lidi sawit sangat melimpah. Yang dulunya pelepah sawit dibuang, sekarang bisa kami manfaatkan menjadi kerajinan dan dapat memiliki nilai ekonomi,” ujar Minarti, salah satu anggota Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Mandiri Peduli asal Desa Karya Maju, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Minarti mengikuti pelatihan mengayam lidi sawit yang diselenggarakan Yayasan CARE Peduli (YCP) bersama dengan 3 KUEP lainnnya dari Desa Bumi Kencana, Desa Tegal Mulyo, dan Desa Sri Mulyo. “Saya bersemangat sekali bagaimana caranya harus bisa membuat piring lidi, karena memang lumayan rumit dan butuh ketelatenan,” tuturnya.

Selain pelatihan menganyam lidi, YCP memberikan pelatihan kepada perempuan anggota KUEP melalui Program Pemberdayaan Perempuan Pada Komunitas Kelapa Sawit di Musi Banyuasin. Pelatihan tersebut mencakup literasi dan manajemen keuangan, legalitas produk, serta pengemasan dan pemasaran produk. Selain itu, YCP juga menggunakan pendekatan koperasi simpan pinjam untuk meningkatkan ekonomi perempuan, sebagai alternatif sumber pendapatan selama proses penanaman kembali kebun kelapa sawit.

Setelah satu bulan mengikuti pelatihan dari YCP, Minarti dan rekan kelompoknya, Sudarweni, memiliki kepercaya diri untuk memasarkan produk anyaman lidi sawit ke tingkat kecamatan serta kabupaten. Selain piring lidi sawit, bersama dengan anggota KUEP lainnya Minarti berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan produk kerajinan anyaman, yaitu dengan memproduksi jenis anyaman lainnya seperti anyaman mangkuk, keranjang buah, tempat pensil, hiasan dinding, dan kotak tisu.

“Yang dulunya hanya di rumah, sekarang sudah banyak kegiatan, jadi sibuk ikut pelatihan, dan juga mendapatkan banyak teman.” tutur Sudarweni, anggota KUEP Desa Karya Maju. Minarti dan Sudarweni adalah ibu rumah tangga yang kini menjadi pengrajin setelah mengikuti rangkaian pelatihan yang diinisiasi YCP. Mereka membuka usaha menjual hasil kerajinan anyaman dari lidi sawit untuk menambah pemasukan keluarga. Pada bulan Juli sampai Desember 2023, KUEP Mandiri Peduli telah memproduksi 525 buah kerajinan lidi sawit dengan total penghasilan lebih dari 5,5 juta Rupiah. “Kini saya bisa membantu suami menambah penghasilan sampingan dari hasil penjualan kerajinan. Sekarang punya usaha di rumah sambil mengurus anak tanpa harus meninggalkan kewajiban ibu rumah tangga,” ujarnya.

Selain dari aspek ekonomi, perubahan pada peran dalam rumah tangga juga dirasakan oleh Minarti. Sutrisno, suami Minarti awalnya menunjukkan sikap netral. Setelah mengikuti pelatihan male engagement, Sutrisno lebih mendukung usaha kerajinan lidi sawit isterinya. “Setelah adanya pelatihan gender, suami menjadi lebih paham tentang peran dalam rumah tangga. Jadi, seorang perempuan tidak harus duduk di rumah saja. Perempuan juga boleh memiliki pendapat, dimana suami pun harus mendengarkan dan menghargai,” jelas Minarti.

Diceritakan Minarti, Sutrisno mendukung dengan merakit sendiri mesin penyerut lidi dan memberikan izin rumahnya untuk digunakan sebagai basecamp atau rumah produksi serta toko berjualan produk kerajinan anyaman lidi sawit KUEP Mandiri Peduli.

Dedikasi Minarti dan Sudarweni membuahkan hasil dengan banyaknya pesanan kerajinan. Hasil kerajinan KUEP Mandiri Peduli diundang untuk mengisi salah satu stan dalam MUBA Expo 2023, serta mendapatkan juara ketiga pada Lomba Produk Inovatif tingkat Kabupaten. Tidak hanya itu, KUEP Mandiri Peduli pun diundang sebagai pembicara pada kegiatan Peningkatan Kapasistas SDM dan kegiatan Inkubasi Usaha Kabupaten Musi Banyuasin. “Dari adanya event itu, kami mulai dikenal banyak orang. Kerajinan piring lidi menjadi viral di daerah kami,” jelas Sudarweni.

Meskipun masih ada tantangan dalam menjalankan usaha kerajinan dari lidi kelapa sawit, menurut Minarti, dukungan dari keluarga dan lingkungan desanya mampu menjadi motivasi baginya untuk terus berkembang. “Perubahan ini membawa kita pada hal-hal yang lebih baik, dan kami siap menghadapi tantangan di masa depan. Ini semua dapat terjadi berkat Yayasan CARE Peduli,” tutur Minarti. Hingga kini, KUEP Mandiri Peduli mendapatkan pesanan dari berbagai pihak seperti restoran dan kafe lokal serta dari instansi pemerintah. Minarti berharap kedepannya kerajinan anyaman lidi sawit dapat berkembang lebih besar ke tingkat provinsi dan nasional dan keberhasilan mereka dapat menginspirasi perempuan lain untuk mandiri dan percaya diri dalam menjalani usaha mereka.

***

Penulis: Nurainy Darono, Editor: Swiny Adestika

Cerita Terkait Lainnya