Search
Close this search box.

Sinergi Percepatan Penurunan Stunting di Sumbawa Barat: Dari PMT hingga Kebun Gizi

Share it with others

Pemerintah Indonesia terus berupaya mengatasi stunting. Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukan pada bulan Januari 2025, prevalensi stunting masih berada di angka 21,5 persen. BKKBN menargetkan prevalensi stunting sebesar 18 persen pada tahun 2025.

Sejalan dengan itu, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), upaya penurunan prevalansi stunting menuju arah yang baik. Dikutip melalui Antaranews.com, Dinas Kesehatan KSB menyampaikan, angka stunting di KSB pada tahun 2024 berada di 7,37 persen. Jumlah ini menurun jika dibandingkan tahun 2023 sebesar 10,3 persen. Masih dari Antaranews.com, Pj. Bupati Kabupaten Sumbawa Barat Julmansyah mengatakan, perempuan menjadi salah satu faktor menurunnya angka stunting di daerah tersebut. Menurutnya, program DASHAT (dapur sehat atasi stunting) yang dipelopori oleh perempuan tangguh dan terintegrasi dengan ekonomi, ketahanan pangan, dan usaha mandiri perempuan menjadi salah satu upaya untuk melindungi perempuan dan anak.

Hal yang disampaikan oleh Julmansyah menjadi komponen program yang dilakukan oleh Yayasan CARE Peduli (YCP) dalam program percepatan penanganan stunting di KSB. Muhammad Ikraman, Project Manager Yayasan CARE Peduli di KSB menjelaskan program percepatan penurunan stunting dilakukan YCP secara holistik. “Program ini tidak hanya menyentuh aspek nutrisi, tetapi juga menyasar perubahan perilaku, edukasi orang tua, dan ketahanan pangan berbasis lokal. Secara umum, semua orang tua anak yang diintervensi mengikuti kelas parenting agar mereka mampu memberikan penilaian tentang tumbuh kembang anak mereka. Termasuk juga dengan memberikan pemahaman kepada remaja tentang risiko menikah muda,” ujar Ikraman.

Ikraman menjelaskan, pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan menjadi komponen utama dalam penanganan stunting. Sejak 2023 hingga 2024, sebanyak 372 anak dengan kondisi stunting, 47 anak dengan kondisi wasting, dan 17 anak dengan kondisi underweight telah menerima PMT pemulihan selama 90 hari tiap periodenya tanpa jeda yang berjalan pada bulan Desember 2023 sampai Maret 2024 dan Juni sampai September 2024. Tidak hanya menyasar anak, PMT pemulihan juga diberikan pada 85 ibu hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK) selama 30 hari dalam dua periode. “Hasilnya cukup signifikan. Sebanyak 30% anak yang mendapatkan intervensi PMT pemulihan keluar dari status stunting, dan 87% lainnya mengalami peningkatan berat badan lebih dari 200 gram per bulan. Untuk ibu hamil dengan kondisi KEK, 70% berhasil keluar dari status KEK dan melahirkan bayi dengan berat badan normal,” jelas Ikraman.

Yang menarik, PMT pemulihan yang diberikan bukan makanan instan atau mahal. Justru sebaliknya, menu yang digunakan mengikuti panduan Kementerian Kesehatan dan berbahan baku lokal, sehingga bisa penyiapan menu bisa ditiru oleh keluarga. “Keterlibatan kader dapur sehat atasi stunting (DASHAT) dalam program ini sangat penting. Tidak hanya menyiapkan menu PMT pemulihan, tetapi juga mengantarkan makanan dan memonitoring menu tersebut kepada anak yang mendapatkan PMT pemulihan. Saat makanan diberikan, orang tua dari sang anak juga diberi pemahaman tentang menyipkan menu bergizi seimbang dari sumber lokal. Menu dari lokal ini menjadi pendekatan edukatif yang dilakukan YCP, bahwa makanan sehat itu terjangkau dan mudah disiapkan di rumah,” tambah Ikraman.

Perubahan Sikap Orang Tua dan Peran Kader DASHAT

Perubahan kondisi anak yang signifikan membawa dampak psikologis yang positif pada orang tua. Antusiasme mereka tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya gizi dan pola asuh. Memang, ada sebagian orang tua yang semula ragu menerima PMT pemulihan karena merasa bisa menyediakan sendiri. Namun melalui pendekatan edukatif dan kelas parenting, mereka akhirnya menerima pentingnya makanan dengan komposisi gizi seimbang. “Semua orang tua yang anaknya diintervensi mengikuti kelas parenting. Mereka belajar mengenai tumbuh kembang anak, pola asuh, dan menu makanan bergizi. Belajar pun dilakukan secara partisipatif, dengan pendekatan berbasis kasus nyata yang mereka alami,” tutur Ikraman.

Hayatun, orang tua dari Anugrah Wilka yang berusia 4 tahun dari Desa Bukit Damai yang menerima PMT pemulihan mengatakan ia cukup kesulitan dalam membuat dan memberikan makanan pada anaknya yang mengalami disabilitas down syndrome. “Dengan adanya PMT, bisa membantu anak saya makan. Saya sangat berterima kasih. Biasanya dia sulit sekali makan, sekarang dia minta makan terus. Kalau sebelumnya dia tidak bisa duduk atau berdiri tegak, dan lesu, sekarang sudah mulai lincah dan bisa duduk dengan baik,” katanya.

Perempuan berusia 44 tahun itu juga menuturkan, dirinya senang belajar bersama kader DASHAT yang berada tak jauh dari rumahnya untuk membuat menu makanan dengan gizi seimbang. “Sekarang saya sudah bisa membuat makanan seperti yang diberikan oleh DASHAT. Sekarang berat dan tinggi badan anak saya sudah sesuai dengan anak seusiannya,” ujarnya.

Kebun Gizi: Solusi Penanganan Stunting Berbasis Komunitas

Lebih lanjut, Ikraman menjelaskan, dalam rangka memastikan keberlanjutan PMT pemulihan, pelaksanaan kebun gizi yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) menjadi inovasi dalam upaya penurunan prevalansi stunting. Pembuatan kebun gizi dilaksanakan di semua desa yang didampingi oleh YCP di Kecamatan Sengkokang. Pengelolaan kebun gizi di Desa Talongang Baru menjadi salah satu yang paling menonjol.

“Kebun gizi yang ada di Talonang Baru kini berhasil memenuhi kebutuhan sayur mayur untuk PMT yang dibuat oleh kelompok DASHAT desa tersebut. Keberadaan kebun gizi sangat membantu produksi PMT, karena mendapatkan sayur yang segar dengan harga yang lebih murah. Karena desa ini keberadaannya cukup jauh dan terisolir, selama ini bahan baku untuk sayur banyak dipasok dari Kecamatan Lunyuk yang masuk dalam Kabupaten Sumbawa, jadi harganya cukup mahal,” jelasnya.

Ikraman menambahkan, berkat kolaborasi yang baik antara kebun gizi dan kelompok DASHAT, saat ini Talonang Baru mengalami penurunan angka stunting yang cukup signifikan. “Kami melihat dari data Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPBGM) yang dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat pada Februari 2023, angka stunting di Talonang Baru sebesar 15,38%, kemudian pada tahun Februari 2025 turun menjadi 6,29%,” jelasnya.

Peran Aktif Pemerintah Desa: Dari Anggaran hingga Regulasi

Menurut Ikraman, seluruh pemerintah desa yang menjadi area program sangat mendukung program percepatan penurunan stunting di wilayahnya masing-masing. Hal ini terbukti melalui peningkatan anggaran untuk kegiatan layanan dasar bidang kesehatan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES). “Pada tahun 2024, dana untuk kesehatan APBDES pada 16 desa mengalami peningkatan dengan total kenaikan sebanyak 34 persen, yakni menjadi sekitar Rp. 5,5 miliar, dibandingkan pada tahun 2023. Khusus untuk PMT pemulihan, anggaran naik dari Rp520 juta menjadi Rp775 juta,” jelas Ikraman.

Lebih lanjut, Ikraman mengemukakan, dukungan pemerintah desa juga tidak hanya melalui pengalokasian anggaran saja, tetapi juga dengan regulasi. Salah satunya melalui pembentukan Desa Ramah Anak Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) melalui peraturan desa (perdes). “Pembentukan DRPPA bertujuan untuk memastikan kebutuhan hak asuh anak sesuai dengan peratuan perundang-undangan perlindungan anak, sehingga bisa memenuhi hak-hak yang didapatkan anak dalam tumbuh kembangnya,” imbuhnya.

Upaya kolaboratif yang dilakukan di Sumbawa Barat menunjukkan bahwa penanganan stunting perlu dilakukan dengan pendekatan holistik: dari pemenuhan nutrisi, edukasi, partisipasi komunitas, hingga dukungan regulatif. “Dukungan dan kerja bersama dari berbagai pihak seperti masyarakat, pemerintah desa dan daerah setempat, serta dari mitra YCP yakni AMMAN Mineral, menjadikan program percepatan penurunan stunting di KSB bisa menjangkau partisipan luas dan memiliki hasil serta perubahan yang baik,” pungkas Ikraman.

Penulis: Kukuh A. Tohari

Editor: Swiny Adestika

Cerita Terkait Lainnya