Search
Close this search box.

Selamat Tinggal Minder, Selamat Datang Masa Depan

Share it with others

Ribuan mojang Kabupaten Bandung jadi lebih bisa menghargai diri sendiri, serta bersemangat merancang masa depannya.

“Aku pendiam dan jarang bergaul. Tak banyak orang tahu kisah hidupku yang pilu,” ujar Alya Nurul Wijaya, siswi kelas VII SMP Pasundan 1, mengawali ceritanya.

Ia tidak bisa lupa kesedihannya empat tahun lalu, saat orang tuanya bercerai. Alya dan ibunya pindah ke rumah peninggalan kakek. Ibunya lantas menjadi Pekerja Rumah Tangga (PRT) untuk menghidupi keluarga dan membiayai pendidikan Alya.

“Sebenarnya aku bercita-cita jadi dokter,
tapi sering pesimis mengingat status keluargaku yang bukan
dari keluarga berada,” tuturnya.

Di sekolah, Alya cenderung minder, menarik diri, dan jarang bergaul. Ia menganggap banyak murid di sekolahnya tak suka padanya. Kecuali, satu orang yang kemudian menjadi sahabatnya, yakni Aida. Ia sering membantu Alya di saat-saat sulit. Aida juga yang mendorong Alya terus mengikuti program Pengembangan Diri dan Karir (Personal Advancement and Career Enhancement/PACE) yang diadakan di sekolah mereka.

PACE dirancang untuk menyiapkan anak perempuan tangguh di masa depan. Caranya, dengan meningkatkan kapasitas diri remaja perempuan berumur 12 sampai 18 tahun di Kabupaten Bandung. Lebih dari 3.000 orang, terdiri dari murid dan guru, ikut serta dalam PACE. Materi yang dibahas terentang dari pengenalan diri, pengelolaan emosi, pemahaman gender dan pubertas, perencanaan menggapai cita-cita, kepemimpinan, pemecahan masalah, hingga kelayakan kerja.

Menurut Alya, materi tentang cita-cita dan pengelolaan keuangan adalah yang paling menarik. Ia kemudian mendapat ide menjual makanan ringan di sekolah, yang cukup sukses sehingga keuntungannya bisa ditabung. “Aku berharap bisa terus konsisten berjuang meraih cita-citaku, agar kelak bisa membahagiakan ibu,” katanya.

Di sekolah lain, SMP PGRI, ada Fitriani, 14 tahun. Manfaat yang terasa dari materi PACE adalah ia jadi lebih menghargai diri sendiri. Fitriani tadinya sering malu akibat tubuhnya tergolong bongsor ketimbang sebayanya.

“Fasilitator PACE yang juga guru saya menjelaskan pada hakikatnya semua manusia dilahirkan sama. Tuhan memberikan kita tubuh yang sempurna. Kita sebagai manusia wajib memelihara dan merawatnya. Mulai saat itu saya bisa lebih menghargai dan mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan,” paparnya.

Fitriani juga lebih paham soal kesehatan reproduksi. Dulu ia hanya mengganti pembalut dua kali sehari saat menstruasi. PACE membuatnya mengerti bahwa alat reproduksi perempuan rentan penyakit, sehingga harus dijaga dan dirawat kebersihannya. Kini, saat menstruasi ia mengganti pembalut sebanyak hingga empat kali tiap harinya.

Sementara itu, di SMP Pemuda ada Anggia Nurlaila yang duduk di kelas VIII. Materi PACE yang paling membekas untuk Anggia adalah pengenalan soal tubuh. Terutama, tentang bagian tubuh mana yang tak boleh disentuh oleh siapapun.

“Sebelum ikut PACE, saya selalu bertanya-tanya pada diri sendiri. Bagian tubuh mana sih yang harus kita jaga? Soalnya saya pernah melihat teman perempuan diperlakukan tidak baik oleh laki-laki, yang mencolek dagu dan menyentuh payudaranya. Ternyata itu termasuk pelecehan dan tidak boleh dilakukan,” ucap Anggia.

Pelajaran yang ia petik dari topik bahasan itu adalah remaja perempuan harus tahu mana yang baik dan buruk dalam bergaul. Remaja harus menjaga diri sendiri, terutama ketika bergaul dengan teman-temannya.

Materi soal tubuh ternyata jadi salah satu yang memancing diskusi paling seru di sekolah, termasuk di SMPN 1 Banjaran. Diah Yuliah, fasilitator PACE, mengatakan banyak siswi awalnya menganggap citra tubuh cantik yang ideal adalah perempuan berkulit putih, berhidung mancung, dan bertubuh langsing seperti penyanyi girl band Korea.

Salah satu siswi yang diampu Diah tadinya paling enggan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler karena takut kulitnya hitam dan tidak cantik. Padahal, sebetulnya si murid sangat berminat ikut ekstrakurikuler itu.

“Saat diskusi tentang tubuh yang sempurna, dia berani mengungkapkannya. Ini jadi bahan diskusi dan berlanjut sampai konseling individual. Siswi ini kemudian mengubah pikirannya soal kecantikan dan kesempurnaan. Dia jadi aktif lagi dalam kegiatan ekstrakurikuler, tanpa khawatir akan jadi kurang cantik,” tuturnya.

Bicara soal cita-cita, makin banyak peserta yang percaya diri bisa meraihnya. Salah satunya adalah Rizky Puri Ayuningtyas, murid SMP 1 Pasundan.

“Perempuan juga punya hak untuk bermimpi tinggi. Setelah mendapat penerangan tentang berbagai keistimewaan perempuan, entah mengapa aku menjadi percaya diri dan semakin bertekad kuat untuk meraih mimpiku. Akan kubuktikan aku bisa meraih impian itu,” kata Rizky bersemangat.

Pengembangan Diri dan Karir (Personal Advancement and Career Enhancement/PACE)

Tujuan: menyiapkan perempuan tangguh untuk masa depan melalui peningkatan kapasitas diri (soft skills) kepada remaja perempuan berusia 12- 18 tahun

Waktu: 2018-2019

Lokasi: Kabupaten Bandung

Jumlah penerima manfaat per Januari 2020: 3.269 orang

Mitra pelaksana:

Pendukung dana: Abercrombie

Cerita Terkait Lainnya