Search
Close this search box.

Perempuan Pejuang Mangrove: Jaga Mangrove dan Harapan untuk Pesisir Berakit

Galeri

Cerita baik dan pembelajaran dari upaya perlindungan ekosistem mangrove di Desa Berakit, Kab. Bintan melalui pemberdayaan perempuan disampaikan sebagai hasil kerja bersama CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) dan Yayasan Ecology dengan dukungan Traveloka, melalui seminar umum (3/11) di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang. Lebih dari 100 peserta mengikuti seminar umum, yang merupakan perwakilan dari instansi pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, Kab. Bintan, akademisi, mahasiswa dan perwakilan masyarakat dan kelompok perempuan. Paparan dari empat narasumber yakni dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kepri, Dosen Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) UMRAH, CARE Indonesia dan Yayasan Ecology yang dilanjutkan sesi diskusi, menyampaikan manfaat langung yang didapat masyarakat, termasuk kelompok perempuan di Desa Berakit serta menginspirasi implementasi kerja bersama serupa di desa pesisir lainnya.

Beberapa produk hasil dari Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Melati dan Tenggiri dari Desa Berakit ditampilkan di area seminar umum. Produk seperti kain dengan pewarnaan alami (ecoprint), berbagai keripik, dodol dan sirup dari mangrove serta berbagai olahan ikan seperti kerupuk dan bakso, menjadi bukti nyata pengembangan ekonomi anggota kelompok perempuan yang bisa dicicip dan dibeli langsung oleh peserta seminar. Kedepannya, KUEP akan mengembangkan jumlah produksi produk dan memperluas pemasaran melalui kemitraan lokal.

Kolaborasi Anak Muda di Kab. Sigi Wujudkan Komunitas yang Lebih Tangguh

Cerita

Menurut kajian UNFPA berjudul Indonesian Youth in the 21st Century (2014), anak muda merupakan aset penting yang menjadi modal pembangunan negara. Namun, kelompok ini masih jarang dilibatkan dalam partisipasi publik. Penelitian tersebut juga menegaskan bahwa upaya pemberdayaan, terwujudnya kesetaraan gender, dan partisipasi aktif anak muda menjadi hal penting dalam pengembangan generasi muda.

Aldyzar, pemuda Desa Rarampadende, menyadari bahwa saat ini masih cukup sulit mengajak rekan-rekan sebayanya untuk selalu aktif dalam organisasi kepemudaan di tingkat desa. Namun, menurutnya, hal itu bisa diatasi secara perlahan melalui kegiatan olahraga bersama yang juga dapat mempererat keakraban antar-muda-mudi setempat.

“Sepak bola, voli, sepak takraw, dan olahraga lainnya bisa menjadi ajang berkumpul bagi anak muda agar lebih aktif lagi. Namun, kami juga berharap dilibatkan dalam lebih banyak kegiatan pendampingan dan penguatan kapasitas,” ujarnya.

Aldyzar menambahkan, bahwa pelatihan yang pernah ia ikuti, salah satunya pelatihan kepemimpinan, kesetaraan gender, dan komunikasi, sangat bermanfaat karena menjadi ajang berkumpul bagi anak muda dari dua desa. Ia juga menyampaikan bahwa melalui pelatihan yang ia dapat dari program kolaborasi CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) dan KARSA Institute, dengan dukungan dari UN Women dan pendanaan dari KOICA, mengajarkan cara memanfaatkan media sosial sebagai alat kolaborasi dan penyebaran pesan kebersamaan.

“Kami sangat senang bisa berkumpul di sini untuk belajar bersama karena kami sudah jarang sekali punya waktu untuk kegiatan seperti ini. Kami juga sadar bahwa anak muda sekarang sangat dekat dengan media sosial. Jadi, anak-anak Desa Pesaku dan Rarampadende berkolaborasi membuat konten bersama,” katanya.

Siti Utami, Facilitator Officer KARSA Institute, menyampaikan bahwa pelibatan remaja di desa bertujuan memperkuat ketangguhan anak muda dan perempuan di Kabupaten Sigi dalam menghadapi kondisi krisis. Menurut Tami, pelatihan peningkatan kapasitas yang melibatkan 30 anak muda dari Desa Pesaku dan Rarampadende (7/10) di Kantor Desa Rarampadende, menjadi salah satu upaya mewujudkan tujuan tersebut.

Lebih lanjut menurut Utami, pelibatan aktif anak muda di dua desa tersebut diharapkan mendorong mereka mengambil peran lebih besar dalam membentuk komunitas yang inklusif dan tangguh. Tak hanya itu, pendampingan dan pelatihan yang dilakukan KARSA bersama CARE ini juga bermaksud untuk mewujudkan kesetaraan gender di masyarakat.

“Harapannya, anak-anak muda di Desa Rarampadende dan Pesaku dapat menumbuhkan semangat kolaborasi sehingga terwujud masyarakat yang tangguh dan menjadi tempat yang nyaman bagi semua,” ujar Utami.

Upaya peningkatan kapasitas anak muda menurut Utami, akan dilanjutkan dengan kegiatan lain seperti kemping di alam terbuka agar mempererat hubungan antar-anak muda dari berbagai desa serta melatih mereka memahami potensi krisis dan langkah pencegahannya.

“Kami ingin anak muda semakin memahami pentingnya toleransi, dialog, dan perdamaian sosial; membangun jejaring lintas desa melalui kegiatan kolaboratif; mengasah kemampuan resolusi konflik serta komunikasi tanpa kekerasan; dan yang terpenting, menumbuhkan rasa kebersamaan, saling menghargai, serta tanggung jawab sosial di antara mereka,” pungkas Utami.

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

AMMAN dan CARE Indonesia Paparkan Capaian Program Penurunan Stunting di Sumbawa Barat

Galeri

CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) berkolaborasi dengan AMMAN menyelenggarakan kegiatan diseminasi program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2022–2023, yang dilaksanakan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Sumbawa Barat pada Jumat, 17 Oktober 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk memaparkan hasil dan capaian dari pelaksanaan program penurunan stunting yang telah dijalankan oleh CARE Indonesia bersama AMMAN selama dua tahun terakhir. Diharapkan, hasil dan praktik baik dari program ini dapat menjadi pembelajaran sekaligus direplikasi dalam program serupa yang dijalankan oleh pemerintah daerah.

Acara diseminasi ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, antara lain Kepala Bappeda Kabupaten Sumbawa Barat, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Sosial, serta para Camat dari Kecamatan Maluk, Jereweh, dan Sekongkang. Selain itu, hadir pula kader DASHAT serta perwakilan dari Kelompok Usaha Ekonomi Mandiri Perempuan (KUMP) yang turut berbagi pengalaman mengenai kontribusi mereka dalam mendukung perbaikan gizi dan ketahanan ekonomi keluarga di wilayahnya.

Semangat Baru Kelompok Perempuan untuk Lestarikan Mangrove dan Tambah Pendapatan Keluarga

Galeri

Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Rhizopora, Desa Sarawet, Kab. Minahasa Utara kini lebih mudah mencari kepiting sebagai sumber pendapatan keluarga, dengan memanfaatkan bantuan perahu dan alat tangkap dari program kolaborasi CARE Indonesia bersama Yayasan Bumi Tangguh (YBT) dengan pendanaan dari Asian Venture Philantrophy Network (AVPN) dan dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.

Komitmen KUEP Rhizopora semakin kuat untuk menjaga kawasan mangrove sebagai area pembesaran kepiting sehingga memenuhi standar berat jual.

Kelompok Nelayan Perempuan Desa Serawet, Minahasa Utara: Semangat Menjaga Mangrove Sebagai Sumber Pendapatan

Cerita

Ombak kecil berkejaran di pesisir Desa Sarawet, Kecamatan Likupang Barat, Sulawesi Utara. Di antara riuh suara laut, Wisye Sambangu bersiap mendayung sampan ke area penanaman mangrove. Hal ini dilakukan Wisye untuk menjaga kawasan mangrove yang menjadi tempat hidup kepiting dan ikan yang menjadi sumber penghasilannya. Bersama delapan perempuan lainnya, Wisye aktif merawat mangrove di pesisir, sambil mengelola usaha kelompok yang mereka bangun secara mandiri.

“Kami ingin penghasilan bertambah, tapi juga menjaga laut agar tetap lestari. Maka dari itu kami bergabung dengan KUEP (Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan) untuk belajar tentang pengelolaan keuangan dan mencari peluang usaha lainnya,” ujar Wisye dengan senyum hangat.

Menurut Wisye, dukungan yang ia dapat dari KUEP memberi mereka kesempatan untuk belajar, berorganisasi, dan berdaya. Sejak bergabung dalam KUEP Rhizopora aktivitas Wisye tidak hanya berkisar pada urusan rumah tangga, ia juga menjadi bagian penting dalam menjaga alam sekaligus memperkuat ekonomi keluarganya.

Wisye menambahkan, sebelum bergabung dengan KUEP, perempuan di desanya sudah sering menanam mangrove secara sukarela tanpa dukungan dana. Dengan semangat yang lebih tinggi, kini KUEP Rhizopora menurut Wisye, mulai membangun sistem simpan pinjam. Mereka sepakat untuk patungan sehingga terkumpul Rp 4 juta sebagai modal awal, sambil menunggu dukungan dana dari KUEP, yang jadi bukti kemandirian lahir dari kemauan kuat, bukan sekadar bantuan luar. 

Wisye menuturkan, semakin baik kondisi mangrove, semakin melimpah hasil laut yang mereka peroleh. Menurutnya, menanam mangrove bukan hanya tentang menjaga alam. Ini tentang menanam harapan akan laut yang lestari, keluarga yang sejahtera, dan masa depan perempuan pesisir yang lebih tangguh.  “Kami ini nelayan perempuan, kalau mangrove rusak, kepiting dan ikan juga makin sulit didapat,” tuturnya.

Semangat yang sama disampaikan Yeni Ahad, rekan Wisye di KUEP Rhizopora. Yeni menyampaikan, kelompoknya kini telah memiliki satu unit perahu dan alat tangkap kepiting hasil dukungan program. Perahu itu mereka gunakan untuk mencari bibit mangrove, membawa mangrove untuk ditanam, dan melaut mencari kepiting serta ikan di dekat ekosistem mangrove.

“Dulu kami harus pinjam perahu orang lain, sekarang tidak lagi karena sudah ada bantuan perahu untuk kelompok. Bantuan ini sangat membantu aktivitas kami, karena kami tidak perlu lagi meminjam perahu milik orang lain untuk membawa bibit mangrove, mencari ikan, dan kepiting. Harapannya, dengan adanya bantuan alat tangkap dan perahu, hasil tangkapan kami saat melaut bisa meningkat. Nantinya, hasil tangkapan kelompok ini akan dijual ke pengepul untuk dikirim ke Kota Manado,” ujar Yeni dengan bangga.

Renee Picasso Manopo, Climate Resilience and Humanitarian Portofolio Manager CARE Indonesia menejelaskan, program pemberdayaan perempuan pesisir dan perlindungan ekosistem mangrove ini merupakan bagian dari upaya CARE Indonesia dan Yayasan Bumi Tangguh, dengan dukungan Asian Venture Philanthropy Network (AVPN), untuk memperkuat ketangguhan masyarakat di kawasan pesisir Minahasa Utara. 

“Targetnya akan ada 50.000 bibit mangrove ditanam di tiga desa yakni Desa Palaes, Sarawet, dan Minaesa untuk memulihkan ekosistem pesisir dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelibatan dan penguatan kelompok perempuan dalam program ini kami harapkan tidak hanya mampu memperkuat peran perempuan dalam pelestarian kawasan mangrove tapi juga meningkatkan ekonomi dan mengurangi beban perempuan sehingga mereka bisa turut membantu menambah pendapatan rumah tangga dari lokasi sekitar rumah mereka,” pungkas Renee.

 

Penulis: Kukuh A. Tohari

Editor: Swiny Adestika

Bawang Merah, Harapan Kelompok Perempuan Desa Ngatabaru Tambah Pendapatan Keluarga

Galeri

Tahun 2023 konsumsi bawang merah di Indonesia mencapai 2.861kg/kapita/tahun*. Bawang Merah Palu, salah satu varietas unggulan dari Sulawesi Tengah yang sangat cocok dijadikan bawang goreng. Budidaya bawang merah jadi harapan Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Desa Ngatabaru, Kab. Sigi tambah pendapatan rumah tangga dan mendukung ketahanan pangan.

*Sumber: analisis kinerja perdagangan bawang merah Volume 14 Nomor 1 Tahun 2024, Kementerian Pertanian RI

Analisis Awal Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Industri Garmen Indonesia dari Perspektif Manajer dan Pekerja

Publikasi

Pendampingan tim LKS-Bipartit dan Satgas KBG-KS untuk wujudkan lingkungan kerja aman dan nyaman

Galeri

23 anggota Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Gender dan Kekerasan Seksual (Satgas KBG-KS) dari PT Dasan Pan Pacific Indonesia ikuti pendampingan dalam peningkatan keterampilan teknis untuk divisi penerimaan pengaduan, divisi penanganan kasus, hingga divisi publikasi dan kampanye(26-27/09). Upaya ini merupakan dukungan CARE Indonesia bersama para mitra, mendukung lingkungan kerja yang aman dan nyaman, khususnya bagi pekerja perempuan melalui penguatan kapasitas Satgas di LKS Bipartit.

Sesi dilakukan interaktif melalui pemberian materi, simulasi penerimaan kasus untuk divisi penerimaan pengaduan dan penanganan kasus, perencanaan dasar publikasi di media sosial untuk divisi publikasi dan kampanye, serta penyusunan timeline dan topik edukasi bagi pekerja untuk divisi pendidikan dan pencegahan.

25 anggota Satgas KBG-KS di PT Glory Industrial Semarang Demak turut mendapatkan pendampingan dari CARE Indonesia untuk tingkatkan kinerja setiap divisi (03/10). Melalui pendampingan ini, seluruh divisi mendapatkan penguatan seperti memetakan dan pemilahan aduan yang masuk hingga penyusunan rencana kegiatan sosialisasi bagi pekerja untuk mencegah kekerasan di lingkungan kerja.

Pelatihan Pemilahan sampah organik dan Anorganik di Depok

Galeri

96 masyarakat dan staff Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) serta 45 siswa SDN 3 Cilangkap dan SDN 8 Cilangkap, Kota Depok ikuti pelatihan pemilahan sampah (22,23,27/09). Kegiatan yang merupakan bagian dari kolaborasi CARE Indonesia bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan dukungan Pemerintah Kota Depok ini diadakan sebagai bagian dari upaya pengolahan sampah organik di tingkat rumah tangga.

Berbagai inisiatif dari peserta ditunjukkan dengan rencana tindak lanjut untuk pemilahan sampah organik dan anorganik. Hasil pemilahan sampah organik kemudian akan dikirimkan sebagai pakan maggot, di pusat budidaya maggot yang sedang dibangun di 2 lokasi di kota Depok.

Aplikasi SIKEBAS Jadi Andalan Monitoring Program PMT di Pangalengan

Galeri

Sebanyak 393 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) Kecamatan Pangalengan mengikuti sosialisasi penggunaan aplikasi SIKEBAS (Sistem Informasi Keluarga Sehat Bahagia Tanpa Stunting) untuk memonitoring program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di sana pada Selasa, (30/9) di GOR Sorga, Desa Margamekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.

Aplikasi SIKEBAS yang digunakan oleh CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) dalam program percepatan penurunan stunting yang didukung oleh LPS di Kecamatan Pangalengan, mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Kecamatan Pangalengan.

Aplikasi itu dinilai mampu menjadi solusi dalam memonitoring perkembangan penerima PMT. Berkat inilah, Pemerintah Kecamatan Pangalengan meminta mitra lain yang juga melakukan program PMT di sana untuk menggunakan SIKEBAS. Selanjutnya, para kader TPK akan dipilih dan dilatih untuk menggunakan SIKEBAS untuk memonitoring perkembangan penerima PMT.