Search
Close this search box.

Tangguh Di Masa Peremajaan Kebun Sawit, 13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan di Musi Banyuasin Berhasil Menambah Pendapatan Keluarga

Berita

13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Kabupaten Musi Banyuasin berhasil mewujudkan ketangguhan ekonomi di masa peremajaan sawit melalui 190 jenis usaha skala rumahan. Pengembangan usaha seperti kerajinan lidi sawit, produk makanan, ternak dan budidaya, serta usaha lainnya yang dilakukan kelompok perempuan, mendapatkan total keuntungan hingga 88,2 juta rupiah serta pengelolaan simpan-pinjam dengan total modal mencapai Rp1,2 miliar. Hasil usaha yang diikuti sekitar 505 perempuan sebagai anggota di 13 kelompok dari 13 desa di Kabupaten Musi Banyuasin ini disampaikan pada Forum Publik dan Refleksi Strategis Program Ketangguhan Kelompok Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit di Hotel Grand Ranggonang, Kecamatan Sekayu (24/5).

Program membangun ketangguhan kelompok perempuan di perkebunan sawit ini merupakan kolaborasi PT Cargill dan CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP), dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Program berkelanjutan yang dilaksanakan sejak November 2022 bertujuan untuk membangun kemandirian ekonomi melalui pelatihan keterampilan, penguatan kapasitas kewirausahaan, dukungan modal untuk peningakatan ekonomi keluarga. Serta dukungan dan pendampingan untuk memastikan adanya ruang aman bagi perempuan dan anak di lingkungan sekitarnya.

Zulkarnain S.P., Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Musi Banyuasin mengatakan, aktivitas ekonomi yang dilakukan melalui KUEP memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. “Kami melihat pendampingan yang dilakukan oleh CARE Indonesia kepada perempuan dan ibu-ibu ini sangat terasa hasilnya sehingga bisa mengangkat pendapatan rumah tangga,” katanya.

Lebih lanjut, Zulkarnain juga menyampaikan, jenis usaha yang dihasilkan oleh anggota KUEP di Musi Banyuasin bisa beragam dan diharapkan bisa diadaptasi oleh masyarakat di berbagai desa lainnya. “Kreativitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat saat ini bisa memotivasi masyarakat desa lain untuk lebih bagus dan baik dalam berkarya seperti yang sudah disampaikan selama program berjalan oleh CARE Indonesia. Kami berharap kedepannya program seperti ini terus menjadi wadah untuk berkolaborasi agar dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas lagi,” jelasnya.

Produk yang dihasilkan oleh KUEP turut ambil bagian dalam kegiatan MUBA Expo yang dilaksanakan oleh Pemkab Musi Banyuasin. Pada agenda itu, berbagai produk KUEP yang ditampilkan merupakan produk unggulan pada kegiatan tersebut. Produk KUEP yang berupa kerajinan lidi sawit juga telah masuk dalam katalog elektronik milik Pemkab Musi Banyuasin.

Dr. Abdul Wahib Situmorang, CEO CARE Indonesia menjelaskan, program ini dilaksanakan dengan pendekatan holistik melalui pemberdayaan ekonomi dengan pembentukan KUEP, pemenuhan nutrisi dengan membangun kebun gizi bersama Kelompok Wanita Tani (KWT), pencegahan dan pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, perlindungan lingkungan bersama Masyarakat Peduli Api (MPA). “Selama program ini berjalan, 4.937 orang terpapar sebagai partisipan langsung dan 100.522 orang menjadi partisipan tidak langsung yang dijangkau dari berbagai kegiatan dan saluran informasi. Tentu pemberdayaan memerlukan penguatan kapasitas dari berbagai aspek pengetahuan seperti literasi keuangan, pelatihan kesetaraan akses perempuan dan laki-laki atau kesetaraan gender, serta pemahaman untuk pendampingan penanganan kekerasan berbasis gender. Pelatihan terkait pertanian dan usaha pertanian juga dijalankan termasuk pelatihan pemeliharaan lingkungan sekitar,” ujar Abdul.

Lebih lanjut, Abdul menjelaskan program yang dilaksanakan di 13 desa di Kecamatan Tungkal Jaya, Sungai Lilin, dan Keluang mendapatkan dukungan dan kolaborasi dari pemerintah desa. “Seluruh pemerintah desa sangat mendukung pelaksanaan program ini. Melalui dukungan kebijakan di tangkat desa seperti mengeluarkan surat keputusan (SK) untuk KUEP di 13 desa, bahkan dukungan pendanaan dari dana desa. Tentu saja hal ini menunjukkan komitmen bersama untuk memperkuat peran dan akses pada perempuan di masyarakat,” ungkap Abdul.

Abdul juga menambahkan, keberadaan KUEP sangat diterima oleh pemerintah daerah setempat dikarenakan sejalan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. “Kami merasa bangga dengan apresiasi yang diberikan kepada KUEP. Hal ini juga tidak lepas dari aktivitas dan program yang dijalankan oleh anggotanya. Diharapkan, KUEP bisa berkolaborasi aktif dalam program Koperasi Merah Putih,” pungkas Abdul.

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

Pelajar Tiga Sekolah di Kabupaten Sigi Suarakan Lingkungan yang Damai dan Sehat

Galeri

450 siswa di Kabupaten Sigi ikuti kampanye perdamaian yang diselenggarakan di SMPN 15 Sigi, SMAN 10 Sigi, dan SMAN 7 Sigi (22-24/07) yang juga bertepatan pada Hari Anak Nasional. Kegiatan ini merupakan kolaborasi CARE Indonesia bersama Karsa Institute dengan dukungan dari UN Women dan didanai dari Korean International Cooperation Agency (KOICA) untuk mendukung penguatan ketangguhan perempuan dan pemuda di Kabupaten Sigi.

Materi dan diskusi untuk menolak narkoba dan menghindari kekerasan disampaikan kepada seluruh siswa yang hadir, dengan antusias tinggi para siswa juga ikut menyuarakan aksi perdamaian melalui pembacaan puisi, drama, hingga video pendek. Terlibatnya para pelajar dalam menciptakan lingkungan sekolah yang damai dan sehat diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk menjadi agen perubahan positif di lingkungannya masing-masing.

Refleksi Perjalanan CDF: Mewujudkan Kesejahteraan Pekerja Perkebunan Teh

Galeri

Anggota Community Development Forum (CDF) Malabar, Pasir Malang, dan Kanaan mengungkapkan tentang berbagai hal yang telah diperoleh selama mengikuti forum tersebut yang disampaikan pada agenda Mid Term Review Dissemination Workshop yang diselenggarakan oleh CARE Indonesia pada Kamis, (10/7) di Hotel Grand Sunshine Soreang, Kabupaten Bandung. Di agenda ini bertujuan untuk merefleksikan kemajuan, tantangan, serta pembelajaran yang telah diperoleh selama CDF telah terbentuk. Harapannya, melalui kegiatan ini dapat ditemukan solusi agar CDF semakin memberi dampak kepada para pekerja di perkebunan teh, sehingga kesejahteraan para pekerja teh semakin meningkat.

Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari anggota CDF, perwakilan kantor regional PT. Perkebunan Nusantara, PT. Kapebe Chakra, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Margaluyu, Kepala Desa Indragiri, dan perwakilan dari Ethical Tea Partnership (ETP).

Perkuat Kesiapsiagaan Dalam Respon Kebencanaan Melalui Kerjasama dengan PMI Sulawesi Selatan

Galeri

Upaya meningkatkan kesiapsiagaan dalam merespon bencana dan situasi darurat terus dilakukan CARE Indonesia. Melalui penandatanganan kerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Sulawesi Selatan (11/07), komitmen untuk tingkatkan kesiapan respon tanggap darurat diimplementasikan dengan menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan paket bantuan di daerah rawan bencana.

Selain penandatanganan kerja sama, PMI Sulawesi Selatan juga turut menerima dana untuk pemeliharaan logistik serta 140 paket kebersihan diri berisikan ember, sabun batang, pasta gigi, sikat gigi, sampo, detergen, pembalut, jeriken, dan gayung. Kedepannya, seluruh paket akan didistribusikan saat situasi kedaruratan terjadi dan melihat kebutuhan masyarakat yang terdampak bencana, termasuk perempuan dan anak.

Enam Desa di Kab. Sigi Berkomitmen Ciptakan Ruang Aman Bagi Perempuan dan Anak

Galeri

6 desa yang didampingi KARSA Institute dan CARE Indonesia yakni Desa Rarampadende, Pesaku, Ngatabaru, Pombewe, Wisolo dan Ramba di Kabupaten Sigi berkomitmen untuk dukung terciptanya ruang aman bagi perempuan dan anak melalui penetapan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) dan peluncuran program Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) (18/06). Kegiatan ini bagian dari program Penguatan Ketangguhan Perempuan dan Pemuda, dengan dukungan UN Women, Pemerintah Kab. Sigi dan didanai dari Korean International Cooperation Agency (KOICA).

Deklarasi menjadi DRPPA menunjukkan komitmen keenam desa mendukung perlindungan pada perempuan dan anak dengan tersedianya layanan desa yang inklusif hingga tata kelola pemerintah yang responsif gender. Kedepannya, setiap desa akan mendorong penguatan program SAPA dan satuan tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) di tingkat desa sebagai bentuk memberikan ruang aman bagi perempuan dan anak.

Penguatan kapasitas bagi Kader DASHAT untuk dorong percepatan penurunan stunting di Kab. Bandung

Galeri

129 kader Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dari Desa Margamukti dan Desa Sukamanah, Kab Bandung ikuti peningkatan kapasitas untuk dorong percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung (3-4/07). Kegiatan ini merupakan kolaborasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bersama CARE Indonesia dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bandung untuk dorong pemenuhan gizi bagi anak dengan kondisi stunting, wasting, dan underweight serta ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK).

Seluruh kader mendapat penguatan tentang pemenuhan gizi keluarga khususnya untuk mengurangi prevalensi stunting hingga penyusunan menu dan praktik penyediaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. Kedepannya kader DASHAT akan memberikan PMT Pemulihan pada 368 anak dengan kondisi stunting, wasting, dan underweight serta 27 ibu hamil dengan kondisi KEK, selain itu akan dilakukan juga edukasi dan sosialisasi mengenai pola pengasuhan yang baik hingga perilaku hidup bersih dan sehat.

Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana, CARE Indonesia dan PMI Sulsel Jalin Kemitraan Perkuat Distribusi Bantuan

Berita

Jakarta, 10 Juli 2025 – Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik menjadi negara yang rentan terhadap bencana. World Risk Report (WRR) tahun 2023 menempatkan Indonesia urutan kedua negara di dunia dengan risiko bencana tertinggi, dengan indeks risiko bencana sebesar 43,4 persen. Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki tantangan sendiri dalam proses tanggap darurat bencana. CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Sulawesi Selatan memperkuat kesiapsiagaan dengan menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan stok preposisi (preposition stock) di daerah rawan bencana.

Dr. Abdul Wahib Situmorang, CEO CARE Indonesia menyampaikan, komitmen CARE Indonesia untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana dilakukan secara cepat, tepat, serta memperhatikan aspek gender termasuk kesetaraan akses perempuan dan laki-laki serta kelompok rentan.

“Kerja sama ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan darurat lokal serta memperkuat mekanisme logistik dan koordinasi kemanusiaan lokal,” katanya.

Lebih lanjut Abdul menjelaskan, upaya memperkuat distribusi kesiapsiagaan bencana ini juga melibatkan penyedia produk dan jasa lokal yang telah diberi pelatihan Humanitarian Logistics and Supply Chain oleh CARE Indonesia, 13 sampai 15 Mei 2025. Menurut Abdul, peningkatan kapasitas dilakukan untuk menjamin kualitas, kesesuaian standar kebersihan dan kelengkapan isi sesuai spesifikasi yang ditentukan CARE Indonesia.

“Kami memastikan penentuan paket bantuan kedaruratan juga memperhatikan kesetaraan akses untuk perempuan dan laki-laki dan kebutuhan kelompok rentan. Sebanyak 140 hygiene kit atau paket kebersihan diri berisikan ember, sabun batang, pasta gigi, sikat gigi, sampo, detergen, pembalut, jeriken, dan gayung telah kami serahkan ke PMI Sulawesi Selatan untuk disimpan di gudang penyimpanan. Terdapat juga dana pemeliharaan sebesar Rp10 juta,” jelas Abdul.

Dr. Adnan Purichta Ichsan, SH., MH. Ketua PMI Sulawesi Selatan menyambut baik kerja sama ini, karena menurutnya kolaborasi ini menjadi sarana untuk berbagi pengetahuan dan memperkuat kerja bersama dalam mengelola logistik dan stok bantuan darurat. Adnan menambahkan, distribusi paket bantuan, salah satunya hygiene kit akan dilakukan secara tepat sasaran sesuai asesmen lapangan, serta memperhatikan kebutuhan masyarakat, termasuk perempuan dan kelompok rentan jika bencana terjadi.

“Kami akan melakukan pemeriksaan kondisi barang secara berkala, termasuk pengecekan tanggal kedaluwarsa dan kondisi kemasan. Pencatatan mutase stok seperti barang masuk atau keluar dan jumlah barang yang tersisa,” tuturnya.

Lebih lanjut, Adnan juga menjelaskan jika kerja sama ini dilakukan sejak Mei 2025 sampai Desember 2027, atau hingga seluruh paket telah didistribusikan. “Proses pendistribusian ini juga ditentukan bedasarkan situasi darurat dan hasil asesmen kebutuhan,” pungkasnya.

Membangun Ketangguhan Ekonomi Perempuan Tangguh di Masa Peremajaan Sawit

Galeri

Empat perwakilan dari 13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) menjadi narasumber untuk menceritakan cerita baik dalam diskusi teras dengan tema “Cerita Resiliensi Kelompok Perempuan Menjawab Tantangan Masa Peremajaan Perkebunan Sawit” di Kota Palembang (26/20).

Kegiatan yang dihadiri oleh 20 orang jurnalis dari berbagai media massa nasional dan lokal di Sumatera Selatan untuk mendengarkan dan menyebarkan kisah inspiratif dari kelompok perempuan. Agenda ini merupakan inisiatif Yayasan CARE Peduli (YCP) bersama dengan PT. Cargill.

Melalui kegiatan ini, perwakilan KUEP membagikan pandangan tentang peran dan dampak KUEP, pemanfaatan lidi sawit menjadi kerajinan, hingga proses pendampingan korban kekerasan berbasis gender. Kegiatan ini turut dihadiri oleh CEO YCP, Abdul Wahib Situmorang dan Director of Corporate, Government and Community Relation Cargill.

Panduan Praktis Bergambar: Dukungan untuk Penyintas Kekerasan Berbasis Gender (KBG)

Publikasi,  Uncategorized

Menanam Harapan, Memanen Perubahan: Cerita Perempuan Desa Penggerak Ketahanan Pangan

Cerita

Di bawah terik matahari Desa Tegal Mulyo, Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin suara cangkul berpadu dengan tawa ibu-ibu yang tengah merawat kebun mereka. Mereka bukan hanya menanam sayur. Mereka sedang menanam harapan, untuk keluarga, untuk anak-anak, dan untuk masa depan desa mereka.

Kebun gizi menjadi salah satu pilar dalam program korabolasi antara PT. Cargill, Yayasan CARE Peduli, dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Upaya ini dilakukan sebagai cara untuk memenuh nutrisi rumah tangga melalui kebun gizi. Hingga Maret 2025, sudah terdapat 222 kebun gizi yang terdiri dari 11 Kebun desa, 15 Kebun dusun, 86 Kebun RT, 110 Kebun pekarangan di 13 desa lokasi program. Selain untuk dikonsumsi oleh keluarga, hasil panen dari kebun gizi ini juga dijual kepada masyarakat. Pendapatan sekali panen pada Januari sampai Maret 2025 rata-rata berjumlah sekitar Rp378 ribu.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Bougenville, Siti Asih yang ada di Desa Tegal Mulyo, menceritakan proses terbentuknya cikal bakal kebun gizi yang merupakan program dari pemerintah setempat. “Dikasih bibit, peralatan, dan modal. Tujuannya ya, untuk kegiatan ibu-ibu PKK, supaya bisa bantu tambah penghasilan dan juga buat konsumsi sendiri,” katanya.

Kebun ini dikelola bergotong royong oleh sekitar 20 anggota aktif dari total 30. Setiap dusun bertugas satu hari dalam seminggu, sementara hari ketujuh digunakan untuk berkumpul bersama. Dalam kebun itu tumbuh berbagai tanaman seperti kangkung, kacang panjang, jagung, hingga pisang, dan lengkeng. Sayangnya, tak semua hasil bisa dinikmati, karena ada satu “tamu tak diundang” yang rajin datang kera liar yang gemar mengambil buah.

Meski begitu, gerakan ini menginspirasi ibu-ibu lain di desa untuk membuat kebun gizi mandiri di rumah. Dukungan dari desa pun mengalir, mulai dari bantuan bibit hingga budidaya lele sebagai sumber protein tambahan.

“Ada yang nanam cabai, bayam di pot dan polybag. Karena tanah di sini masih bagus, jadi bisa tanam macam-macam. Kalau musim kemarau memang air susah, tapi alhamdulillah kebun kami dekat sungai, jadi bisa ambil air untuk menyiram,” jelasnya.

Kebun gizi ini juga bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang turut dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Sehingga mendapat jaminan ketersediaan, keterjangkauan, dan keamanan pangan bagi seluruh masyarakat.

Sejalan dengan itu, Ketua KWT Desa Sidomulyo, Khalifah turut menyampaikan, keterlibatan warga menjadi tantangan tersendiri. Namun melalui pendekatan persuasif dan edukatif seperti pelatihan pertanian serta usaha pertanian. Kemudian, para anggota KWT mendapatkan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kualitas kebun gizi yang dikelolanya. Melalui pendekatan ini, masyarakat mulai memahami manfaat langsung dari kebun gizi, seperti penghematan pengeluaran rumah tangga dan peningkatan gizi keluarga.

Menurutnya, dengan adanya kebun gizi ini bisa menghemat biaya yang dikeluarkan untuk berbelanja sayur. Bahkan, menurutnya berkat dukungan dari pemerintah desa, YCP, dan PT. Cargill program kebun gizi ini bisa meringankan ekonomi masyarakat setempat. Hasil kebun sebagian dibagikan kepada anggota dan warga sekitar, terutama jika ada yang sedang sakit atau mengalami musibah.

“Kami bisa menghemat belanja sayur, bahkan dari hasil kebun gizi kami mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp600 ribu per bulan. Kami juga punya dana sosial. Kalau ada yang kecelakaan, kami jenguk dan bantu,” pungkas Khalifah.

Penulis: Kukuh A. Tohari