Search
Close this search box.

Menanam Harapan, Memanen Perubahan: Cerita Perempuan Desa Penggerak Ketahanan Pangan

Cerita

Di bawah terik matahari Desa Tegal Mulyo, Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin suara cangkul berpadu dengan tawa ibu-ibu yang tengah merawat kebun mereka. Mereka bukan hanya menanam sayur. Mereka sedang menanam harapan, untuk keluarga, untuk anak-anak, dan untuk masa depan desa mereka.

Kebun gizi menjadi salah satu pilar dalam program korabolasi antara PT. Cargill, Yayasan CARE Peduli, dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Upaya ini dilakukan sebagai cara untuk memenuh nutrisi rumah tangga melalui kebun gizi. Hingga Maret 2025, sudah terdapat 222 kebun gizi yang terdiri dari 11 Kebun desa, 15 Kebun dusun, 86 Kebun RT, 110 Kebun pekarangan di 13 desa lokasi program. Selain untuk dikonsumsi oleh keluarga, hasil panen dari kebun gizi ini juga dijual kepada masyarakat. Pendapatan sekali panen pada Januari sampai Maret 2025 rata-rata berjumlah sekitar Rp378 ribu.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Bougenville, Siti Asih yang ada di Desa Tegal Mulyo, menceritakan proses terbentuknya cikal bakal kebun gizi yang merupakan program dari pemerintah setempat. “Dikasih bibit, peralatan, dan modal. Tujuannya ya, untuk kegiatan ibu-ibu PKK, supaya bisa bantu tambah penghasilan dan juga buat konsumsi sendiri,” katanya.

Kebun ini dikelola bergotong royong oleh sekitar 20 anggota aktif dari total 30. Setiap dusun bertugas satu hari dalam seminggu, sementara hari ketujuh digunakan untuk berkumpul bersama. Dalam kebun itu tumbuh berbagai tanaman seperti kangkung, kacang panjang, jagung, hingga pisang, dan lengkeng. Sayangnya, tak semua hasil bisa dinikmati, karena ada satu “tamu tak diundang” yang rajin datang kera liar yang gemar mengambil buah.

Meski begitu, gerakan ini menginspirasi ibu-ibu lain di desa untuk membuat kebun gizi mandiri di rumah. Dukungan dari desa pun mengalir, mulai dari bantuan bibit hingga budidaya lele sebagai sumber protein tambahan.

“Ada yang nanam cabai, bayam di pot dan polybag. Karena tanah di sini masih bagus, jadi bisa tanam macam-macam. Kalau musim kemarau memang air susah, tapi alhamdulillah kebun kami dekat sungai, jadi bisa ambil air untuk menyiram,” jelasnya.

Kebun gizi ini juga bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang turut dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Sehingga mendapat jaminan ketersediaan, keterjangkauan, dan keamanan pangan bagi seluruh masyarakat.

Sejalan dengan itu, Ketua KWT Desa Sidomulyo, Khalifah turut menyampaikan, keterlibatan warga menjadi tantangan tersendiri. Namun melalui pendekatan persuasif dan edukatif seperti pelatihan pertanian serta usaha pertanian. Kemudian, para anggota KWT mendapatkan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kualitas kebun gizi yang dikelolanya. Melalui pendekatan ini, masyarakat mulai memahami manfaat langsung dari kebun gizi, seperti penghematan pengeluaran rumah tangga dan peningkatan gizi keluarga.

Menurutnya, dengan adanya kebun gizi ini bisa menghemat biaya yang dikeluarkan untuk berbelanja sayur. Bahkan, menurutnya berkat dukungan dari pemerintah desa, YCP, dan PT. Cargill program kebun gizi ini bisa meringankan ekonomi masyarakat setempat. Hasil kebun sebagian dibagikan kepada anggota dan warga sekitar, terutama jika ada yang sedang sakit atau mengalami musibah.

“Kami bisa menghemat belanja sayur, bahkan dari hasil kebun gizi kami mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp600 ribu per bulan. Kami juga punya dana sosial. Kalau ada yang kecelakaan, kami jenguk dan bantu,” pungkas Khalifah.

Penulis: Kukuh A. Tohari

Perempuan Tangguh Pelestari Mangrove di Desa Berakit

Cerita

Keberadaan mangrove merupakan aspek penting dalam perlindungan kawasan pesisir dan ekosistemnya. Kabupaten Bintan di Provinsi Kepulauan Riau memiliki kawasan bakau yang menjadi tumpuan bagi keanekaragaman hayati serta mata pencaharian nelayan setempat. Yayasan CARE Peduli, dengan dukungan dari Traveloka, telah menanam 50.000 tanaman mangrove di area seluas 14.000 hektare di Desa Berakit. Kelompok perempuan di desa ini memegang peran penting dalam proses pembibitan, penanaman, hingga pengawasan pertumbuhan mangrove.

Dalam program ini, keterlibatan perempuan sangat signifikan melalui Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Melati dan Tenggiri, serta Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas). Ketiga kelompok ini secara rutin melakukan pengawasan serta pengukuran perkembangan bibit dan mangrove yang telah ditanam.

Ayunarti, Ketua KUEP Tenggiri, menjelaskan bahwa dalam proses penanaman mangrove, ia bersama anggota KUEP lainnya berupaya memastikan mangrove yang ditanam dapat tumbuh dengan baik. Salah satu upaya tersebut adalah menyediakan jalur khusus bagi nelayan yang melintas atau mencari ikan di sekitar area penanaman.

“Sewaktu menanam mangrove, kami menyediakan jalur untuk nelayan dari darat menuju laut, karena biasanya mereka berjalan kaki atau menggunakan sampan untuk melaut. Kami juga rutin mengimbau nelayan agar tidak menebar jaring di area mangrove yang baru ditanam,” ujarnya.

Selain memberikan informasi kepada nelayan, Ayunarti dan anggota kelompok perempuan lainnya juga kerap menyosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian mangrove kepada masyarakat luas. Menurutnya, pelestarian mangrove adalah tanggung jawab bersama.

“Kalau kita terus melestarikan mangrove, ke depannya tempat itu akan menjadi habitat ketam dan kepiting. Maka dari itu, harus dijaga baik-baik. Dulu masyarakat belum paham, banyak mangrove ditebang untuk dijadikan arang. Sekarang, pemerintah sudah melarang penebangan mangrove, jadi memang harus dilestarikan demi anak cucu,” tegasnya.

Senada dengan itu, Rahmadeni, anggota Pokmaswas Srikandi Desa Berakit, menjelaskan bahwa selain memantau perkembangan mangrove, mereka juga bertugas mengedukasi masyarakat tentang batas-batas wilayah yang diperbolehkan untuk aktivitas mencari ikan.

“Saat ini, kami memperkenalkan kepada masyarakat mengenai batas-batas wilayah laut yang boleh dan tidak boleh digunakan untuk mencari ikan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Rahmadeni menyampaikan bahwa Pokmaswas aktif mengajak masyarakat untuk menanam dan melindungi mangrove bersama-sama. Ia menambahkan bahwa Pokmaswas bersama masyarakat dan KUEP secara rutin melakukan pengukuran terhadap 50.000 mangrove yang telah ditanam.

“Pokmaswas juga mengukur ketinggian mangrove yang sudah ditanam maupun bibit yang masih berada di persemaian. Sampai saat ini, dari 50 ribu mangrove yang ditanam, rata-rata memiliki ketinggian 50 cm, dengan tingkat keberhasilan hidup mencapai 100 persen,” jelasnya.

Program yang dijalankan oleh Yayasan CARE Peduli, berkolaborasi dengan Yayasan Ecology dan didukung oleh Traveloka, bertujuan mendukung pencapaian target *Net Zero Emission* Indonesia pada tahun 2060. Program ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menghijaukan kembali lebih dari 12 juta hektare hutan yang terdegradasi secara bertahap demi terwujudnya ekonomi hijau dan biru, ketahanan pangan, iklim, serta ketangguhan masyarakat.

Penulis: Kukuh A. Tohari

Kolaborasi Wujudkan Desa Inklusi yang Mendukung Keterlibatan Perempuan dan Anak Muda

Galeri

Untuk mewujudkan lingkungan yang inklusif, sebanyak 136 orang dari enam desa di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengikuti pelatihan dan pembentukan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA). DRPPA merupakan desa yang mengintegrasikan perspektif gender dan hak anak dalam tata kelola pemerintahan, pembangunan, serta pembinaan dan pemberdayaan secara terencana, menyeluruh, dan berkelanjutan.

Program yang dilakukan di Desa Ngata Baru, Pombewe, Wisolo, Ramba, Pesaku, dan Rarampadende merupakan upaya Yayasan CARE Peduli bersama KARSA Institute yang didukung oleh UN Women dan didanai oleh KOICA untuk mendorong perempuan dan anak muda untuk aktif dalam forum-forum pengambilan keputusan dan menjadi lebih tangguh.

Puluhan Perempuan di Musi Banyuasin Ikuti Pelatihan Kepemimpinan

Galeri

26 perempuan dari Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) dan coordinator tim posko pendamping Kekerasan Berbasis Gender (KBG) pada 13 desa di Kabupaten Musi Banyuasin mengikuti pelatihan kepemimpinan bagi perempuan. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Yayasan CARE Indonesia (YCP) didukung oleh mitra untuk mewujudkan kepemimpinan perempuan melalui keterampilan komunikasi hingga manajemen konflik.

Seluruh peserta mendapatkan penguatan tentang kepemimpinan berbasis gender melalui diskusi, studi kasus, dan simulasi tentang cara memimpin kelompok agar menjadi contoh dan dorongan anggota kelompok untuk berkembang. Setelah kegiatan ini, peserta menyusun rencana tindak lanjut berupa rencana kerja selama satu tahun kedepan, termasuk menyusun rencana kerja sama dengan pihak lain, upaya untuk merangkul merangkul dan mengembangkan kelompoknya agar lebih besar serta memberikan dampak baik bagi masyarakat.

Sembilan Desa di Kabupaten Sumbawa Barat Deklarasikan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Galeri

Sembilan desa yang ada di Kecamatan Maluk dan Jeraweh di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) mendeklarasikan diri dan berkomitmen untuk menjadi Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) pada Selasa (27/05). Komitmen ini mendukung target Pemerintah KSB dalam percepatan penurunan prevalensi stunting. Kesembilan desa tersebut adalah Desa Belo, Beru, Goa, Dasan Anyar, Maluk, Benete, Bukit Damai, Mantun, dan Pasir Putih. Menurutnya, DPRRA bertujuan untuk mewujudkan desa yang mengintegrasikan perspektif gender dan hak anak dalam berbagai aspek kehidupan.

Harapannya, program yang dilakukan oleh Yayasan CARE Peduli (YCP) yang didukung oleh PT. Amman Mineral dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) upaya yang dilakukan ini dapat memberikan dampak pada penurunan prevalensi stunting di KSB dan berkontribusi pada tingkat nasional.

Sepakat, Sembilan Desa di Kabupaten Sumbawa Barat Deklarasikan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Berita

Sembilan desa yang ada di Kecamatan Maluk dan Jeraweh di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) mendeklarasikan diri dan berkomitmen untuk menjadi Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) pada Selasa (27/5). Komitmen ini mendukung target Pemerintah KSB dalam percepatan penurunan prevalensi stunting. Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat menyampaikan, prevalensi stunting di wilayah tersebut pada tahun 2024 berjumlah 7,37 persen. Jumlah ini menurun jika dibandingkan pada tahun 2023 yang berada pada angka 10,5 persen.

Muhammad Ikraman, Project Manager Yayasan CARE Peduli (YCP) di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) menyampaikan, kesembilan desa tersebut adalah Desa Belo, Beru, Goa, Dasan Anyar, Maluk, Benete, Bukit Damai, Mantun, dan Pasir Putih. Menurutnya, DPRRA bertujuan untuk mewujudkan desa yang mengintegrasikan perspektif gender dan hak anak dalam berbagai aspek kehidupan.

“Sampai bulan Maret 2025 telah diterbitkan Peraturan Desa (Perdes) DRPPA di 16 desa intervensi program. YCP dan pemerintah desa memandang bahwa salah satu faktor penyebab stunting adalah perkawinan anak usia dini dan anemia pada remaja putri. Hal ini sekaligus mendorong Desa layak Anak,” katanya.

Lebih lanjut, Ikraman mengemukakan, pernikahan dini dan melahirkan anak bagi remaja bisa memicu kasus kematian dan morbiditas ibu yang lebih tinggi serta kematian neonatal dan bayi. Selain itu, kehamilan selama masa remaja dikaitkan dengan risiko masalah kesehatan yang lebih tinggi seperti anemia, infeksi menular seksual melahirkan anak dengan kondisi berat badan lahir rendah (BBLR) yang berpotensi besar pada stunting.

“Melihat permasalahan tersebut, YCP yang didukung PT. Amman Mineral menggandeng Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Nusa Tenggara Barat dan KSB serta pihak-pihak terkait lainnya. YCP ingin mendorong agar semua desa mempunyai perdes DRPPA dengan melakukan pendampingan penysunan Perdes tentang DRPPA, pembentukan Forum Anak Desa dan PPATBM (Perlindungan Perempuan dan Anak Berbasis Masyarakat),” imbuh Ikraman.

Pada kesempatan yang sama, Hairul, Sekretaris Daerah (Sekda) KSB yang mewakili Bupati Sumbawa Barat memberikan apresiasi upaya yang dilakukan oleh YCP dan PT. Amman Mineral dalam pencegahan dan penurunan stunting di derah tersebut. Menurutnya, upaya yang dilakukan untuk mengentaskan stunting melalui berbagai komponen, yakni gizi dan kesehatan masyarakat, penguatan ekonomi dan penguatan suara perempuan.

“AMMAN dan YCP telah memfasilitasi kita semua untuk menyusun perdes DRPPA melalui inisiatif BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Sehingga kita bisa membentuk PPATBM, Pos SAPA (pengaduan) dan Forum Anak Desa. Pada kesempatan ini juga semua kepala desa telah membaca dan mengucapka komitmennya untuk mewujudkan DRPPA. Oleh sebab itu komitmen harus kita jaga dan memberikan perlindungan yang utuh pada anak dan perempuan,” jelasnya.

Hairul berharap, upaya menurunkan angka stunting di KSB dapat terus berjalan dengan baik. Sehingga bisa berkontribusi pada berkurangnya stunting di tingkat provinsi dan tentunya turut mendukung program nasional pemerintah Republik Indonesia.

“Saat ini kita melihat bahwa stunting di KSB adalah yang paling terendah di Propinsi NTB yaitu 10,5 persen tahun 2023 menurut SKI atau EPPGBM 7,10 persen tahun 2025. Saat ini kita sedang mendeklarasikan DRPPA untuk mewujudkan Ruang Bersama Merah Putih yang merupakan program Presiden Prabowo,” jelas Hairul.

Dimas Purnama, Manager Social Impact PT. Amman Mineral menyampaikan terima kasih kepada YCP sebagai mitra yang telah menyusun program kegiatan secara berkelanjutan dan menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan program pemerintah. Menurutnya, DRPPA merupakan bagaian dari upaya pencegahan stunting di KSB. “Program ini merupakan perwujudan komitmen AMMAN yang kuat dalam pemberdayaan masyarakat dan mendukung program pemerintah dalam rangka membangun sumber daya manusia. Selain program penurunan stunting kami juga mendorong terbangunnya DRPPA,” ujarnya.

Hartati, salah seorang perempuan asal Desa Maluk mengapresiasi deklarasi yang dilakukan oleh pemerintah desanya. Menurutnya, dengan adanya deklarasi ini menjadi bentuk komitmen dari pemerintah setempat untuk menjamin hak-hak perempuan dan anak, serta memberikan mereka akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pelayanan dasar lainnya.

“Kami sangat mengapresiasi keputusan yang dibuat oleh pemerintah desa, karena desa kami menjadi bagian dari desa yang mendekalarasikan DRPPA. Komitmen yang dibacakan oleh para kades memberikan harapan yang lebih cerah, untuk kami bisa berpatisipasi di ruang publik dan ekonomi di desa, untuk untuk kesejahteraan keluarga,” pungkasnya.

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

Perempuan di Perkebunan Teh Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Publikasi

Video Kreatif Jadi Alat Penyadartahuan Pencegahan Stunting

Cerita

Yayasan CARE Peduli yang didukung oleh PT Amman Mineral menyelenggarakan lomba video kreatif bertema “Ayo Cegah Stunting”. Lomba yang diikuti oleh 61 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia ini dibuat dengan tujuan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kondisi stunting dan berbagai penyebab serta cara mencegah stunting.

Bagus, salah satu pemenang lomba video asal Banjarmasin, Kalimantan Selatan mengangkat tema tentang keterlibatan suami dalam mengurus anak pada rumah tangga dalam video yang dibuatnya. Menurutnya, seorang ayah memiliki posisi yang sangat penting dalam pencegahan stunting pada anak.

“Saya baru saja menjadi seorang ayah. Jadi saya memahami bagaimana pentingnya dukungan dari suami untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kemudian juga bukan hanya tentang menyediakan gizi yang baik untuk anak, tetapi juga memberikan dukungan emosional ke istri,” katanya.

Bagus yang juga merupakan seorang content creator video animasi menyampaikan, melalui video yang dibuat, harapannya bisa menjadi pengingat jika peran dari suami dalam mengurus anak sangat besar sekali dampaknya.

“Pada video itu dibuka dengan dialog seorang ayah yang bilang mencari nafkah saja sudah cukup. Kemudian ada seorang kakek yang bilang kalau itu saja tidak cukup. Seorang suami harus ikut mengerjakan pekerjaan rumah tangga, harus hadir di sisi istri supaya kesehatan mentalnya terjaga,” imbuhnya.

Bagus berharap, kedepannya banyak pihak yang memahami jika suami juga memiliki peran dalam pekerjaan rumah tangga. Semoga video yang saya buat ini juga bisa menjadi alat pembelajaran awal bagi orang-orang untuk lebih memahami peran laki-laki dalam ruamh tangga.

“Semoga semakin banyak laki-laki yang tergerak untuk ikut mengerjakan urusan domestik, karena dukungan suami kepada istri menjadi salah satu aspek penting dalam pencegahan anak dalam kondisi stunting,” ujarnya.

Vinita Aliyah, pemenang juara satu lomba video yang masih duduk di bangku kelas 7 di SMP 1 Cangkuang di Kabupaten Bandung menjelaskan alasannya mengikuti lomba ini karena tergerak dengan keadaan di lingkungan sekitarnya masih banyak anak yang mengalami kekurangan gizi. Hal ini mendorongnya untuk menyampaikan informasi agar masyarakat bisa mengetahui tentang permasalahan bagi pertumbuhan anak yang bisa masuk dalam kondisi stunting dan upaya untuk mencegahnya.

“Di sekitar tempat tinggal saya masih banyak anak yang mengalami kekurangan gizi. Lalu saya juga berharap masyarakat mengetahui kalau stunting bukan hanya menyebabkan tubuh pendek, tetapi juga mempengaruhi kecerdasan anak di masa depan,” jelasnya.

Vinita menjelaskan, dalam proses pembuatan video ia membutuhkan waktu selama satu pekan untuk mengumpulkan data, menulis lirik, mengambil video, dan editing. Menurutnya, yang paling menjadi tantangan adalah proses menulis lirik lagu yang diseuaikan dengan data.

“Untuk proses pembutatannya dimulai dari mengumpulkan ide dan data selama dua hari, kemudian mengambil rekaman suara lagu selama dua hari dan editing video selama tiga hari. Semua ini saya kerjakan dengan bantuan dari ibu,” katanya saat menjelaskan proses pembuatan video.

lebih lanjut, Vinia berharap masyarakat semakin sadar jika stunting juga bisa dihindari dengan mencegah pernikahan dini. Kemudian, 1.000 hari pertama kehidupan menjadi fase yang sangat penting bagi perkembangan anak. “Pernikahan usia anak harus dicegah. Menurut saya ini juga merenggut hak anak, terlebih lagi anak perempuan. Pasangan di pernikahan udia anak juga dikhawatirkan belum bisa memenuhi gizi anaknya dengan baik,” pungkas Vinia.

Menurut hasil Survei Status Gizi Nasional (SSGN) tahun 2022, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan prevalensi stunting di Indonesia mencapai 21,6 persen. Artinya Indonesia masih di atas 20 persen yang dianggap kronis dan memerlukan penanganan lebih seksama.

Melalui program percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), Yayasan CARE Peduli yang didukung oleh PT. Amman Mineral melakukan intervensi spesifik dengan memberikan makanan tambahan (PMT) sejak tahun tahun 2023 hingga 2024 di Kabupaten Sumbawa Barat. Sebanyak 372 anak dengan kondisi stunting, 47 anak dengan kondisi wasting, dan 17 anak dengan kondisi underweight telah menerima PMT pemulihan selama 90 hari tiap periodenya tanpa jeda yang berjalan pada bulan Desember 2023 sampai Maret 2024 dan Juni sampai September 2024. Hasilnya adalah, sebanyak 30 persen anak yang mendapatkan intervensi PMT pemulihan keluar dari status stunting, dan 87 persen lainnya mengalami peningkatan berat badan lebih dari 200 gram per bulan.

Tidak hanya itu, peningkatan pengetahuan mengenai pemenuhan gizi dan pendampingan kepada para orang tua terkait pengasuhan juga dilakukan bersamaan dengan PMT agar pemenuhan gizi bisa tetap berjalan setelah PMT selesai. PMT pemulihan juga diberikan pada 29 ibu hamil dengan kondisi Kekurangan Energi Kronis (KEK), 16 anemina, dan 23 orang ibu menyusui yang berat badannya bertambah selama 30 hari dalam dua periode pada tahun 2023 dan 2024. Hasilnya, 83 persen ibu hamil dengan kondisi KEK berhasil keluar, 88 persen tidak lagi anemia, dan 81 persen berhasil bertambah berat badannya.

Intervensi sensitif juga dijalankan di KSB melalui berbagai peningkatan kapasitas seperti pemahaman peran dan kesetaraan gender, pelatihan komunikasi dan kepemimpinan, pemberdayaan ekonomi kelompok peremouan dengan pembentukan Kelompok Usaha Mandiri Perempuan (KUMP), pelatihan penyediaan kebun gizi pekarangan rumah, penyediaan akaea air bersih, pelibatan dan edukasi kelas remaja serta literasi keuangan. Berbagai upaya ini menjadi implementasi yang holistik dalam mencegah kondisi stunting, wasting & underweight pada anak serta kondisi Kekurangan Energi Kronik (KEK) dan Anemia pada ibu hamil.

Kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat pun dilakukan. Melalui upaya memberikan perlindungan pada perempuan dan anak, Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) di sah kan. Komitmen DRPPA di 16 desa yang CARE Indonesia dampingi mencakup peningkatan pemberdayaan perempuan di bidang kewirausahaan, peningkayan peran ibu dan keluarga, termasuk ayah, dalam pengasuhan dan pendidikan anak, menurunkan angka kekerasan terhadap perempuan dan anak, menurunkan pekerja anak dan mencegah perkawinan anak. Langkah ini juga sejalan dengan upaya mewujudkan Ruang Bersama Merah Putih di KSB yang juga menjadi fokus pemerintah Indonesia.

Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika

KUEP Sebagai Ruang untuk Perempuan di Kabupaten Sigi Mandiri Ekonomi

Galeri

Anggota Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Desa Pesaku, Ngata Baru, dan Pombewe di Kabupaten Sigi sedang melakukan transaksi simpan pinjam di KUEP yang mereka ikuti di masing-masing desa tersebut. Pemberdayaan ekonomi menjadi salah satu upaya untuk penguatan ketangguhan bagi perempuan dan anak muda di Kabupaten Sigi.

Saat ini ketiga KUEP tersebut memiliki total anggota sebanyak 75 orang yang telah aktif melakukan simpan pinjam sejak bulan Januari 2025. Melaui simpan pinjam di KUEP, anggotanya bisa mengajukan pinjaman tanpa bunga yang dapat digunakan sebagai tambahan modal usaha yang dijalankannya.

Program ini merupakan kolaborasi antara Yayasan CARE Peduli (YCP) dan KARSA Institute yang didukung oleh UN Women yang didanai melalui KOICA. Pemberdayaan ekonomi perempuan, peningkatan kapasitas dan partisipasi perempuan di tingkat desa dilakukan. KUEP diinisiasi sebagai wadah pemberdayaan disamping penguatan pemahaman terkait kesetaraan gender.

Penguatan Tim Tanggap Darurat CARE Indonesia

Galeri

CARE Indonesia sebagai organisasi kemanusiaan terus dukung persiapan respon situasi kedaruratan dan kebencanaan. Melalui pelatihan internal (19-21/05) di Jakarta, 22 anggota tim tanggap darurat CARE Indonesia tingkatkan kesiapsiagaan dalam respon kebencanaan melalui diskusi dan simulasi jika terjadi bencana.

Simulasi kebencanaan angin topan tropis, gempa bumi, hingga konflik sosial dilakukan untuk melatih tim tanggap darurat CARE Indonesia dalam hadapi berbagai situasi darurat.