17 Perusahaan Garmen Susun Rencana Adaptasi Iklim Demi Lingkungan Kerja yang Aman
17 perwakilan perusahaan garmen yang tergabung pada Gender Equity Network (GEN) dari Provinsi Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah ikuti diskusi terkait adaptasi perubahan iklim terhadap keberlanjutan pabrik garmen pada 26-27 Juli di Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan inisiasi CARE Indonesia dengan dukungan para mitra untuk mendukung perusahaan hadapi tantangan perubahan iklim, khususnya bagi pekerja perempuan.
Dari diskusi yang dilakukan, peserta dapat memetakan tantangan yang dihadapi perusahaan untuk ciptakan lingkungan kerja nyaman bagi pekerja. Strategi adaptasi untuk hadapi perubahan iklim serta rencana aksi bersama juga turut disusun oleh setiap perwakilan perusahaan. Nantinya, tiap perwakilan perusahaan akan menyampaikan ke manajemen perusahaannya untuk direalisasikan.
Kreatif dan Mandiri: 13 KUEP Dorong Ketahanan Ekonomi Perempuan Musi Banyuasin
Sebanyak 13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Musi Banyuasin berhasil meningkatkan pendapatan keluarga lewat 190 usaha rumahan, seperti kerajinan lidi sawit, makanan, dan ternak. Dengan melibatkan 505 anggota perempuan dari 13 desa, usaha ini mencatat keuntungan Rp88,2 juta dan mengelola simpan-pinjam senilai Rp1,2 miliar. Program ini merupakan hasil kolaborasi PT Cargill, CARE Indonesia, dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin sejak November 2022 untuk membangun kemandirian ekonomi perempuan melalui pelatihan, modal usaha, dan pendampingan.
Program ini juga mencakup kebun gizi, perlindungan perempuan dan anak, serta pelestarian lingkungan. Pemerintah desa mendukung penuh program ini melalui kebijakan dan dana desa. Produk KUEP telah dipamerkan di MUBA Expo dan masuk katalog elektronik daerah. CEO CARE Indonesia, Abdul Wahib Situmorang, menyebut program ini menjangkau lebih dari 100 ribu orang dan diharapkan dapat terus berkembang serta mendukung program nasional seperti Koperasi Merah Putih.
Menangani Stunting Secara Holistik: Langkah Nyata untuk Masa Depan Anak Bangsa
Menjaga tumbuh kembang anak berarti menjaga harapan masa depan bangsa. Namun, tantangan stunting masih menjadi bayang-bayang serius dalam perjalanan anak-anak menuju masa depan yang sehat dan berkualitas. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia tahun 2024 mencapai angka 19,8%. Pemerintah pun menargetkan penurunan signifikan menjadi 14,2% pada tahun 2029.
Berpijak pada semangat kolaborasi dan komitmen untuk mendorong perubahan nyata, CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) didukung para mitra yakni AMMAN Mineral, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Bank Negara Indonesia (BNI), turut berperan aktif dalam upaya percepatan penurunan stunting. Pendekatan holistik melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif dilakukan untuk penanganan stunting di Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Nagekeo. Upaya peningkatan kondisi kesehatan anak dan ibu hamil melalui intervensi spesifik dijalankan dengan pemulihan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) selama 90 hari tanpa jeda kepada anak-anak dengan kondisi stunting dan ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronis (KEK).
Lebih dari sekadar intervensi gizi, upaya pemulihan dan pemenuhan nutrisi juga mengintegrasikan aspek kesehatan dan sosial. Upaya ini tidak hanya menitikberatkan pada pemulihan nutrisi, tetapi juga menyasar pada aspek pemberdayaan perempuan, penguatan pola pengasuhan, edukasi gizi, serta pemahaman tentang kesetaraan gender sebuah pendekatan yang menempatkan keluarga dan komunitas sebagai pilar utama perubahan. Menu empat bintang PMT yang diberikan kepada para penerima ini diolah dan disajikan oleh Kader Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) sesuai dengan standar yang diatur oleh Kemenkes RI. Rangkaian program percepatan penurunan stunting yang dilakukan CARE Indonesia berbeda di tiap daerah yang diintervensi. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tiap wilayah.
Di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), CARE Indonesia didukung PT Amman Mineral dan Pemerintah Daerah KSB dalam melaksanakan program ini di 16 desa sejak tahun 2022. Sebanyak 372 anak dengan status stunting, 47 anak dengan kondisi wasting, dan 17 anak underweight telah menerima PMT pemulihan selama 90 hari tanpa henti dalam dua periode, yakni Desember 2023–Maret 2024 dan Juni–September 2024. Tidak hanya menyasar anak-anak, program ini juga memberikan PMT kepada 85 ibu hamil dengan kondisi KEK selama 30 hari dalam dua fase pelaksanaan.
Program penurunan stunting yang dilakukan oleh CARE Indonesia tidak saja berfokus pada pemberian PMT, tetapi juga menyasar aspek lain seperti edukasi keluarga melalui DASHAT dan kelas parenting. Program ini diperkuat dengan pelatihan kader, pemberdayaan perempuan, edukasi melalui forum remaja, kebun gizi, dan akses air bersih. Dengan pendekatan menyeluruh ini, stunting berhasil ditekan secara signifikan.
Pemberdayaan ekonomi perempuan turut menjadi aspek yang diperhatikan. Melalui Kelompok Usaha Mandiri Perempuan (KUMP) perempuan di 16 desa mendapatkan pelatihan, pendampingan dalam mengelola keuangan dan membangun usaha. Lalu ada Kelompok Wanita Tani (KWT) dan DASHAT yang memastikan pasokan makanan bergizi berbasis bahan lokal seperti sayur yang ditanam di sekitar rumah dan budidaya ikan lele di dalam ember untuk dimanfaatkan oleh kelompok dan dijual ke masyarakat.
Capaian program ini menunjukkan hasil yang menggembirakan. Berdasarkan data dari aplikasi Si-KEBAS Stunting, sebanyak 30% anak keluar dari status stunting, dan 87% lainnya mengalami peningkatan berat badan lebih dari 200 gram per bulan. Sementara itu, 70% dari ibu hamil dengan kondisi KEK berhasil keluar dari status tersebut dan melahirkan bayi dengan berat badan normal.
Baiq Julianti, salah satu ibu dari penerima manfaat PMT di Desa Ai Kangkung, KSB, berbagi kisahnya dengan penuh rasa syukur. “Bulan Juni 2024 berat badan anak saya 10,4 kilogram, lalu di bulan September jadi 11,5 kilogram. Tinggi badan Raffa juga mengalami pertumbuhan melebihi rata-rata, bulan Juni Raffa memiliki tinggi 80,4 cm, kemudian pada pengukuran bulan September menjadi 83,7 cm. Jadi rata-rata penambahan berat Raffa sebanyak 0,4 kilogram per bulan dan pertumbuhan tingginya sebanyak 1,1 cm per bulan,” ujarnya.
Di Kabupaten Bandung, program penurunan stunting dilaksanakan bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bandung. Program ini menjangkau tiga desa di Kecamatan Pangalengan dan telah dilaksanakan dari September hingga Desember 2025. Sebanyak 182 anak dan 58 ibu hamil dengan kondisi KEK telah menerima intervensi dalam bentuk PMT selama 90 hari, didampingi dengan edukasi dan kegiatan penguatan kapasitas kader dan orang tua.
Tidak hanya melalui pemberian makanan tambahan (PMT) bagi balita dan ibu hamil, tetapi juga dengan penguatan kapasitas masyarakat. Pendekatan ini mencakup pelatihan kader dan warga dalam pengasuhan anak melalui parenting class, pembangunan kebun gizi di desa sebagai sumber bahan pangan sehat, serta pengembangan budikdamber (budidaya ikan dalam ember) untuk mendukung ketahanan pangan keluarga. Semua ini dirancang untuk menciptakan perubahan perilaku dan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak secara berkelanjutan.
Salah satu kader DASHAT, Iis Sumiyati dari Desa Banjarsari, menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan program ini. Ia menyatakan bahwa dirinya merasa sangat senang bisa berkontribusi langsung terhadap penurunan angka stunting di desanya. “Saya sangat mengapresiasi CARE Indonesia karena telah membantu masyarakat Banjarsari, bahkan anak yang mendapat PMT pemulihan menunjukkan perkembangan yang signifikan. Ada anak yang berat badannya bertambah satu kilogram dan tinggi badannya bertambah satu sampai dua cm,” jelasnya.
Saat ini, program di Kecamatan Pangalengan memasuki periode kedua yang menargetkan 368 penerima manfaat, terdiri dari anak-anak dan ibu hamil dengan kondisi KEK. Intervensi PMT akan kembali diberikan selama 90 hari penuh dengan harapan mendukung percepatan pemulihan dan memastikan tumbuh kembang anak berlangsung optimal.
Sementara itu, di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur, program penurunan stunting dilaksanakan di Desa Jawapogo dan Kelurahan Mauponggo. Bersama dengan BNI Berbagi dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Nagekeo, CARE Indonesia menjalankan program ini untuk 50 anak dan ibu hamil dengan kondisi KEK sejak Mei hingga Juli 2025. Selain pemberian PMT, tim di lapangan juga menyampaikan edukasi pengolahan makanan bergizi kepada para ibu, dengan pendekatan yang kontekstual dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti pada dua lokasi lainnya, penurunan stunting tidak terbatas pada pemberian asupan gizi melalui makanan saja, tetapi faktor pendukung lain seperti ketersediaan bahan pangan lokal dan pemahaman dari orang tua dalam mengasuh anak. Sehingga Kader DASHAT yang ada di Jawapogo dan Mauponggo mengelola kebun gizi yang hasilnya untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Pada kelas pengasuhan, para orang tua mendapatkan berbagai informasi, salah satunya adalah cara mengolah makanan agar disukai oleh anaknya.
Maria Marselina, ibu dari Jevan, salah satu penerima manfaat PMT dari Desa Jawapogo, mengaku memperoleh banyak pelajaran dari program ini. Ia tidak hanya melihat perubahan fisik pada anaknya, tetapi juga merasa lebih percaya diri dalam menyusun menu sehat. “Sekarang tinggi badan anak saya bertambah lima cm dan beratnya bertambah 0,9 kg setelah dapat PMT. Setiap hari ada telur sebagai salah satu menu PMT karena dianjurkan untuk diberikan ke anak. Dari situ saya bisa tahu membuat menu yang baik, sehingga bisa saya buat juga di rumah untuk anak saya,” pungkas Marlina.
Upaya yang dilakukan oleh CARE Indonesia bersama mitra bukan hanya sekadar menyalurkan makanan tambahan, tetapi sebuah komitmen untuk membangun ekosistem pendukung tumbuh kembang anak yang lebih kokoh. Dengan menggabungkan pendekatan kesehatan, sosial, dan pemberdayaan komunitas, program ini menjadi bukti bahwa perubahan yang berkelanjutan hanya dapat terjadi ketika masyarakat diajak berdaya bersama. Karena setiap anak yang berhasil lepas dari stunting, adalah secercah harapan baru untuk masa depan bangsa yang lebih kuat, sehat, dan berdaya.
Penulis: Kukuh Akhfad
Editor: Swiny Adestika
Tangguh Di Masa Peremajaan Kebun Sawit, 13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan di Musi Banyuasin Berhasil Menambah Pendapatan Keluarga
13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Kabupaten Musi Banyuasin berhasil mewujudkan ketangguhan ekonomi di masa peremajaan sawit melalui 190 jenis usaha skala rumahan. Pengembangan usaha seperti kerajinan lidi sawit, produk makanan, ternak dan budidaya, serta usaha lainnya yang dilakukan kelompok perempuan, mendapatkan total keuntungan hingga 88,2 juta rupiah serta pengelolaan simpan-pinjam dengan total modal mencapai Rp1,2 miliar. Hasil usaha yang diikuti sekitar 505 perempuan sebagai anggota di 13 kelompok dari 13 desa di Kabupaten Musi Banyuasin ini disampaikan pada Forum Publik dan Refleksi Strategis Program Ketangguhan Kelompok Perempuan di Perkebunan Kelapa Sawit di Hotel Grand Ranggonang, Kecamatan Sekayu (24/5).
Program membangun ketangguhan kelompok perempuan di perkebunan sawit ini merupakan kolaborasi PT Cargill dan CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP), dengan dukungan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Program berkelanjutan yang dilaksanakan sejak November 2022 bertujuan untuk membangun kemandirian ekonomi melalui pelatihan keterampilan, penguatan kapasitas kewirausahaan, dukungan modal untuk peningakatan ekonomi keluarga. Serta dukungan dan pendampingan untuk memastikan adanya ruang aman bagi perempuan dan anak di lingkungan sekitarnya.
Zulkarnain S.P., Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Musi Banyuasin mengatakan, aktivitas ekonomi yang dilakukan melalui KUEP memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. “Kami melihat pendampingan yang dilakukan oleh CARE Indonesia kepada perempuan dan ibu-ibu ini sangat terasa hasilnya sehingga bisa mengangkat pendapatan rumah tangga,” katanya.
Lebih lanjut, Zulkarnain juga menyampaikan, jenis usaha yang dihasilkan oleh anggota KUEP di Musi Banyuasin bisa beragam dan diharapkan bisa diadaptasi oleh masyarakat di berbagai desa lainnya. “Kreativitas usaha yang dilakukan oleh masyarakat saat ini bisa memotivasi masyarakat desa lain untuk lebih bagus dan baik dalam berkarya seperti yang sudah disampaikan selama program berjalan oleh CARE Indonesia. Kami berharap kedepannya program seperti ini terus menjadi wadah untuk berkolaborasi agar dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat yang lebih luas lagi,” jelasnya.
Produk yang dihasilkan oleh KUEP turut ambil bagian dalam kegiatan MUBA Expo yang dilaksanakan oleh Pemkab Musi Banyuasin. Pada agenda itu, berbagai produk KUEP yang ditampilkan merupakan produk unggulan pada kegiatan tersebut. Produk KUEP yang berupa kerajinan lidi sawit juga telah masuk dalam katalog elektronik milik Pemkab Musi Banyuasin.
Dr. Abdul Wahib Situmorang, CEO CARE Indonesia menjelaskan, program ini dilaksanakan dengan pendekatan holistik melalui pemberdayaan ekonomi dengan pembentukan KUEP, pemenuhan nutrisi dengan membangun kebun gizi bersama Kelompok Wanita Tani (KWT), pencegahan dan pendampingan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak, perlindungan lingkungan bersama Masyarakat Peduli Api (MPA). “Selama program ini berjalan, 4.937 orang terpapar sebagai partisipan langsung dan 100.522 orang menjadi partisipan tidak langsung yang dijangkau dari berbagai kegiatan dan saluran informasi. Tentu pemberdayaan memerlukan penguatan kapasitas dari berbagai aspek pengetahuan seperti literasi keuangan, pelatihan kesetaraan akses perempuan dan laki-laki atau kesetaraan gender, serta pemahaman untuk pendampingan penanganan kekerasan berbasis gender. Pelatihan terkait pertanian dan usaha pertanian juga dijalankan termasuk pelatihan pemeliharaan lingkungan sekitar,” ujar Abdul.
Lebih lanjut, Abdul menjelaskan program yang dilaksanakan di 13 desa di Kecamatan Tungkal Jaya, Sungai Lilin, dan Keluang mendapatkan dukungan dan kolaborasi dari pemerintah desa. “Seluruh pemerintah desa sangat mendukung pelaksanaan program ini. Melalui dukungan kebijakan di tangkat desa seperti mengeluarkan surat keputusan (SK) untuk KUEP di 13 desa, bahkan dukungan pendanaan dari dana desa. Tentu saja hal ini menunjukkan komitmen bersama untuk memperkuat peran dan akses pada perempuan di masyarakat,” ungkap Abdul.
Abdul juga menambahkan, keberadaan KUEP sangat diterima oleh pemerintah daerah setempat dikarenakan sejalan dengan program yang dicanangkan oleh pemerintah pusat. “Kami merasa bangga dengan apresiasi yang diberikan kepada KUEP. Hal ini juga tidak lepas dari aktivitas dan program yang dijalankan oleh anggotanya. Diharapkan, KUEP bisa berkolaborasi aktif dalam program Koperasi Merah Putih,” pungkas Abdul.
Penulis: Kukuh A. Tohari
Editor: Swiny Adestika
Pelajar Tiga Sekolah di Kabupaten Sigi Suarakan Lingkungan yang Damai dan Sehat
450 siswa di Kabupaten Sigi ikuti kampanye perdamaian yang diselenggarakan di SMPN 15 Sigi, SMAN 10 Sigi, dan SMAN 7 Sigi (22-24/07) yang juga bertepatan pada Hari Anak Nasional. Kegiatan ini merupakan kolaborasi CARE Indonesia bersama Karsa Institute dengan dukungan dari UN Women dan didanai dari Korean International Cooperation Agency (KOICA) untuk mendukung penguatan ketangguhan perempuan dan pemuda di Kabupaten Sigi.
Materi dan diskusi untuk menolak narkoba dan menghindari kekerasan disampaikan kepada seluruh siswa yang hadir, dengan antusias tinggi para siswa juga ikut menyuarakan aksi perdamaian melalui pembacaan puisi, drama, hingga video pendek. Terlibatnya para pelajar dalam menciptakan lingkungan sekolah yang damai dan sehat diharapkan dapat mendorong generasi muda untuk menjadi agen perubahan positif di lingkungannya masing-masing.
Refleksi Perjalanan CDF: Mewujudkan Kesejahteraan Pekerja Perkebunan Teh
Anggota Community Development Forum (CDF) Malabar, Pasir Malang, dan Kanaan mengungkapkan tentang berbagai hal yang telah diperoleh selama mengikuti forum tersebut yang disampaikan pada agenda Mid Term Review Dissemination Workshop yang diselenggarakan oleh CARE Indonesia pada Kamis, (10/7) di Hotel Grand Sunshine Soreang, Kabupaten Bandung. Di agenda ini bertujuan untuk merefleksikan kemajuan, tantangan, serta pembelajaran yang telah diperoleh selama CDF telah terbentuk. Harapannya, melalui kegiatan ini dapat ditemukan solusi agar CDF semakin memberi dampak kepada para pekerja di perkebunan teh, sehingga kesejahteraan para pekerja teh semakin meningkat.
Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari anggota CDF, perwakilan kantor regional PT. Perkebunan Nusantara, PT. Kapebe Chakra, Kepala Desa Banjarsari, Kepala Desa Margaluyu, Kepala Desa Indragiri, dan perwakilan dari Ethical Tea Partnership (ETP).
Perkuat Kesiapsiagaan Dalam Respon Kebencanaan Melalui Kerjasama dengan PMI Sulawesi Selatan
Upaya meningkatkan kesiapsiagaan dalam merespon bencana dan situasi darurat terus dilakukan CARE Indonesia. Melalui penandatanganan kerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Sulawesi Selatan (11/07), komitmen untuk tingkatkan kesiapan respon tanggap darurat diimplementasikan dengan menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan paket bantuan di daerah rawan bencana.
Selain penandatanganan kerja sama, PMI Sulawesi Selatan juga turut menerima dana untuk pemeliharaan logistik serta 140 paket kebersihan diri berisikan ember, sabun batang, pasta gigi, sikat gigi, sampo, detergen, pembalut, jeriken, dan gayung. Kedepannya, seluruh paket akan didistribusikan saat situasi kedaruratan terjadi dan melihat kebutuhan masyarakat yang terdampak bencana, termasuk perempuan dan anak.
Enam Desa di Kab. Sigi Berkomitmen Ciptakan Ruang Aman Bagi Perempuan dan Anak
6 desa yang didampingi KARSA Institute dan CARE Indonesia yakni Desa Rarampadende, Pesaku, Ngatabaru, Pombewe, Wisolo dan Ramba di Kabupaten Sigi berkomitmen untuk dukung terciptanya ruang aman bagi perempuan dan anak melalui penetapan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA) dan peluncuran program Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) (18/06). Kegiatan ini bagian dari program Penguatan Ketangguhan Perempuan dan Pemuda, dengan dukungan UN Women, Pemerintah Kab. Sigi dan didanai dari Korean International Cooperation Agency (KOICA).
Deklarasi menjadi DRPPA menunjukkan komitmen keenam desa mendukung perlindungan pada perempuan dan anak dengan tersedianya layanan desa yang inklusif hingga tata kelola pemerintah yang responsif gender. Kedepannya, setiap desa akan mendorong penguatan program SAPA dan satuan tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) di tingkat desa sebagai bentuk memberikan ruang aman bagi perempuan dan anak.
Penguatan kapasitas bagi Kader DASHAT untuk dorong percepatan penurunan stunting di Kab. Bandung
129 kader Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dari Desa Margamukti dan Desa Sukamanah, Kab Bandung ikuti peningkatan kapasitas untuk dorong percepatan penurunan stunting di Kabupaten Bandung (3-4/07). Kegiatan ini merupakan kolaborasi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bersama CARE Indonesia dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Bandung untuk dorong pemenuhan gizi bagi anak dengan kondisi stunting, wasting, dan underweight serta ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK).
Seluruh kader mendapat penguatan tentang pemenuhan gizi keluarga khususnya untuk mengurangi prevalensi stunting hingga penyusunan menu dan praktik penyediaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. Kedepannya kader DASHAT akan memberikan PMT Pemulihan pada 368 anak dengan kondisi stunting, wasting, dan underweight serta 27 ibu hamil dengan kondisi KEK, selain itu akan dilakukan juga edukasi dan sosialisasi mengenai pola pengasuhan yang baik hingga perilaku hidup bersih dan sehat.