Search
Close this search box.

Pengelolaan Sampah Organik dan Pembuatan Kebun Nutrisi: Langkah Nyata YCP Menjaga Kelestarian Lingkungan

Berita

Indonesia menempati urutan ke-4 sebagai negara pencetak sampah makanan terbesar di di dunia, mencapai 20,93 juta ton, menurut United Nations Environment Programme (UNEP) 2021. Angka ini setara dengan 41,5% dari total sampah tahun 2022, berdasarkan grafik komposisi sampah menurut jenis sampah di situs Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Sampah makanan tidak hanya berdampak buruk terhadap lingkungan, tetapi juga berdampak terhadap krisis pangan karena tingginya sumber makanan yang tidak diproduksi dan dimanfaatkan dengan semestinya.

Dilansir dari waste4change.com, sampah organik menghasilkan cairan leachate yang berbahaya, dimana dapat mengurangi kualitas tanah dan air di sekitar sampah. Dalam jangka panjang, tumpukan sampah organik juga menghasilkan gas metana, apabila disimpan dalam kondisi tertutup tanpa cukup sinar matahari dan oksigen, dapat menimbulkan bahaya kebakaran dan ledakan. Selain itu, pembuangan sampah organik ini juga berkontribusi pada emisi gas rumah kaca, yang dapat mempercepat perubahan iklim. Pengelolaan sampah organik perlu menjadi prioritas untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan iklim.

Salah satu komitmen Yayasan CARE Peduli (YCP) adalah mengurangi dampak perubahan iklim melalui program pilar dan pendekatan holistik dan pemenuhan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG), khususnya SDG Nomor 2: Mengakhiri Kelaparan dan Nomor 13: Penanganan Perubahan Iklim. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, YCP membangun sistem pemilahan sampah organik yang kemudian dikelola menjadi kompos organik, serta membentuk kebun nutrisi di pekarangan kantor YCP Jakarta. Upaya ini mempraktikkan pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan serta memperkuat ketahanan pangan dan pemenuhan nutrisi.

“Rembesan sampah organik basah ke dalam tanah dapat mencemari air tanah, hal ini dapat dicegah dengan mengolah sampah organik menjadi kompos yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan unsur hara tanah,” tutur Agus Tri Wahyuono, Program Manager YCP.

Lebih lanjut Agus menyampaikan, upaya pengelolaan kompos organik dan kebun nutrisi ini harapannya menginspirasi dan memotivasi karyawan YCP untuk lebih Peduli terhadap lingkungan dan kesehatan dari makanan yang dikonsumsi. “Kita berkontribusi kepada dunia, kepada planet kita. Perubahan iklim sudah begitu besar, dan kita bisa berkontribusi. Mudah-mudahan upaya ini menjadikan semangat baru kita. Green Office, berarti green juga di hati kita, sehingga hati kita menjadi lebih bersih – bersama-sama kita memajukan Yayasan CARE Peduli,” jelas Esti Andayani, Dewan Pembina YCP pada kegiatan gathering Halal Bihalal (3/5).

Abdul Situmorang, CEO YCP, menjelaskan bahwa upaya ini bukan hanya menjadi contoh teladan bagi lingkungan sekitar dan seluruh karyawan kantor di Jakarta, tetapi juga merupakan simbol pertumbuhan YCP yang sedang berlangsung menuju perbaikan yang lebih baik. “Upaya menghijaukan kantor ini bukan hanya tentang pengelolaan sampah organik, tetapi juga mencerminkan komitmen YCP untuk terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi lingkungan dan masyarakat sekitar,” pungkasnya.

Penulis: Nurainy Darono, Editor: Swiny Adestika

Air Bersih untuk Sekolah: Perkuat Percepatan Penurunan Stunting di Kabupaten Sumbawa Barat

Cerita

Suara tawa dan riang anak-anak terdengar dari TK Bariri Talonang Baru di Desa Talonang Baru, Kabupaten Sumbawa Barat. Siang hari itu, sembari melepas kepulangan para murid, Lika Santika Nuri, Kepala Sekolah TK Bariri Talonang Baru menyambut hangat kedatangan tim Yayasan CARE Peduli (YCP) ke sekolah untuk memantau perkembangan anak dengan status stunting serta akses sanitasi di sekolah.

“Dari 35 siswa umur 3-6 tahun, pernah ada 3 anak dengan kondisi stunting. Sekarang tinggal 1 anak dengan kondisi stunting. Kami memberikan perhatian lebih bagi anak dengan kondisi stunting melalui pemantauan tumbuh kembang anak sesuai dengan umur. Misalnya perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Dari pemantauan tumbuh kembang, anak dengan kondisi stunting tidak terlalu berbeda dengan anak-anak lain, tetapi memang tinggi badannya memang pendek,” ujar Lika. Lebih lanjut ia menjelaskan, pihak sekolah tetap meminta para orang tua untuk memberikan perhatian khusus pada pola asuh khususnya bagi anak dengan kondisi stunting. “Meski demikian, anak-anak tidak merasa rendah diri kerena kondisi stuntingnya. Mereka tetap bermain ceria dengan anak-anak sebaya lainnya,” ujarnya.

Melalui program percepatan penurunan stunting yang merupakan kolaborasi antara PT Amman Mineral, YCP dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat, upaya peningkatan kondisi anak-anak di Desa Talonang Baru juga dilakukan melalui penyediaan akses untuk air bersih. Menurut riset Kementerian Kesehatan (Kemkes) seperti diberitakan oleh jawapos.com, stunting yang disebabkan oleh tidak adanya air bersih dan sanitasi buruk mencapai 60 persen. Oleh karena itu, pembangunan fasilitas air bersih di Desa Talonang Baru pada April 2024 lalu, menjadi penting.

Adanya fasilitas air bersih ini disambut baik oleh pihak sekolah karena sebelumnya di sekolah tidak ada fasilitas sanitasi. “Kami senang air bersih akan langsung dialirkan ke halaman sekolah. Sebagai guru, kami dapat mengajarkan menjaga kebersihan pada anak-anak terkait sanitasi, untuk rajin mencuci tangan dan bisa pula mulai mengajarkan anak-anak untuk menanam di pekarangan sekolah,” ungkap Lika.

Menurut Lika, tidak adanya fasilitas sanitasi di sekolah membuat pihak sekolah kesulitan menjaga kebersihan para murid di sekolah yang juga mengganggu proses belajar mengajar. “Selama ini untuk sanitasi kami bekerjasama dengan rumah penduduk yang ada di sebelah sekolah. Banyak juga anak-anak yang pulang ke rumah masing-masing jika ingin buang air besar atau kecil dan seringkali mereka tidak kembali lagi ke sekolah. Tentunya ini sangat mengganggu jam pembelajaran,” lanjut Lika.

Bagi Mikrani, orang tua dari salah satu murid TK Bariri, mengantar dan menjemput anak mereka dari dan ke TK ketika anak ingin buang air juga menjadi tantangan karena harus meninggalkan pekerjaan mereka di ladang. “Sebagai orangtua kami juga terganggu karena kami harus jemput dan antar kembali anak kami ke sekolah. Kami adalah petani jagung yang banyak di ladang, maka anak-anak kami titipkan di TK sekaligus sekolah, kalau mereka sering kembali ke rumah untuk buang air, maka berarti kami harus sering tinggalkan pekerjaan kami di ladang,” ujarnya. 

Sulitnya akses air bersih masih dirasakan mayoritas rumah tangga di seluruh Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) seperti dilansir oleh kompas.com menyebutkan proporsi rumah tangga terhadap akses air minum secara nasional rata-rata pada 2022 masih di 44,94 persen. Artinya masih lebih banyak rumah tangga di Indonesia yang tidak memiliki akses air minum secara optimal. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat sendiri, data BPS menyebutkan masih ada 3,97% rumah tangga yang belum memiliki akses sumber air minum layak, termasuk di Desa Talonang Baru.
Secara topografi Desa Talonang Baru berlokasi di bukit-bukit kecil yang membentang antara dusun satu dengan yang lain. Rumah-rumah penduduk tidak terkonsentrasi di satu tempat melainkan tersebar. Budi Santoso, Kepala Desa Talonang Baru menyebutkan jarak yang jauh antar rumah di desanya menyulitkan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti air minum. “Kami adalah transimigran dari luar Sumbawa Barat, rumah kami dibangun diatas lahan masing-masing, sehingga jarak antara rumah sangat jauh. Ini menyulitkan kami dalam memenuhi kebutuhan sepertil layanan air minum. Kami berusaha mendapat sarana sumber air di setiap dusun sesuai kontur,” ujar Budi.

Senada dengan Budi, Lika juga menuturkan kesulitannya mengambil air. Selama ini ia mengambil air untuk kebutuhan anak didiknya di rumah tetangga. Tidak jarang ia harus menggunakan sepeda motor sejauh 2 kilometer untuk mengambil air dari sumur bor di Dusun Mone. Menurutnya, air menjadi mahal dan terbatas. “Kami biasanya sewa ojek untuk ambil air dengan jirigen yang isinya 50 liter. Air tersebut digunakan untuk cuci tangan anak-anak dan keperluan ibu/bapak guru,” ujar Lika. Ia lebih lanjut menyampaikan, setelah adanya fasilitas sumber air bersih yang dibangun YCP, TK Bariri akan juga membangun fasilitas sanitasi untuk kenyamanan para murid dan ibu/Bapak guru.

Fasilitas air bersih berupa 1 unit sumur bor dan 1 unit depot air aman minum di Desa Talonang Baru, menurut Budi, membuat warga di desanya tidak lagi perlu mengambil air bersih di desa tetangga. “Saat ini kami sudah alirkan air dari sumur bor ke 35 Kepala Keluarga di RT 1 dan RT 2. Sekitar 134 orang warga bisa merasakan langsung air yang dialirkan melalui pipa yang dipasang saat program Pansimas,” ujar Budi.

Muhamad Ikraman, Project Manager YCP menyampaikan, pembangunan fasilitas air bersih di Desa Talonang Baru juga bisa dimanfaatkan oleh masyarakat di desa sekitarnya, seperti Dusun Mone, Dusun Sampar Ujung dan Dusun Lemar Lempoh B. “Sumur bor yang dibangun tim YCP mempunyai kedalaman 84 meter dan debit air 1,1 liter perdetik. Dengan debit sebesar itu, sumur bor mampu di manfaatkan oleh 100 KK di 2 dusun di Desa Talonang. Tidak hanya itu, 414 Kepala Keluarga di 3 desa sekitarnya juga jadi lebih mudah mendapatkan air melalui depot air aman minum. Kedepannya akses air minum akan terus kami tingkatkan di desa-desa lain di Kabupaten Sumbawa Barat,” pungkas Ikraman.

Pewawancara: Muhamad Ikraman, Yarid, dan Mulyadi
Penulis: Swiny Adestika

Edukasi Kesetaraan Gender di Pabrik Garmen, Memperingati Hari Kartini dan Hari Buruh 2024

Berita

Para pekerja perempuan dan laki-laki dari PT Dasan Pan Pacific Indonesia di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, siang itu (4/5) berbondong-bondong menuju kantin karyawan. Tidak seperti biasanya, para pekerja tidak langsung pulang selepas waktu kerja, namun asik menyimak diskusi dan mengikuti rangkaian kegiatan. Sekitar 400 pekerja perempuan dan laki-laki yang mengikuti kegiatan dengan antusias.

“Zaman sekarang perempuan tidak boleh kalah dari laki-laki. Walaupun kita bekerja di pabrik, tapi, hasil kita harus bisa lebih sukses, kita harus optimis,” ujar Rosidah, Production Manager dari PT Dasan memberi semangat kepada para pekerja perempuan sekaligus membuka sesi pemaparan dalam rangkaian kegiatan Sosialisasi Kesetaraan Gender, Kesehatan dan Hak-Hak Pekerja Perempuan pada Peringatan Hari Kartini dan Hari Buruh Internasional. Lebih lanjut Rosidah menyampaikan kesetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki baik di tempat kerja maupun di rumah sangat penting. Menurutnya, PT Dasan sangat mendukung untuk penyediaan fasilitas dan kesempatan yang sama antara pekerja perempuan dan laki-laki.

Berselang tiga hari, lebih dari 300 pekerja PT Glory Industrial Semarang di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (7/5) turut mengikuti kegiatan serupa. Mengisi waktu istirahat siang, para pekerja memadati kantin karyawan dan antusias mengikuti rangkaian kegiatan seperti pemaparan, diskusi dan lomba-lomba yang diadakan. Membuka acara, Sentosa Karo Karo, HRD Manager PT Glory menyampaikan pentingnya kesetaraan gender terutama di rumah. “Kalau suami dan isteri bekerja, pulang ke rumah, pekerjaan rumah harus gotong royong. Laki-laki dan perempuan harus bekerjasama,” ujarnya. Sentosa menambahkan, kesetaraan akses informasi, kesempatan berkarir dan bersuara sudah dilaksanakan di PT Glory yang mayoritas memiliki pekerja perempuan.

Walaupun di Indonesia Hari Kartini dan Hari Buruh diperingati setiap tahun, Akan akan tetapi, tidak bisa dipungkiri, praktik ketidaksetaraan gender, termasuk di tempat kerja, masih kerap terjadi. Yohana Tantria, Project Manager Yayasan CARE Peduli (YCP) menyampaikan perempuan dan laki-laki masih dibedakan secara sosial atau konstruksi gender di masyarakat berdasarkan ciri fisik, sifat, peran dan tanggung jawab. Misalnya, dalam hal peran dan tanggung jawab, perempuan cenderung dilekatkan dengan peran mengurus di rumah saja, sedangkan laki-laki di luar rumah untuk missal mencari nafkah. “Sesungguhnya peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat bisa dipertukarkan. Namun seolah-olah tidak bisa dipertukarkan. yaitu gambaran, peran dan tanggungjawab dilekatkan kepada perempuan dan laki-laki akibat konstruksi sosial dan budaya. Padahal yang membedakan laki-laki dan perempuan hanya pada biologis nya, yang merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa dan berlaku universal,” ujar Yohana.

Lebih lanjut Yohana menyampaikan persepsi dari masyarakat atau konstruksi sosial dan budaya yang terbentuk di suatu tempat yang berlangsung turun-temurun tersebut yang menimbulkan relasi perempuan dan laki-laki baik di dalam rumah, di tempat kerja maupun di dalam masyarakat sering tidak adil dan setara. “Ketidakadilan sering terjadi, misal perempuan dilekatkan sebagai yang harus bertanggungjawab mengurus anak, kalaupun perempuan bekerja tetap harus mengurus anak juga. Ini yang disebut beban ganda. Sedangkan jika laki-laki bekerja tidak perlu melakukan kerja-kerja di rumah, karena menurut masyarakat laki-laki tidak mempunyai tanggungjawab untuk kerja-kerja dalam rumah tangga. Contoh ketidakadilan lain adalah adanya kekerasan dalam berbagai bentu baik fisik, psikis maupun seksua. Bentuk ketidakadilan yang lain, menjadi nomor dua, yaitu marginalisasi atau peminggiran perempuan terutama dalam dalam mengakses sumber-sumber kehidupan dan kesempatan misalnya akses pendidikan dan pekerjaan. Maka dari itu CARE berkolaborasi dengan perusahaan termasuk di tempat bapak dan ibu bekerja ini agar memperkuat kesetaraan gender di lingkungan perusahaan agar perempuan dan laki-laki dapat bekerja setara dan nyaman tanpa kekerasan sehingga produktifitas dan produksi kerja meningkat,” ujar Yohana.

Selain penjabaran dan diskusi, sosialisasi pentingnya menjalankan peran yang setara antara laki-laki dan perempuan juga dilakukan melalui berbagai lomba, salah satunya lomba memasak. Thaufiek Zubahary, Gender Specialist YCP untuk proyek di Kabupaten Sukabumi menjelaskan, lomba memasak dilakukan dalam dua versi, yakni versi lomba video masak bersama pasangan dan lomba masak bagi pekerja laki-laki. Lomba video masak yang dibuat sebagai kelanjutan dari kegiatan edukasi nutrisi sehat bagi perempuan pekerja diikuti oleh total 10 pekerja dari PT Dasan dan PT Glory. “Untuk PT Dasan sendiri, terpilih 5 pemenang yang dinilai berdasarkan kualitas video, menu yang dimasak serta kebersamaan atau kolaborasi antara laki-laki dan perempuan saat proses memasak,” ujarnya. Sementara lomba video masak di PT Glory mendapatkan 4 pemenang video. “Peserta lomba video masak dari PT Glory keseluruhannya adalah pekerja perempuan. Semua peserta mendapat hadiah. Para pemenang dinilai dari keunikan menu serta kualitas video,” ujar Risca Dwi Ambarsari, Gender Specialist YCP untuk proyek di Kabupaten Demak. Lomba memasak bagi laki-laki ini bagian pelibatan laki-laki dan mensosialisasikan kesetaraan gender kepada pekerja bahwa memasak adalah tanggungjawab perempuan dan laki atau suami istri jika di dalam rumah tangga. Perubahan norma sosial menuju kesetaraan gender inilah yang dipromosikan melalui kegiatan tersebut.

Keseruan acara semakin terasa saat pemenang lomba video masak diumumkan. Para pekerja bersorak memberikan dukungan bagi rekannya yang juga melakukan reka ulang masakan yang mereka buat di dalam video. 5 menit waktu diberikan untuk memasak ulang menu yang keseluruhannya memenuhi unsur nutrisi yang penting seperti karbohidrat dan protein.

Keseruan berlanjut dengan lomba masak bagi pekerja laki-laki. Masing-masing 3 kelompok beraggotakan 2 pekerja laki-laki per kelompok mengikuti lomba masak di PT Dasan dan PT Glory. Sama seperti lomba video masak, menu yang dibuat harus bernutrisi, mudah dan cepat dimasak. Berbagai menu dibuat hanya dalam waktu 10 menit, seperti sayur capcai, tumis tauge dan ayam, cah kangkung, ikan goreng bumbu kecap dan ayam bumbu rempah. “Dari lomba memasak ini, kita bisa melihat kesetaraan gender bisa dimulai dari rumah. Laki-laki dan perempuan bisa saling bekerja sama. Jika istri sedang lelah, suaminya bisa membantu memasak sehingga suasana di rumah menjadi lebih baik. Ibu juga bisa lebih sehat, dan tidak gampang sakit.,” ujar Rosidah sembari menjadi juri dan mencicipi menu masakan dari para pekerja di PT Dasan.

Selepas proses penjurian, kelompok terbaik untuk lomba masak bagi pekerja laki-laki diumumkan. Sorak dan tepuk tangan dari rekan kerja lain bergerumuh memenuhi area kegiatan sembari pemberian hadiah dilakukan.

Sedikit berbeda di PT Dasan, para pekerja juga mengikuti lomba Tik Tok dan Karaoke dengan tema konten kesetaraan gender. Berbagai lagu seperti Kartini, Laskar Pelangi, Lagu Pembebasan bahkan Manuk Dadali ditampilkan para pekerja dengan sangat baik. Menurut Rosida, manajemen PT Dasan mengusulkan lomba ini sebagai tambahan karena melihat ketertarikan besar para pekerja. “Para pekerja disini sangat gemar berkaraoke apalagi sekarang tren di TikTok ya, jadi menurut kami lomba ini bisa menarik minat dan keaktifan mereka,” ujarnya.

Respon positif diberikan oleh pekerja yang mengikuti rangkaian edukasi kesetaraan gender. Bagi para pekerja, kegiatan seperti ini diharapkan sering dilakukan agar mereka semakin memahami mengenai gender dan dapat menerapkannya dalam kehidupan baik di rumah maupun di tempat kerja. “Penting untuk punya kesetaraan peran bagi perempuan dan laki-laki agar tidak ada lagi perbedaan. Selama kerja di PT Glory, semua sama baik dari peraturan dan perlakuan. Di kegiatan siang hari ini saya paling senang karena ada kebersamaan dengan semua pekerja dan mendapat wawasan baru soal gender,” ujar Ahmad Kukuh, pekerja di PT Glory yang menjadi juara pertama lomba masak bagi pekerja laki-laki.

Aman, pekerja dari PT Dasan juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki dan harus dihormati dan tidak boleh direndahkan. “Penting bagi laki-laki selalu berusaha bersikap baik dan menghormati istri, termasuk dalam kerjasama melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak. Tanggung jawab memasak bukan hanya milik perempuan tapi juga milik laki-laki, untuk memastikan bahwa keluarga mendapatkan gizi dan nutrisi yang cukup,” ujarnya.

Para pekerja perempuan di PT Dasan dan PT Glory pun merasa mendapatkan pembelajaran baru dari sosialisasi hari itu. Lina misalnya, pekerja dari PT Dasan ini mengaku menjadi lebih paham bahwa pekerja laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. “Di lingkungan kerja dan di rumah, jangan sampai terjadi diskriminasi, jadi harus sama perlakuannya antara laki-laki dan perempuan,” ujar nya sembari membawa hadiah sebagai Juara Ke-1 lomba video masak. Siti Halimah, pekerja perempuan dari PT Glory pun mengucapkan terima kasih atas kegiatan sosialisasi tentang gender karena ia memiliki pemahaman baru tidak hanya soal gender, tetapi juga soal peraturan kerja serta pentingnya nutrisi bagi keluarga. “Dari kegiatan yang diadakan oleh CARE, saya lebih memahami tentang bagaimana bersikap di keluarga sekaligus sebagai pekerja perempuan di pabrik, termasuk peraturan-peraturan kerja yang sebelumnya saya tidak tau termasuk pentingnya memberikan nutrisi yang baik untuk keluarga. Kegiatan dari CARE ada prakteknya, jadi lebih jelas dari pelatihan yang sebelumnya pernah saya ikuti yang cuma teori,” tuturnya.

Edukasi dan sosialisasi mengenai kesetaraan gender masih akan terus dilakukan bagi industri garmen, khusunya di PT Dasan dan PT Glory. Menurut Yohana, kolaborasi dengan manajemen perusahaan untuk merumuskan bersama kegiatan yang paling sesuai bagi perusahaan dan pekerja, serta upaya pelibatan aktif para pekerja menjadi fokus kedepannya. “Harapannya dari kegiatan edukasi hari ini pekerja jadi lebih terbuka pemahaman dan menerima poin-poin yang kami sampaikan dengan mudah. Kedepannya masih akan terus dilakukan berbagai kegiatan agar kesetaraan gender makin kuat di tempat lokasi kerja ini,” pungkas Yohana.

Penulis: Swiny Adestika

Hari Kartini dan Hari Buruh 2024

Galeri

Yayasan CARE Peduli (CARE di Indonesia) memperkuat kesetaraan gender dan meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui sosialisasi dan diskusi yang dilakukan di dua pabrik garmen di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Semarang. Upaya ini dapat terwujud berkat partisipasi antusias para pekerja yang terlibat dalam kegiatan memperingati Hari Kartini dan Hari Buruh 2024

Komitmen YCP Greening the Office Melalui Kebun Gizi dan Kompos Organik

Galeri

Berkomitmen meningkatkan kesehatan masyarakat, kantor YCP di Jakarta membuat kebun gizi di halaman kantor. Kebun seluas 200 meter persegi ditanami beragam pohon buah-buahan dan sayuran seperti alpukat, jambu kristal, mangga, belimbing, kelengkeng, jeruk, sawi, kangkung, cabe rawit, dan cabe keriting. Memastikan prinsip keberlanjutan, pengelolaan kompos organik dari sisa makanan dan daun kering sekitar halaman kantor juga dilakukan. Hasil kompos akan menjadi pupuk untuk kebun gizi.