Para pekerja perempuan dan laki-laki dari PT Dasan Pan Pacific Indonesia di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, siang itu (4/5) berbondong-bondong menuju kantin karyawan. Tidak seperti biasanya, para pekerja tidak langsung pulang selepas waktu kerja, namun asik menyimak diskusi dan mengikuti rangkaian kegiatan. Sekitar 400 pekerja perempuan dan laki-laki yang mengikuti kegiatan dengan antusias.
“Zaman sekarang perempuan tidak boleh kalah dari laki-laki. Walaupun kita bekerja di pabrik, tapi, hasil kita harus bisa lebih sukses, kita harus optimis,” ujar Rosidah, Production Manager dari PT Dasan memberi semangat kepada para pekerja perempuan sekaligus membuka sesi pemaparan dalam rangkaian kegiatan Sosialisasi Kesetaraan Gender, Kesehatan dan Hak-Hak Pekerja Perempuan pada Peringatan Hari Kartini dan Hari Buruh Internasional. Lebih lanjut Rosidah menyampaikan kesetaraan hubungan antara perempuan dan laki-laki baik di tempat kerja maupun di rumah sangat penting. Menurutnya, PT Dasan sangat mendukung untuk penyediaan fasilitas dan kesempatan yang sama antara pekerja perempuan dan laki-laki.
Berselang tiga hari, lebih dari 300 pekerja PT Glory Industrial Semarang di Kabupaten Demak, Jawa Tengah (7/5) turut mengikuti kegiatan serupa. Mengisi waktu istirahat siang, para pekerja memadati kantin karyawan dan antusias mengikuti rangkaian kegiatan seperti pemaparan, diskusi dan lomba-lomba yang diadakan. Membuka acara, Sentosa Karo Karo, HRD Manager PT Glory menyampaikan pentingnya kesetaraan gender terutama di rumah. “Kalau suami dan isteri bekerja, pulang ke rumah, pekerjaan rumah harus gotong royong. Laki-laki dan perempuan harus bekerjasama,” ujarnya. Sentosa menambahkan, kesetaraan akses informasi, kesempatan berkarir dan bersuara sudah dilaksanakan di PT Glory yang mayoritas memiliki pekerja perempuan.
Walaupun di Indonesia Hari Kartini dan Hari Buruh diperingati setiap tahun, Akan akan tetapi, tidak bisa dipungkiri, praktik ketidaksetaraan gender, termasuk di tempat kerja, masih kerap terjadi. Yohana Tantria, Project Manager Yayasan CARE Peduli (YCP) menyampaikan perempuan dan laki-laki masih dibedakan secara sosial atau konstruksi gender di masyarakat berdasarkan ciri fisik, sifat, peran dan tanggung jawab. Misalnya, dalam hal peran dan tanggung jawab, perempuan cenderung dilekatkan dengan peran mengurus di rumah saja, sedangkan laki-laki di luar rumah untuk missal mencari nafkah. “Sesungguhnya peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat bisa dipertukarkan. Namun seolah-olah tidak bisa dipertukarkan. yaitu gambaran, peran dan tanggungjawab dilekatkan kepada perempuan dan laki-laki akibat konstruksi sosial dan budaya. Padahal yang membedakan laki-laki dan perempuan hanya pada biologis nya, yang merupakan pemberian Tuhan Yang Maha Esa dan berlaku universal,” ujar Yohana.
Lebih lanjut Yohana menyampaikan persepsi dari masyarakat atau konstruksi sosial dan budaya yang terbentuk di suatu tempat yang berlangsung turun-temurun tersebut yang menimbulkan relasi perempuan dan laki-laki baik di dalam rumah, di tempat kerja maupun di dalam masyarakat sering tidak adil dan setara. “Ketidakadilan sering terjadi, misal perempuan dilekatkan sebagai yang harus bertanggungjawab mengurus anak, kalaupun perempuan bekerja tetap harus mengurus anak juga. Ini yang disebut beban ganda. Sedangkan jika laki-laki bekerja tidak perlu melakukan kerja-kerja di rumah, karena menurut masyarakat laki-laki tidak mempunyai tanggungjawab untuk kerja-kerja dalam rumah tangga. Contoh ketidakadilan lain adalah adanya kekerasan dalam berbagai bentu baik fisik, psikis maupun seksua. Bentuk ketidakadilan yang lain, menjadi nomor dua, yaitu marginalisasi atau peminggiran perempuan terutama dalam dalam mengakses sumber-sumber kehidupan dan kesempatan misalnya akses pendidikan dan pekerjaan. Maka dari itu CARE berkolaborasi dengan perusahaan termasuk di tempat bapak dan ibu bekerja ini agar memperkuat kesetaraan gender di lingkungan perusahaan agar perempuan dan laki-laki dapat bekerja setara dan nyaman tanpa kekerasan sehingga produktifitas dan produksi kerja meningkat,” ujar Yohana.
Selain penjabaran dan diskusi, sosialisasi pentingnya menjalankan peran yang setara antara laki-laki dan perempuan juga dilakukan melalui berbagai lomba, salah satunya lomba memasak. Thaufiek Zubahary, Gender Specialist YCP untuk proyek di Kabupaten Sukabumi menjelaskan, lomba memasak dilakukan dalam dua versi, yakni versi lomba video masak bersama pasangan dan lomba masak bagi pekerja laki-laki. Lomba video masak yang dibuat sebagai kelanjutan dari kegiatan edukasi nutrisi sehat bagi perempuan pekerja diikuti oleh total 10 pekerja dari PT Dasan dan PT Glory. “Untuk PT Dasan sendiri, terpilih 5 pemenang yang dinilai berdasarkan kualitas video, menu yang dimasak serta kebersamaan atau kolaborasi antara laki-laki dan perempuan saat proses memasak,” ujarnya. Sementara lomba video masak di PT Glory mendapatkan 4 pemenang video. “Peserta lomba video masak dari PT Glory keseluruhannya adalah pekerja perempuan. Semua peserta mendapat hadiah. Para pemenang dinilai dari keunikan menu serta kualitas video,” ujar Risca Dwi Ambarsari, Gender Specialist YCP untuk proyek di Kabupaten Demak. Lomba memasak bagi laki-laki ini bagian pelibatan laki-laki dan mensosialisasikan kesetaraan gender kepada pekerja bahwa memasak adalah tanggungjawab perempuan dan laki atau suami istri jika di dalam rumah tangga. Perubahan norma sosial menuju kesetaraan gender inilah yang dipromosikan melalui kegiatan tersebut.
Keseruan acara semakin terasa saat pemenang lomba video masak diumumkan. Para pekerja bersorak memberikan dukungan bagi rekannya yang juga melakukan reka ulang masakan yang mereka buat di dalam video. 5 menit waktu diberikan untuk memasak ulang menu yang keseluruhannya memenuhi unsur nutrisi yang penting seperti karbohidrat dan protein.
Keseruan berlanjut dengan lomba masak bagi pekerja laki-laki. Masing-masing 3 kelompok beraggotakan 2 pekerja laki-laki per kelompok mengikuti lomba masak di PT Dasan dan PT Glory. Sama seperti lomba video masak, menu yang dibuat harus bernutrisi, mudah dan cepat dimasak. Berbagai menu dibuat hanya dalam waktu 10 menit, seperti sayur capcai, tumis tauge dan ayam, cah kangkung, ikan goreng bumbu kecap dan ayam bumbu rempah. “Dari lomba memasak ini, kita bisa melihat kesetaraan gender bisa dimulai dari rumah. Laki-laki dan perempuan bisa saling bekerja sama. Jika istri sedang lelah, suaminya bisa membantu memasak sehingga suasana di rumah menjadi lebih baik. Ibu juga bisa lebih sehat, dan tidak gampang sakit.,” ujar Rosidah sembari menjadi juri dan mencicipi menu masakan dari para pekerja di PT Dasan.
Selepas proses penjurian, kelompok terbaik untuk lomba masak bagi pekerja laki-laki diumumkan. Sorak dan tepuk tangan dari rekan kerja lain bergerumuh memenuhi area kegiatan sembari pemberian hadiah dilakukan.
Sedikit berbeda di PT Dasan, para pekerja juga mengikuti lomba Tik Tok dan Karaoke dengan tema konten kesetaraan gender. Berbagai lagu seperti Kartini, Laskar Pelangi, Lagu Pembebasan bahkan Manuk Dadali ditampilkan para pekerja dengan sangat baik. Menurut Rosida, manajemen PT Dasan mengusulkan lomba ini sebagai tambahan karena melihat ketertarikan besar para pekerja. “Para pekerja disini sangat gemar berkaraoke apalagi sekarang tren di TikTok ya, jadi menurut kami lomba ini bisa menarik minat dan keaktifan mereka,” ujarnya.
Respon positif diberikan oleh pekerja yang mengikuti rangkaian edukasi kesetaraan gender. Bagi para pekerja, kegiatan seperti ini diharapkan sering dilakukan agar mereka semakin memahami mengenai gender dan dapat menerapkannya dalam kehidupan baik di rumah maupun di tempat kerja. “Penting untuk punya kesetaraan peran bagi perempuan dan laki-laki agar tidak ada lagi perbedaan. Selama kerja di PT Glory, semua sama baik dari peraturan dan perlakuan. Di kegiatan siang hari ini saya paling senang karena ada kebersamaan dengan semua pekerja dan mendapat wawasan baru soal gender,” ujar Ahmad Kukuh, pekerja di PT Glory yang menjadi juara pertama lomba masak bagi pekerja laki-laki.
Aman, pekerja dari PT Dasan juga merasakan hal yang sama. Menurutnya, perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki dan harus dihormati dan tidak boleh direndahkan. “Penting bagi laki-laki selalu berusaha bersikap baik dan menghormati istri, termasuk dalam kerjasama melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak. Tanggung jawab memasak bukan hanya milik perempuan tapi juga milik laki-laki, untuk memastikan bahwa keluarga mendapatkan gizi dan nutrisi yang cukup,” ujarnya.
Para pekerja perempuan di PT Dasan dan PT Glory pun merasa mendapatkan pembelajaran baru dari sosialisasi hari itu. Lina misalnya, pekerja dari PT Dasan ini mengaku menjadi lebih paham bahwa pekerja laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. “Di lingkungan kerja dan di rumah, jangan sampai terjadi diskriminasi, jadi harus sama perlakuannya antara laki-laki dan perempuan,” ujar nya sembari membawa hadiah sebagai Juara Ke-1 lomba video masak. Siti Halimah, pekerja perempuan dari PT Glory pun mengucapkan terima kasih atas kegiatan sosialisasi tentang gender karena ia memiliki pemahaman baru tidak hanya soal gender, tetapi juga soal peraturan kerja serta pentingnya nutrisi bagi keluarga. “Dari kegiatan yang diadakan oleh CARE, saya lebih memahami tentang bagaimana bersikap di keluarga sekaligus sebagai pekerja perempuan di pabrik, termasuk peraturan-peraturan kerja yang sebelumnya saya tidak tau termasuk pentingnya memberikan nutrisi yang baik untuk keluarga. Kegiatan dari CARE ada prakteknya, jadi lebih jelas dari pelatihan yang sebelumnya pernah saya ikuti yang cuma teori,” tuturnya.
Edukasi dan sosialisasi mengenai kesetaraan gender masih akan terus dilakukan bagi industri garmen, khusunya di PT Dasan dan PT Glory. Menurut Yohana, kolaborasi dengan manajemen perusahaan untuk merumuskan bersama kegiatan yang paling sesuai bagi perusahaan dan pekerja, serta upaya pelibatan aktif para pekerja menjadi fokus kedepannya. “Harapannya dari kegiatan edukasi hari ini pekerja jadi lebih terbuka pemahaman dan menerima poin-poin yang kami sampaikan dengan mudah. Kedepannya masih akan terus dilakukan berbagai kegiatan agar kesetaraan gender makin kuat di tempat lokasi kerja ini,” pungkas Yohana.
Penulis: Swiny Adestika