Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 dari Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan menyebutkan angka prevalensi stunting di Kabupaten Bandung sebesar 29,2 persen. Upaya penurunan angka prevalansi stunting untuk mewujudkan generasi emas Indonesia dilakukan CARE Indonesia dengan pendanaan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), melalui program perecepatan penurunan stunting di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa, Ph.D menyampaikan dalam sambutannya pada peluncuran program percepatan penurunan stunting (4/10) di kantor Kepala Desa Marga Mukti, Kecamatan Pangalengan, bahwa inisiasi yang menjadi bagian bantuan sosial LPS Peduli Bakti Bagi Negeri ini menargetkan menjangkau anak dengan kondisi stunting, underweight dan wasting serta ibu hamil dengan Kondisi Energi Kronis (KEK), anemia dan ibu menyusui menjadi partisipan program di tiga desa, yakni Desa Banjarsari, Desa Sukamanah dan Desa Marga Mukti.
“Bantuan yang diberikan diharapkan dapat berpengaruh kepada generasi muda di masa depan. Selain itu, dukungan program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi dan kesehatan anak dan ibu hamil di kalangan orang tua dan masyarakat secara umum,” ujar Purbaya.
Peluncuran program dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, diantaranya Ruli Hadiana, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Bandung yang ditugaskan mewakili PJs Bupati Bandung, Esti Andayani, Dewan Pembina YCP, Dr. Agus Prabowo, Dewan Pengawas YCP, pimpinan perwakilan LPS, Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Bandung, aparatur Kecamatan Pangalengan, aparatur Desa, koordinator kelompok Dapur Sehat dan perwakilan masyarakat desa.
Ruli Hadiana menyambut baik kolaborasi untuk percepatan penurunan stunting di Kecamatan Pangalengan. Dikky menyampaikan penurunan prevalansi stunting menjadi salah satu program utama pemerintah Kabupaten Bandung dan memerlukan dukungan serta partisipasi dari seluruh pihak termasuk korporasi dan lembaga masyarakat. “Pemerintah mengucapkan terima kasih, adanya kegiatan kerja sama antara LPS dan CARE yang telah melakukan penanganan stunting, karena program penanganan stunting ini nasional sifatnya, terutama di Kabupaten Bandung, karena Kabupaten Bandung juga menjadi perhatian dalam penurunan prevalensi stunting. Mudah-mudahan dengan cara itu, LPS juga akan terus membantu CARE juga sama, kita pun terbantu dan akan dijadikan sebuah contoh. Mudah-mudahan saja pada akhirnya target Kabupaten Bandung tingkat prevalensinya 17% bisa tercapai,” ujarnya.
Implementasi percepatan penurunan stunting di Kecamatan Pangalengan menurut CEO CARE Indonesia, Dr. Abdul Wahib Situmorang, akan dilakukan dengan pendekatan holistik melalui intervensi spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu dan anak akan dilakukan melalui pendampingan pengembangan kebun gizi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan yang akan dikelola oleh 12 kelompok Dapur Sehat dengan 72 personil kader yang berkoordinasi dengan Puskesmas, perangkat desa dan perwakilan masyarakat desa. Ke-12 kelompok akan memastikan pelaksanaan PMT Pemulihan selama 90 hari. Di periode yang sama, intervensi sensitif juga akan dilakukan untuk peningkatan pengetahuan masyarakat terkait perilaku hidup sehat dan kelas pengasuhan.
“Partisipan program akan memfokuskan pada sekitar 240 anak balita dengan kondisi stunting, underweight dan wasting serta ibu hamil dengan KEK, anemia dan ibu menyusui hingga Desember 2024. Bersama kader Dapur Sehat yang sebelumnya sudah mendapat pengembangan kapasitas dari CARE dan pembentukan SK dari desa, implementasi program akan memastikan seluruh kegiatan seperti pembentukan kebun gizi dan pelatihan serta pendampingan bagi keluarga partisipan berjalan serta terpantau hasilnya secara menyeluruh. Saat ini pelaksanaan program memasuki tahapan PMT yang akan dilakukan secara berturut-turut selama 90 hari. Hingga hari ini sudah berjalan selama 29 hari,” ujar Abdul.
Pemantauan implementasi program menurut Abdul akan dilakukan secara terperinci melalui pemantauan lapangan, pemantauan realtime melalui CARE Stunting Reduction Dashboard setiap kali PMT diberikan. Selain itu, pemantauan berkala tiap dua minggu, bulanan, tiap tiga bulan akan dilakukan untuk memastikan implementasi yang dilakukan membawa perbaikan gizi dan pemahaman partisipan. “Konsistensi pemantauan dan evaluasi penting bagi kami sehingga akan dilakukan dalam beberapa tahapan. Tidak hanya kepada masyarakat, pelibatan pemangku kepentingan lain seperti perangkat desa, lembaga pemerintah dan organisasi masyarakat menjadi penting dalam melihat dampak, efektivitas dan efisiensi,” ujarnya.
Iis Sumiyati, salah satu kader Dapur Sehat dari Desa Banjarsari menyampaikan, pemantauan realtime setiap pengantaran PMT dan pemantauan bertahap sudah dilakukan. Menurutnya, setelah pelaksanaan PMT selama dua minggu, pemantauan terhadap berat dan tinggi badan anak serta kondisi kesehatan ibu hamil penerima PMT menunjukan hasil yang baik. “Setelah PMT 2 minggu, kami sempat melakukan penimbangan dan pengukuran berat dan tinggi anak serta pemantauan kondisi para ibu hamil. Alhamdulillah, sangat memuaskan. Bahkan anak yang mendapatkan PMT terlihat perkembangannya. Alhamdulillah ada peningkatan. Ada anak yang berat badannya naik hingga 1 kilogram, tinggi badan naik 2-3 centimeter. Para orang tuanya juga bersyukur, berterima kasih sudah membantu anaknya,” ungkap Iis.
Penulis: Swiny Adestika