Sebuah kisah tangguh terungkap dari Kabupaten Purwakarta. Ini adalah kisah seorang ibu dan perempuan pekerja garmen berusia 38 tahun, yang sebelumnya mengalami konflik peran ganda dalam keluarganya. Setelah bergabung di JEKATA (Jaringan Pemberdayaan untuk Perempuan Tangguh), ia menemukan keharmonisan dalam keluarga.
Sepulang kerja, Ibu Tin Kartini (Ibu Tin) harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti mencuci piring, menyapu, serta mengasuh kedua anaknya. Ibu Tin tidak dapat mengungkapkan perasaannya terhadap suami, karena ia merasa malu untuk meminta bantuan. Ibu Tin merasa bahwa suaminya cukup sulit untuk diajak berbicara apalagi bekerja sama. Konflik peran ganda ini sudah Ibu Tin pikul sejak awal menikah hingga anaknya berusia remaja.
Tahun 2019, kehidupan Ibu Tin mulai berubah. Ia mengikuti pelatihan-pelatihan untuk anggota JEKATA yang diselenggarakan oleh Yayasan CARE Peduli.
Saya sudah mengikuti lebih dari 10 kali pelatihan bersama JEKATA dan Yayasan CARE Peduli. Menurut saya, pelatihan yang sangat bermanfaat adalah pelatihan gender karena pelatihan ini dapat merubah pola pikir saya dan teman-teman lainnya.
Tin Kartini
Ketua kelompok Mam Sedegaber
Program Made By Women
Kini, Ibu Tin sudah berani jujur terhadap suami dan menjadi lebih percaya diri. Selain itu, komunikasi yang baik juga terjalin antara Ibu Tin, suami dan anak-anaknya.
Perubahan di dalam keluarganya tidak terjadi secara instan, namun membutuhkan proses. Kini, suaminya sudah mengerti dan mau membantu pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan menyapu. Anak remaja laki-laki Ibu Tin, Ujang, sekarang sudah membantu menyapu maupun mencuci baju.
Sesampainya dirumah seusai kerja, Ibu Tin hanya perlu melipat baju; suami dan anak-anak Ibu Tin sekarang sudah membantu mengurus pekerjaan rumah tangga bersama-sama. Seperti tumor yang sudah terangkat, beban ganda Ibu Tin pun tidak ada lagi. Ibu Tin dapat merasakan manfaat setelah bergabung di JEKATA – kerja sama yang baik dan keharmonisan dalam rumah tangganya.