Search
Close this search box.

Penuhi Gizi Anak, Kelompok Usaha Perempuan Kembangkan Budi Daya Ikan dan Tanaman di Ember

Berita

Protein hewani, seperti dilansir dalam laman Sehat Negeriku dari Kementerian Kesehatan RI dinilai memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap. Asam amino esensial (9AAE) yang lebih lengkap di protein hewani ketimbang protein nabati, membuat protein hewani lebih direkomendasikan untuk dikonsumi anak karena berperan besar membantu pertumbuhan dan kecerdasan otak anak. Menurut Kemenkes RI, rendahnya asupan protein hewani dapat menyebabkan stunting. Berdasarkan riset di 49 negara, stunting pada balita disebabkan oleh rendahnya asupan makanan sumber protein hewani.

Pemenuhan protein hewani untuk dikonsumsi anak-anak dilakukan Kelompok Usaha Mandiri Perempuan (KUMP) Sukses Bersama di Desa Sekongkang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Melalui budidayakan ikan di dalam ember (budikdamber), kelompok perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga tersebut, melakukan budi daya ikan lele yang dipadukan dengan tanaman sayuran. Upaya pemenuhan asupan gizi anak di KSB menjadi bagian dari program percepatan penurunan stunting, kolaborasi PT Amman Mineral, Pemerintah KSB dan Yayasan CARE Peduli (YCP).

Hadiah, Ketua KUMP Sukses Bersama menjelaskan, telah membudidayakan lele bersama kelompoknya dengan pendampingan dari YCP, sejak bulan Juli 2024. Hadiah dan anggota kelompoknya mampu menghasilkan 5 sampai 10 kilogram ikan lele tiap bulannya. “Kami memelihara ikan lele utamanya untuk memenuhi asupan protein hewani anak-anak dan keluarga,” ujar Hadiah.

Lebih lanjut Hadiah menceritakan, delapan anggota KUMP yang melakukan budikdamber memiliki masing-masing dua ember di pekarangan rumahnya. “Saat ini ada total 16 ember lele,” ungkapnya.

Hasil budi daya lele yang berlimpah membuat Hadiah dan rekan kelompoknya bisa mendapatkan tambahan pemasukan keluarga dari penjualan lele. “Biasanya kami jual seharga Rp35,000 per kilogram untuk lele. Bisa dipesan yang masih hidup ataupun yang sudah diolah jadi masakan,” lanjut Hadiah.

Optimalisasi penjualan lele dari budikdamber dilakukan Hadiah dengan melakukan penjualan secara daring di akun media sosial. “Tiap kali ikan lele panen, setelah dipisah untuk kebutuhan makan keluarga, saya dan anggota lain langsung mempromosikan di Facebook. Lumayan untuk menghemat biaya operasional penjualan, karena hanya menggunakan ponsel saja. Warga sekitar juga punya Facebook, jadi lebih mudah kasih info saat lele siap jual,” ungkapnya.

Selain lele, hasil budikdamber Hadiah dan rekan-rekannya juga memenuhi kebutuhan sayuran harian keluarga. Tiap anggota bisa menghasilkan kangkung dan sawi yang ditanam di bagian atas ember sebanyak tiga ikat setiap kali panen seminggu sekali. “Sayuran dari budikdamber ini jadi salah satu sumber kami bisa mengkonsumsi sayuran dengan mudah. Jadi tidak perlu sering belanja sayur,” lanjut Hadiah.

Muhammad Ikraman, Project Manager YCP di KSB menjelaskan, model budi daya dalam ember menjadi upaya penguatan ekonomi keluarga di desa, terutama bagi keluarga yang memiliki anak dengan kondisi stunting. “Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak memerlukan lokasi yang luas, sehingga bisa dibuat di pekarangan rumah saja. Anggota KUMP diberikan pelatihan membuat budikdamber yang kami kolaborasikan dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumbawa Barat serta tenaga profesional yang sudah berpengalaman untuk membuat budikdamber,” ujar Ikraman.

Ikraman menjelaskan, ke depannya, budi daya dengan metode budikdamber ini masih akan mengembangkan metode ini agar lebih efisien dalam menghasilkan sumber gizi untuk penanganan stunting.

Penulis: Muhammad Ikaraman 
Penyunting: Kukuh A. Tohari dan Swiny Adestika 

Cerita Raffa: Kini Makan Semakin Lahap dan Bertumbuh Pesat 

Cerita

Raffa Maulana, anak berusia dua tahun asal Desa Ai Kangkung, Kabupaten Sumbawa Barat kini bertumbuh semakin baik dalam kurun waktu empat bulan. Berat dan tinggi badan Raffa sudah masuk pada kategori normal, sesuai dengan usianya.

Baiq Juliantin, ibunda Raffa dengan semangat menceritakan pertumbuhan pesat anaknya yang pada bulan Juni 2024 memiliki BB 10,4 kilogram, kemudian pada bulan September menjadi 11,5 kilogram. Tinggi badan (TB) Raffa juga mengalami pertumbuhan melebihi rata-rata. Pada bulan Juni Raffa memiliki TB 80,4 centimeter, kemudian pada pengukuran bulan September menjadi 83,7 centimeter. Baiq menjelaskan, rata-rata penambahan BB Raffa sebanyak 0,4 kilogram per bulan dan pertumbuhan TB sebanyak 1,1 centimeter per bulan, tidak terlepas dari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang diterima Raffa selama 90 hari dengan menu 4 bintang dan disajikan dengan penataan menarik.

“Saya sangat bersyukur sekarang berat dan tinggi badan Raffa sudah masuk kategori normal yang sesuai dengan usianya penimbangan terkahir bulan September. Menu makan yang dikirimkan selalu di tata dengan menarik oleh para ibu kader. Dibuat bentuk-bentuk lucu, termasuk penyajian sayuran yang dikreasikan. Jadi anak saya selalu semangat ketika makanannya tiba dan jadi lahap. Tadinya Raffa sangat tidak suka sayur, sekarang sayur kelor pun dilahap,” ujar Baiq mengenang saat anaknya menerima PMT dari tim Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) pada Juli hingga September 2024 lalu.

Pengelolaan PMT oleh tim DASHAT menjadi bagian dari program percepatan penurunan stunting, kolaborasi PT Amman Mineral, Pemerintah KSB dan Yayasan CARE Peduli (YCP) yang berlangsung di 16 desa. Tim DAHSAT juga berperan aktif mendampingi dan memberikan konsultasi keluarga, termasuk kelas pengasuhan (parenting class), bersama YCP.

Diceritakan Baiq, melalui kelas parenting yang diberikan oleh Tim DASHAT, ia mendapatkan pemahaman lebih tentang pentingnya pemberian makanan dengan nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein hewani, protein nabati dan sayur. Menurut Baiq, dalam kelas pengasuhan juga disampaikan tentang pemanfaatan tanaman pangan pekarangan, tata cara dan penyajian makanan yang digemari anak, dan pengtahuan tentang tumbuh kembang anak. Baiq menceritakan, dengan semakin sukanya Raffa makan sayur, dirinya semakin aktif memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam berbagai jenis sayur. Kini ia bisa memenuhi menu empat bintang yang mencukup kebutuhan nutrisinya.

“Sekarang saya membuat makanan sesuai dengan karakter yang dia suka. Saya senang sekali bisa memenuhi kebutuhan nutrisi Raffa dari hasil sayur di pekarangan,” ujar Baiq.

Muhammad Ikraman, Project Manager YCP di KSB mengatakan, pertumbuhan Raffa yang sempat tersendat dikarenakan pengelolaan asupan nutrisi makanan yang tidak tepat dan keterbatasan ekonomi keluarga. Ia menjelaskan, kebutuhan asupan nutrisi Raffa mampu dipenuhi setelah ibunda Raffa aktif di kelas pengasuhan dan mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh tim DASHAT.

“Melalui kelas parenting yang diikutinya, kini Ibu Baiq bisa memahami sumber-sumber pangan murah dan bergizi yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Seperti penggunaan ikan laut sebagai sumber protein hewani yang didapatkan dengan harga murah karena lokasi tempat tinggal Ibu Baiq yang dekat dengan pantai. Selain itu, beliau juga terbuka pemikirannya untuk memenuhi nutrisi hewani dengan memelihara ayam. Untuk memenuhi kebutuhan sayuran pun semakin mudah karena Ibu Baiq bisa memetik sayur dari kebun yang ia buat di pekarangan rumahnya,” kata Ikraman.

Lebih lanjut Ikraman menyampaikan, perkembangan Raffa akan terus dipantau untuk melihat pertumbuhannya melalui program PMT dari Pemerintah Desa (Pemdes) Ai Kangkung. “Dukungan Pemdes Ai Kangkung sangat luar biasa. Salah satunya dengan mengalokasikan dana desa yang ada untuk menjalankan PMT, melakukan penyuluhan terkait stunting, serta menyediakan makanan pelengkap dari Puskesmas setempat. Upaya ini dilakukan agar pertumbuhan Raffa terus berkembang dengan baik dan konsisten,” pungkasnya.

Penulis: Muhammad Ikaraman
Penyunting: Kukuh A. Tohari dan Swiny Adestika