Jakarta, 10 Juli 2025 – Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik menjadi negara yang rentan terhadap bencana. World Risk Report (WRR) tahun 2023 menempatkan Indonesia urutan kedua negara di dunia dengan risiko bencana tertinggi, dengan indeks risiko bencana sebesar 43,4 persen. Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki tantangan sendiri dalam proses tanggap darurat bencana. CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Sulawesi Selatan memperkuat kesiapsiagaan dengan menyediakan, menyimpan, dan mendistribusikan stok preposisi (preposition stock) di daerah rawan bencana.
Dr. Abdul Wahib Situmorang, CEO CARE Indonesia menyampaikan, komitmen CARE Indonesia untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana dilakukan secara cepat, tepat, serta memperhatikan aspek gender termasuk kesetaraan akses perempuan dan laki-laki serta kelompok rentan.
“Kerja sama ini juga bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan darurat lokal serta memperkuat mekanisme logistik dan koordinasi kemanusiaan lokal,” katanya.
Lebih lanjut Abdul menjelaskan, upaya memperkuat distribusi kesiapsiagaan bencana ini juga melibatkan penyedia produk dan jasa lokal yang telah diberi pelatihan Humanitarian Logistics and Supply Chain oleh CARE Indonesia, 13 sampai 15 Mei 2025. Menurut Abdul, peningkatan kapasitas dilakukan untuk menjamin kualitas, kesesuaian standar kebersihan dan kelengkapan isi sesuai spesifikasi yang ditentukan CARE Indonesia.
“Kami memastikan penentuan paket bantuan kedaruratan juga memperhatikan kesetaraan akses untuk perempuan dan laki-laki dan kebutuhan kelompok rentan. Sebanyak 140 hygiene kit atau paket kebersihan diri berisikan ember, sabun batang, pasta gigi, sikat gigi, sampo, detergen, pembalut, jeriken, dan gayung telah kami serahkan ke PMI Sulawesi Selatan untuk disimpan di gudang penyimpanan. Terdapat juga dana pemeliharaan sebesar Rp10 juta,” jelas Abdul.
Dr. Adnan Purichta Ichsan, SH., MH. Ketua PMI Sulawesi Selatan menyambut baik kerja sama ini, karena menurutnya kolaborasi ini menjadi sarana untuk berbagi pengetahuan dan memperkuat kerja bersama dalam mengelola logistik dan stok bantuan darurat. Adnan menambahkan, distribusi paket bantuan, salah satunya hygiene kit akan dilakukan secara tepat sasaran sesuai asesmen lapangan, serta memperhatikan kebutuhan masyarakat, termasuk perempuan dan kelompok rentan jika bencana terjadi.
“Kami akan melakukan pemeriksaan kondisi barang secara berkala, termasuk pengecekan tanggal kedaluwarsa dan kondisi kemasan. Pencatatan mutase stok seperti barang masuk atau keluar dan jumlah barang yang tersisa,” tuturnya.
Lebih lanjut, Adnan juga menjelaskan jika kerja sama ini dilakukan sejak Mei 2025 sampai Desember 2027, atau hingga seluruh paket telah didistribusikan. “Proses pendistribusian ini juga ditentukan bedasarkan situasi darurat dan hasil asesmen kebutuhan,” pungkasnya.