Search
Close this search box.

Menanam Harapan, Memanen Perubahan: Cerita Perempuan Desa Penggerak Ketahanan Pangan

Share it with others

Di bawah terik matahari Desa Tegal Mulyo, Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin suara cangkul berpadu dengan tawa ibu-ibu yang tengah merawat kebun mereka. Mereka bukan hanya menanam sayur. Mereka sedang menanam harapan, untuk keluarga, untuk anak-anak, dan untuk masa depan desa mereka.

Kebun gizi menjadi salah satu pilar dalam program korabolasi antara PT. Cargill, Yayasan CARE Peduli, dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Upaya ini dilakukan sebagai cara untuk memenuh nutrisi rumah tangga melalui kebun gizi. Hingga Maret 2025, sudah terdapat 222 kebun gizi yang terdiri dari 11 Kebun desa, 15 Kebun dusun, 86 Kebun RT, 110 Kebun pekarangan di 13 desa lokasi program. Selain untuk dikonsumsi oleh keluarga, hasil panen dari kebun gizi ini juga dijual kepada masyarakat. Pendapatan sekali panen pada Januari sampai Maret 2025 rata-rata berjumlah sekitar Rp378 ribu.

Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Bougenville, Siti Asih yang ada di Desa Tegal Mulyo, menceritakan proses terbentuknya cikal bakal kebun gizi yang merupakan program dari pemerintah setempat. “Dikasih bibit, peralatan, dan modal. Tujuannya ya, untuk kegiatan ibu-ibu PKK, supaya bisa bantu tambah penghasilan dan juga buat konsumsi sendiri,” katanya.

Kebun ini dikelola bergotong royong oleh sekitar 20 anggota aktif dari total 30. Setiap dusun bertugas satu hari dalam seminggu, sementara hari ketujuh digunakan untuk berkumpul bersama. Dalam kebun itu tumbuh berbagai tanaman seperti kangkung, kacang panjang, jagung, hingga pisang, dan lengkeng. Sayangnya, tak semua hasil bisa dinikmati, karena ada satu “tamu tak diundang” yang rajin datang kera liar yang gemar mengambil buah.

Meski begitu, gerakan ini menginspirasi ibu-ibu lain di desa untuk membuat kebun gizi mandiri di rumah. Dukungan dari desa pun mengalir, mulai dari bantuan bibit hingga budidaya lele sebagai sumber protein tambahan.

“Ada yang nanam cabai, bayam di pot dan polybag. Karena tanah di sini masih bagus, jadi bisa tanam macam-macam. Kalau musim kemarau memang air susah, tapi alhamdulillah kebun kami dekat sungai, jadi bisa ambil air untuk menyiram,” jelasnya.

Kebun gizi ini juga bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan yang turut dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Sehingga mendapat jaminan ketersediaan, keterjangkauan, dan keamanan pangan bagi seluruh masyarakat.

Sejalan dengan itu, Ketua KWT Desa Sidomulyo, Khalifah turut menyampaikan, keterlibatan warga menjadi tantangan tersendiri. Namun melalui pendekatan persuasif dan edukatif seperti pelatihan pertanian serta usaha pertanian. Kemudian, para anggota KWT mendapatkan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan kualitas kebun gizi yang dikelolanya. Melalui pendekatan ini, masyarakat mulai memahami manfaat langsung dari kebun gizi, seperti penghematan pengeluaran rumah tangga dan peningkatan gizi keluarga.

Menurutnya, dengan adanya kebun gizi ini bisa menghemat biaya yang dikeluarkan untuk berbelanja sayur. Bahkan, menurutnya berkat dukungan dari pemerintah desa, YCP, dan PT. Cargill program kebun gizi ini bisa meringankan ekonomi masyarakat setempat. Hasil kebun sebagian dibagikan kepada anggota dan warga sekitar, terutama jika ada yang sedang sakit atau mengalami musibah.

“Kami bisa menghemat belanja sayur, bahkan dari hasil kebun gizi kami mampu memperoleh penghasilan sekitar Rp600 ribu per bulan. Kami juga punya dana sosial. Kalau ada yang kecelakaan, kami jenguk dan bantu,” pungkas Khalifah.

Penulis: Kukuh A. Tohari

Cerita Terkait Lainnya