Pengelolaan sampah rumah tangga kini dihadapkan pada tantangan yang semakin serius. Mengutip data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024, sektor rumah tangga menyumbang limbah makanan sebesar 53,79% dari total sampah nasional. Kota Depok mengalami peningkatan volume sampah rumah tangga setiap harinya. Menurut Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Depok, pada tahun 2024 tercatat timbulan sampah mencapai rata-rata 1.100 ton per hari, yang didominasi oleh sampah organik rumah tangga sebesar 70 persen.

Masyarakat di Kelurahan Beji Timur yang didominasi kelompok perempuan, tergabung dalam kelompok Karya Pemuda Beji Timur, telah mengelola sampah organik rumah tangga sejak Maret 2024. Roni, anggota kelompok Karya Pemuda Beji Timur, menjelaskan inisiatif ini dilakukan untuk mengurangi kiriman sampah ke TPA Cipayung yang hampir kelebihan kapasitas. Budi daya maggot lalat Black Soldier Fly dipilih karena dinilai bisa mengurai sampah organik dan memiliki tambahan nilai ekonomi.

Memperkuat inisiatif berbasis kelompok perempuan ini, CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) bersama LPS Peduli dan didukung oleh Pemerintah Kota Depok, mendirikan Maggot Center di dua kelurahan di Kota Depok, yaitu di Kelurahan Beji Timur dan Jatijajar. Upaya penguatan ekonomi sirkular melalui Maggot Center dilakukan melalui pengelolaan sampah organik rumah tangga dengan budidaya maggot yang kemudian juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak ayam dan lele. Maggot Center juga menerima sampah anorganik yang kemudian akan dikelola lebih lanjut oleh mitra.

“Kami ingin membangun kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah. Hal ini juga bisa membawa dampak positif seperti penambahan pemasukan dan mengurangi sampah yang dikirim ke TPA Cipayung,” jelas Roni.

Roni menambahkan, penghasilan tambahan ini berasal dari budidaya maggot lalat Black Soldier Fly yang digunakan untuk mengurai sampah basah. Menurutnya, kelompok ini berhasil mengolah sampah organik sebanyak 250 kilogram sejak bulan Maret 2024.

“Dengan adanya pengelolaan sampah organik dan budidaya maggot yang telah dilakukan oleh kelompok, diharapkan dapat menular kepada masyarakat yang lebih luas lagi. Kami juga berharap nantinya sampah anorganik bisa terkelola dengan baik,” tutur Roni.

Senada dengan Roni, Nyai Salehah, asal Kelurahan Jatijajar turut memilah sampah rumah tangga sebelum dibuang ke tempat sampah. Menurutnya, inisiatif tersebut dilakukan untuk mengurangi beban pekerjaan petugas kebersihan saat mengumpulkan sampah organik yang menimbulkan bau tak sedap.

“Warga di di tempat saya tinggal terbiasa memisahkan sampah karena kasihan sama petugas kebersihan yang mengambil sampah karena bau dari sampah organik. Meski begitu kami masih belum mengelola sampah yang sudah dipilah. Sehingga, dengan adanya program Maggot Center ini bisa membantu kami dalam mengelola sampah organik dan anorganik agar memiliki nilai ekonomi,” imbuhnya.

Meiry Nasution, Project Manager CARE Indonesia, menjelaskan melalui Maggot Center yang dikelola oleh masyarakat ini diharapkan bisa menjadi wadah bagi perempuan untuk menjadi lebih berdaya dan memiliki tambahan penghasilan melalui penjualan maggot. Di tempat ini juga turut dipilah sampah anorganik untuk disalurkan ke pihak yang bisa memanfaatkannya.

“Pendekatan ini bertujuan untuk mengurangi emisi metana, mengurangi ketergantungan pada TPA, serta mengubah sampah organik menjadi produk bernilai ekonomi tinggi. Program ini juga berupaya meningkatkan ekonomi lokal melalui budidaya maggot di Maggot Center,” ujar Meiry.

Meiry menambahkan, inisiatif baik seperti ini tidak berhenti di sini dan masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak, untuk mendukung perempuan agar semakin berdaya dan membuat lingkungan menjadi lebih baik lagi.