Keberadaan mangrove merupakan aspek penting dalam perlindungan kawasan pesisir dan ekosistemnya. Kabupaten Bintan di Provinsi Kepulauan Riau memiliki kawasan bakau yang menjadi tumpuan bagi keanekaragaman hayati serta mata pencaharian nelayan setempat. Yayasan CARE Peduli, dengan dukungan dari Traveloka, telah menanam 50.000 tanaman mangrove di area seluas 14.000 hektare di Desa Berakit. Kelompok perempuan di desa ini memegang peran penting dalam proses pembibitan, penanaman, hingga pengawasan pertumbuhan mangrove.

Dalam program ini, keterlibatan perempuan sangat signifikan melalui Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Melati dan Tenggiri, serta Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas). Ketiga kelompok ini secara rutin melakukan pengawasan serta pengukuran perkembangan bibit dan mangrove yang telah ditanam.

Ayunarti, Ketua KUEP Tenggiri, menjelaskan bahwa dalam proses penanaman mangrove, ia bersama anggota KUEP lainnya berupaya memastikan mangrove yang ditanam dapat tumbuh dengan baik. Salah satu upaya tersebut adalah menyediakan jalur khusus bagi nelayan yang melintas atau mencari ikan di sekitar area penanaman.

“Sewaktu menanam mangrove, kami menyediakan jalur untuk nelayan dari darat menuju laut, karena biasanya mereka berjalan kaki atau menggunakan sampan untuk melaut. Kami juga rutin mengimbau nelayan agar tidak menebar jaring di area mangrove yang baru ditanam,” ujarnya.

Selain memberikan informasi kepada nelayan, Ayunarti dan anggota kelompok perempuan lainnya juga kerap menyosialisasikan pentingnya menjaga kelestarian mangrove kepada masyarakat luas. Menurutnya, pelestarian mangrove adalah tanggung jawab bersama.

“Kalau kita terus melestarikan mangrove, ke depannya tempat itu akan menjadi habitat ketam dan kepiting. Maka dari itu, harus dijaga baik-baik. Dulu masyarakat belum paham, banyak mangrove ditebang untuk dijadikan arang. Sekarang, pemerintah sudah melarang penebangan mangrove, jadi memang harus dilestarikan demi anak cucu,” tegasnya.

Senada dengan itu, Rahmadeni, anggota Pokmaswas Srikandi Desa Berakit, menjelaskan bahwa selain memantau perkembangan mangrove, mereka juga bertugas mengedukasi masyarakat tentang batas-batas wilayah yang diperbolehkan untuk aktivitas mencari ikan.

“Saat ini, kami memperkenalkan kepada masyarakat mengenai batas-batas wilayah laut yang boleh dan tidak boleh digunakan untuk mencari ikan,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Rahmadeni menyampaikan bahwa Pokmaswas aktif mengajak masyarakat untuk menanam dan melindungi mangrove bersama-sama. Ia menambahkan bahwa Pokmaswas bersama masyarakat dan KUEP secara rutin melakukan pengukuran terhadap 50.000 mangrove yang telah ditanam.

“Pokmaswas juga mengukur ketinggian mangrove yang sudah ditanam maupun bibit yang masih berada di persemaian. Sampai saat ini, dari 50 ribu mangrove yang ditanam, rata-rata memiliki ketinggian 50 cm, dengan tingkat keberhasilan hidup mencapai 100 persen,” jelasnya.

Program yang dijalankan oleh Yayasan CARE Peduli, berkolaborasi dengan Yayasan Ecology dan didukung oleh Traveloka, bertujuan mendukung pencapaian target *Net Zero Emission* Indonesia pada tahun 2060. Program ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menghijaukan kembali lebih dari 12 juta hektare hutan yang terdegradasi secara bertahap demi terwujudnya ekonomi hijau dan biru, ketahanan pangan, iklim, serta ketangguhan masyarakat.

Penulis: Kukuh A. Tohari