Search
Close this search box.

KUEP Diapresiasi dapat Meningkatkan Ekonomi dan Keluar dari Kemiskinan Ekstrem

Share it with others

Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di Kabupaten Musi Banyuasin mendapatkan apresiasi dari Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) karena dinilai mampu menjadi solusi dalam pemberdayaan ekonomi perempuan di desa. KUEP dinilai menjadi contoh program pengentasan kemiskinan di berbagai daerah di Indonesia.

Dikutip dari insight.kontan.co.id, Pemerintah Republik Indonesia melalui BP Taskin menargetkan penurunan kemiskinan dari 9,03% di tahun 2024, menjadi 4,5% – 5% di tahun 2029. Pemberdayaan menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Upaya pemberdayaan dilakukan CARE Indonesia (Yayasan CARE Peduli/YCP) berkolaborasi dengan PT. Cargill yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, melalui penguatan ekonomi bagi perempuan, termasuk petani perempuan yang tinggal disekitar wilayah perkebunan sawit. Pendampingan dan pembentukan kelompok ekonomi berbasis perempuan dan masyarakat di tingkat desa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan keluarga ditengah tantangan masa peremajaan perkebunan sawit.

Novrizal Tahar, Deputi 2 Deputi Bidang Percepatan Pemberdayaan Kapasitas dan Penyediaan Akses BP Taskin menyebutkan, pemberdayaan ekonomi perempuan yang mendorong terbentuknya usaha-usaha dilakukan secara kolektif mampu membuat ekonomi masyarakat naik kelas. Hal ini disampaikan Novrizal setelah mengunjungi dua KUEP yang ada di Desa Cipta Praja dan Tegal Mulyo di Kecamatan Keluang, Musi Banyuasin, Sabtu (20/9).

“Konsep pemberdayan ekonomi yang diterapkan di KUEP ini menjadi salah satu cara untuk keluar dari kategori kemiskinan ekstrem, dengan mendorong munculnya usaha-usaha yang dijalankan oleh anggotanya. Sehingga konsep ini sangat bagus untuk diterapkan di daerah lain,” katanya.

Saat berdiskusi dengan anggota KUEP Perempuan Tangguh Peduli di Desa Tegal Mulyo, Novrizal mengatakan konsep melalui simpan pinjam yang dijalankan terbukti menjadi instrument efektif dalam memperkuat ketahanan ekonomi perempuan di desa itu. Hal ini bisa terjadi karena anggota KUEP menggunakan uang pinjaman tanpa bunga dari KUEP untuk digunakan mengembangkan usaha yang telah dibangun.

Seperti yang dilakukan KUEP Perempuan Mandiri Sejahtera di Desa Cipta Praja dalam mengembangkan usaha kerajinan anyaman lidi sawit. Dalam kunjungan Novrizal ke Sekretariat KUEP Perempuan Mandiri Sejahtera, ia menyampaikan bahwa usaha yang dijalankan kelompok ini bisa menjadi salah satu upaya untuk menambah penghasilan, karena produk yang dibuat sangat beragam dan memiliki motif serta bentuk yang menarik.

“Usaha simpan pinjam yang dilakukan oleh ibu-ibu ini sangat luar biasa, karena dengan bantuan dana awal 50 juta rupiah, hanya dalam tiga tahun, dana bergulir itu tumbuh menjadi lebih dari 220 juta rupiah. Demikian juga dengan usaha kerajinan lidi sawit yang bisa menjadi alternatif tambahan pemasukan. Bahkan kerajinan anyaman lidi sawit sudah masuk e-katalog pemerintah daerah,” jelas Novrizal.

Menyebarluaskan Konsep KUEP

Tidak hanyak mengunjungi KUEP di Musi Banyuasin, Novrizal bersama CEO CARE Indonesia, Dr. Abdul Wahib Situmorang menghadiri sesi diskusi dengan enam orang jurnalis sebagai upaya mengamplifikasi hasil baik dari pemberdayaan ekonomi perempuan melalui KUEP, pada Minggu (21/9) di Roemah Demang, Kota Palembang. Novrizal menyampaikan, upaya pengentasan tidak cukup dengan memberikan bantuan sosial berupa uang tunai. Tetapi juga harus diiringi dengan upaya pemberdayaan ekonomi yang berkelanjutan dan disesuaikan dengan kondisi sosial serta potensi lokal.

“Kita tidak bisa terus-menerus mengandalkan anggaran pemerintah. Saya menyaksikan langsung bagaimana program CSR dari PT Cargill ini berdampak nyata dan berkelanjutan. Ini adalah praktik baik yang layak dijadikan role model secara nasional,” ujarnya kepada jurnalis.

Abdul menyampaikan, KUEP mampu membuat ekonomi rumah tangga menjadi naik kelas dengan perempuan sebagai aktor utamanya. Di Musi Banyuasin, terdapat 13 KUEP yang mengembangkan usaha skala rumahan berupa pengrajin lidi sawit, toko sembako, kuliner, hingga usaha berbasis daring.

“Melalui KUEP, perempuan diberi ruang untuk mengorganisir diri, memperoleh modal usaha tanpa bunga, hingga belajar mengelola simpanan, tabungan, dan laporan keuangan. Berkat usaha yang dijalankan, kini mereka bisa mendapatkan rata-rata pendapatan anggota mencapai Rp8,84 juta dari berbagai jenis usaha,” ujarnya.

Lebih lanjut, Abdul juga mendorong sektor privat untuk turut berperan dalam upaya pemberdayaan ekonomi perempuan melalui program CSR yang berkelanjutan. “Kita siap berbagi pengalaman dan desain program. Jadi tidak perlu memulai dari nol. Tinggal ada kemauan dan keterbukaan dari pelaku usaha di daerah lain. Kami turut mendorong sejumlah pelaku usaha, di Sumsel dengan menjelaskan apa yang telah kami dilakukan di Musi Banyuasin mengenai program dan konsep yang telah berjalan di KUEP. Harapannya, para pelaku usaha bisa berkolaborasi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan mengentaskan kemiskinan,” pungkasnya.

 

Penulis: Kukuh Akhfad
Editor: Swiny Adestika

Cerita Terkait Lainnya