Search
Close this search box.

Catatan Perjalanan: Buah Manis Usaha Jamur Merang

Share it with others

Hari ketiga bulan suci Ramadhan 2024 (14/3) terasa penuh semangat. Pasalnya saya bersama Ibu Winarni, anggota Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) Simpati Kencana dari Desa Bumi Kencana, akan melakukan panen jamur merang. KUEP Simpati Kencana menjadi salah satu dari total 13 kelompok usaha perempuan yang didampingi Yayasan CARE Peduli (YCP) dalam program Pembangunan Ketangguhan Perempuan di Komunitas Kelapa Sawit di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Dinginnya udara di jalan raya lintas timur Sumatera pukul 06.30 WIB tidak membekukan semangat Saya pagi itu untuk bertemu Bu Winarni. Ibu dari 2 anak, berusia 43 tahun lalu itu sudah menanti kedatangan saya di kumbung  atau rumah budidaya jamur yang terletak dibelakang rumahnya. Setelah bertukar salam kami langsung memasuki kumbung jamur yang suhunya selalu dijaga hangat sekitar 30 derajat celcius itu. Pagi ini adalah jadwal panen jamur merang yang dibudidaya dari tandan kelapa sawit kosong dengan melewati berbagai proses.

Sejak masuk tahap produksi, jamur merang sudah bisa dipanen. Selama 7 – 18 Maret 2024, usaha budidaya ini telah memanen 96,2kg dengan harga jual Rp.25.000,-/kg. Bagi Bu Winarni yang juga pemula dalam budidaya jamur merang, tentu ini merupakan hasil yang cukup baik dan menjadi pembelajaran untuk sesama anggota KUEP dan untuk saya, selaku petugas lapangan yang mendampingi.

Budidaya jamur merang merupakan inisiasi yang datang dari diskusi dan observasi kami bersama dengan anggota kelompok usaha. Mempertimbangkan kegemaran masyarakat mengkonsumsi jamur merang yang tumbuh liar di sekitar perkebunan sawit sekaligus memanfaatkan kembali limbah tandan kosong sawit, budidaya jamur ini menerapkan tahapan budidaya untuk menjaga rasa jamur.

“Aroma jamur yang tumbuh liar di kebun itu sedikit langu karena dibiarkan lapuk dan mengompos alami. Rasanya beda dengan jamur hasil budidaya,” ujar Bu Winarni seraya memetik jamur.

Bu Winarni bercerita, proses budidaya jamur di tandan kosong kelapa sawit melewati beberapa proses. Enam hari pertama tandan kosong melalui perendaman, lalu enam hari kedua dilakukan fermentasi dengan cara menyusun tandan kosong kelapa sawit dan menabur bekatul serta kapur dolomit. Setelahnya, tandan kosong ditutup rapat menggunakan terpal dan dilakukan penyiram rutin sebanyak dua hari sekali. Tidak berhenti disitu, tandan kosong yang difermentasi tersebut juga perlu dibalik agar tidak tumbuh amoniak. Di hari ke 12 setelah perendaman dan fermentasi, tandan kosong akan disusun pada rak – rak di dalam kumbung untuk memasuki tahap pastuerisasi atau penguapan. Proses pastuerisasi dilakukan selama 4 jam dengan suhu stabil di 60 derajat celcius. Dengan proses penguapan, jamur yang dibudidayakan tidak berbau dan tumbuh dengan warna yang tidak kusam.

“Dengan dilakukan budidaya, kita tidak perlu menghabiskan waktu mencari jamur merang yang tumbuh liar di areal perkebunan kelapa sawit. Kita juga tidak perlu menunggu musim hujan untuk menikmati kelezatannya,” ungkap Bu Winarni.

Usaha jamur merang dimulai dari pinjaman modal yang diberikan KUEP SIMPATI KENCANA kepada anggotanya. Bu Winarni membentuk kelompok kecil untuk bekerjasama dengan KUEP, dan menyepakati tenggat waktu serta jasa. Pinjaman wajib dikembalikan sesuai dengan kesepakat yang tertuang dalam Surat Perjanjian Usaha Budidaya Jamur Merang. Saat ini kelompok usaha budidaya jamur merang dilakukan oleh 3 orang yaitu Ibu Winarni, Ibu Neni Lestari dan Ibu Putri Indah Lestari. Di bulan ke 4 setelah produksi jamur, pinjaman modal akan digunakan oleh Ibu Neni dan setelahnya oleh Ibu Putri, untuk kemudian dana dikembalikan ke KUEP Simpati Kencana agar dapat dipergunakan anggota lain mengembangkan potensi dan peluang  usaha yang ada.

Tak hanya ibu – ibu, para bapak juga turut ambil peran dalam pembangunan kumbung jamur merang. Pembangunan dilakukan para bapak sendiri, secara bergantian selepas mereka mengerjakan pekerjaan utamanya. Ini menjadi cara untuk menekan biaya tukang bangunan harian. Pelibatan laki-laki menjadi penting dalam setiap program yang dilakukan YCP. Harapannya jika para suami terlibat, dapat memunculkan upaya kesetaraan dalam melakukan pekerjaan di rumah tangga sekaligus menjadi contoh bagi masyarakat sekitarnya. Prinsip tersebut juga dapat memupuk partisipasi komunitas untuk aktif terlibat dalam upaya mengembangan masyarakat.

Tidak terasa matahari semakin meninggi. Wadah yang dibawa Bu Winarni sudah penuh dengan jamur merang siap olah. Esok hari Bu Winarni akan kembali memeriksa hasil budidaya jamur merangnya. Saya optimis budidaya jamur merang ini akan membawa hasil baik. Harapannya, kedepan anggota KUEP dan masyarakat sekitar tidak hanya merasakan manfaat positif tetapi juga berkelanjutan, melalui upaya kolektif dari, oleh, dan untuk masyarakat sendiri.


Penulis:  Nuraisyah Pohan, Editor: Swiny Adestika, Sumber Foto: Nuraisyah Pohan

Cerita Terkait Lainnya